Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah

4 Penggunaan kawasan untuk kegiatan tersebut harus sesuai dengan fungsi masing-masing zona; 5 Dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional seperti mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli. Selain itu, Pasal 19 dalam UU 411999 ini juga menyediakan skema perubahan fungsi sebagai berikut: 1 Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan oleh Pemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian terpadu. 2 Perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis, ditetapkan oleh Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat. 3 Ketentuan tentang tata cara perubahan peruntukan kawasan hutan dan perubahan fungsi kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2.7.3 Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Ekosistem mangrove, selama ini hanya dipandang dari sisi vegetasinya sebagai hutan mangrove, sehingga dalam pengelolaannya juga lebih banyak mengacu pada peraturan kehutanan. Namun, pada kenyataannya ekosistem mangrove berada pada wilayah pesisir yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dan merupakan habitat bagi biota perikanan. Oleh karena itu pengelolaan ekosistem mangrove juga semestinya mengacu pada UU 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Zonasi kawasan konservasi dalam UU 272007 diatur dalam Pasal 29, yang menyatakan: Kawasan konservasi dibagi atas tiga zona, yaitu: a. Zona inti; b. Zona pemanfaatan terbatas; dan c. Zona lain sesuai dengan peruntukan Kawasan. Penjelasan atas Pasal 29 ini adalah: Huruf a Zona inti merupakan bagian dari Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang dilindungi, yang ditujukan untuk perlindungan habitat dan populasi Sumberdaya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta pemanfaatannya hanya terbatas untuk penelitian. Huruf b Zona pemanfaatan terbatas merupakan bagian dari zona konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang pemanfaatannya hanya boleh dilakukan untuk budidaya pesisir, ekowisata, dan perikanan tradisional. Huruf c Cukup jelas

2.7.4 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo Peraturan Pemerintah

No. 3 Tahun 2008 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan PP No. 6 Tahun 2007 merupakan aturan yang dibuat sebagai pelaksanaan Pasal 22 UU No 41 Tahun 1999. PP ini disusun dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan pembangunan nasional berkelanjutan diperlukan beberapa langkah strategis yang dapat mendorong pertumbuhan investasi, percepatan pembangunan hutan tanaman, pengendalian degradasi hutan dan peningkatan perekonomian nasional termasuk perekonomian masyarakat di dalam dan sekitar hutan melalui deregulasi dan debirokratisasi yang dilandasi prinsip good governance dan pengelolaan hutan lestari . Pasal-pasal dalam PP No. 6 Tahun 2007 yang berisi aturan pemanfaatan hutan konservasi antara lain Pasal 17, 18, 19 dan Pasal 22, sebagai berikut: Pasal 17 1 Pemanfaatan hutan bertujuan untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. 2 Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan melalui kegiatan: a. pemanfaatan kawasan; b. pemanfaatan jasa lingkungan; c. pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu; dan d. pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu. 3 Pemanfaatan hutan dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16. Pasal 18 Pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat dilakukan pada seluruh kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2, yaitu kawasan; a. hutan konservasi, kecuali pada cagar alam, zona rimba, dan zona inti dalam taman nasional; b. hutan lindung; dan c. hutan produksi Pasal 19 Dalam setiap kegiatan pemanfaatan hutan yang dilakukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat 2, wajib disertai dengan izin pemanfaatan hutan yang meliputi : a. IUPK; b. IUPJL; c. IUPHHK; d. IUPHHBK; e. IPHHK ; dan f. IPHHBK. Pasal 22 Pada hutan konservasi, pemberian izin pemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2.7.5 Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi