1 Industri Jasa Boga TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Industri Jasa Boga

Menurut Fardiaz 1994 dalam Kabul 2004, Industri jasa boga merupakan industri yang bergerak dalam pengelolaan dan penyajian makanan siap santap. Usaha jasa boga meliputi penyediaan jasa pelayanan makanan dan minuman untuk umum yang diolah atas dasar pesanan dan tidak dihidangkan ditempat pengolahan 1 . Industri jasa boga sangat kompetitif untuk dicoba terlebih untuk mencapai kesuksesan. Ada banyak cara yang berbeda yang dapat digunakan untuk membangun dan mengoperasikan bisnis dan digunakan untuk mendapatkan informasi apa saja yang dapat ditawarkan oleh pasar. Seperti pemilik bisnis secara individual, partnership, dan perusahaan atau organisasi. Partnership dan perusahaan lebih cenderung untuk menjadi pilihan baik White, 2004. Dalam industri restoran tingkat kehigienisan safety food pada suatu makanan sangatlah penting. Hal utama yg terpenting dalam penerapan HACCP pada jasa boga adalah komitmen dari pemilik usaha Manajemen Puncak, tanpa adanya komitmen dari pemilik, sangat sukar sekali sistem ini dapat diterapkan. Selain itu sistem HACCP tidak dapat diterapkan tanpa ada program pelatihan yang baik. Kendala pada pelatihan karyawan adalah tingkat pendidikan dari karyawan jasa boga yang rendah. Sehingga perlu dibuat pelatihan yang ‘fun’ mudah dimengerti oleh mereka, serta untuk memicu semangat dan kompetisi dari masing-masing individu harus ada insentif untuk yang berprestasi 2 . 1 Pemerintah Kota Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 16 Tahun 2002 Tentang Perizinan Usaha Restoran, Rumah makan, Bar, dan Jasa Boga. 23 Oktober 2003. www.google.co.id. Diakses pada tanggal 22 April 2008. 2 Bom dan Keamanan Restoran. www.smfranchise.com. Diakses pada tanggal 15 Februari 2008. Pemilihan jenis industri jasa boga baik restoran, rumah makan, atau kafe kadang-kadang harus mengikuti berbagai pertimbangan, antara lain dari segi pendapatan. Artinya konsumen dengan pendapatan tinggi dapat saja berbeda dalam memilih restoran, rumah makan, atau kafe untuk makan siangnya dengan konsumen yang berpendapatan rendah. Namun perbedaan lain dapat juga berasal dari pola perilaku konsumen itu sendiri.

2. 2 Restoran