Hasil Penelitian Relevan KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

siswa pada proses pembelajaran, membangkitkan minat dan keingintahuan siswa terhadap konsep matematika yang akan dipelajari, siswa diberikan kesempatan untuk menggali dan mengutarakan pengetahuan awal yang mereka miliki terkait dengan materi yang akan dipelajari melalui sejumlah pertanyaan yang guru berikan kepada siswa. Hal tersebut dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan di pikiran siswa tentang “Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Materi apa yang terkait dengan hal ini? Apa yang dapat diperoleh terkait hal ini?”, dan siswa juga dapat mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari, serta siswa juga akan menggali informasi tentang materi yang akan dipelajari. Kedua, tahap explore, siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Siswa berdiskusi dengan siswa lain dalam suatu kelompok kecil. Kemampuan berpikir siswa dapat dilatih melalui proses diskusi tersebut, dengan cara mengamati, membaca masalah, mengumpulkan informasi-informasi yang terdapat dalam permasalahan yang diberikan, menuliskan gagasan-gagasan beserta alasan-alasan yang logis yang dapat mendukung gagasan yang mereka ungkapkan untuk menyelesaikan masalah, mempertimbangkan semua gagasan untuk menentukan strategi penyelesaian masalah, sampai mereka dapat menemukan definisi, rumus, ataupun ciri-ciri dari konsep tersebut melalui masalah yang diberikan. Ketiga, tahap explain, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan serta menjelaskan suatu konsep dengan kalimat dan hasil pemikiran mereka sendiri, meminta alasan dari penjelasan siswa terhadap hasil diskusi kelompok. Siswa akan lebih paham tentang konsep yang sedang dipelajari apabila mereka menjelaskannya dengan menggunakan kalimat yang mereka buat sendiri. Selain itu, siswa juga dilatih untuk saling mendengarkan secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Artinya, Siswa lain yang mendengarkan diberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa yang presentasi apabila ada yang ingin ditanyakan atau kelompok lain juga dapat menyanggah pendapat dari kelompok yang presentasi dengan syarat dapat memberikan alasan-alasan yang logis. Dengan demikian, siswa dilatih untuk tidak langsung menerima informasi apa yang mereka dengar tetapi harus didukung dengan alasan-alasan yang benar, dan secara tidak langsung siswa dapat mengungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan mereka sehingga kemampuan berkomunikasi siswa juga dapat terlatih. Kemampuan siswa dalam memberikan alasan yang logis merupakan salah satu indikator berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini sehingga melalui tahap explore dan explain kemampuan tersebut dapat dilatih dan dikembangkan. Keempat, yaitu tahap elaborate, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan konsep yang telah mereka dapatkan. Setelah siswa menemukan sendiri definisi, rumus, maupun ciri-ciri dari konsep tersebut pada tahap sebelumnya, siswa diberikan permasalahan baru seperti soal-soal problem solving agar konsep yang telah dimiliki dapat diterapkan dan dikembangkan. Siswa dapat menerapkan konsep yang sudah disepakati sebelumnya, ataupun mengembangkan konsep yang ada untuk memberikan penjelasan lebih lanjut dalam menjawab soal. Selain itu, siswa akan menentukan strategi dengan cara menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara sistematis. Tahap elaborate ini juga terjadi interaksi antar peserta didik untuk mengkonstruksikan pemahaman secara lebih mendalam. Dalam hal ini, guru telah menerapkan proses belajar bermakna untuk siswa karena siswa dapat mengaplikasikan konsep yang telah mereka pelajari. Dengan demikian, pada tahap ini dua indikator berpikir kritis, yaitu memberi penjelasan jebih lanjut dan merumuskan langkah-langkah penyelesaian dapat terlatih. Kelima, tahap evaluate, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi diri dengan memberikan soal kuis yang dikerjakan secara individu agar siswa dapat mengidentifikasi suatu keputusan berdasarkan konsep yang telah dipelajari. Kemudian melakukan pengoreksian bersama terhadap hasil pekerjaan siswa. Pengoreksian hasil kerja siswa dilakukan agar siswa dapat melakukan evaluasi diri dan menganalisis kekurangan kelebihannya dalam penguasaan konsep dan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, tahap evaluate ini mampu mengasah kemampuan siswa untuk mengidentifikasi suatu keputusan yang merupakan salah satu indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini. Kelima tahap yang telah diuraikan diatas merupakan langkah pada model pembelajaran learning cycle 5e yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berikut ini disajikan bagan kerangka berpikir seperti yang telah diuraikan diatas. Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

0 22 8

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP

0 0 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP: Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

1 3 91

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

0 0 56

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

1 3 51

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa salah satu SMP Negeri di Sungailiat.

0 0 53

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

0 0 6