Model Pembelajaran Learning Cycle 5E

akan dijadikan pijakan bagi siswa dalam mempelajari pengetahuan baru pada tahap selanjutnya. b. Explore Menyelidiki Eksplorasi Siswa melalui tahap ini diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi pengetahuan mereka dengan cara berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil antara 3-4 orang tanpa pembelajaran langsung oleh guru. 32 Guru memberikan permasalahan kepada setiap kelompok, kemudian siswa didorong untuk menguji hipotesis atau membuat hipotesis baru, melakukan, dan menganalisis semua informasi yang ada. 33 Guru dalam tahap ini berperan sebagai fasilitator dan motivator. Selain itu, siswa juga dilatih untuk saling bertukar pendapat mengenai ide- ide atau gagasan matematika yang mereka miliki dan menuliskan ide-ide matematika sebagai jalan bagi siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Selanjutnya, siswa dapat menentukan strategi yang tepat untuk menemukan konsep dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, sekaligus kemampuan berpikir siswa juga dapat dilatih dan dikembangkan. c. Explain Penjelasan Guru meminta siswa agar menjelaskan suatu konsep dengan kalimat dan hasil pemikiran mereka sendiri, meminta alasan dari penjelasan siswa terhadap hasil diskusi kelompok dalam tahap eksplorasi, dan saling mendengarkan secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. 34 d. Elaborate Menerapkan Siswa melalui tahap ini dilatih untuk mampu menerapkan apa yang telah dipelajari pada kondisi yang berbeda sehingga siswa dapat mengembangkan dan menguji ide-ide dengan lebih mendalam. 35 Selain itu, pada tahap ini juga 32 Ibid., h. 147. 33 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Ed.1, Cet.2, h.171. 34 Ibid., 172. 35 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2013 Cet.1, h.231. terjadi interaksi antar peserta didik untuk mengkonstruksikan pemahaman yang lebih mendalam. Siswa akan mengalami proses belajar bermakna karena dapat mengaplikasikan konsep yang telah dipelajari dalam situasi yang baru. e. Evaluate Evaluasi Evaluate merupakan tahap akhir dari model pembelajaran learning cycle 5e. Guru mendorong siswa melakukan evaluasi diri, mamahami kekurangan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Dengan melakukan evaluasi diri, siswa dapat mengambil kesimpulan lanjut atas situasi belajar yang dilakukannya. Guru dapat menggunakan prosedur formal atau informal untuk melakukan evaluasi. Proses evaluasi secara informal dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. 36 Selain itu, guru dapat memberikan tes tertulis kepada siswa untuk melakukan proses evaluasi secara formal. 37 Tes tertulis dapat berupa pemberikan soal kuis kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Kemudian melakukan pengoreksian bersama terhadap hasil pekerjaan siswa. Pengoreksian hasil kerja siswa dilakukan agar siswa dapat melakukan evaluasi diri dan menganalisis kekurangan kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Kemudian guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dari hasil pertimbangan yang dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya. Selanjutnya, model pembelajaran learning cycle 5e dikembangkan lagi oleh Eisenkraft menjadi learning cycle 7e. Tahap engage pada learning cycle 5e dikembangkan menjadi dua tahap pada learning cycle 7e, yaitu elicit dan engage, sedangkan tahap elaborate dan evaluate dikembangkan menjadi tiga tahap yatu elaborate, evaluate, dan extend. Sehingga pada model pembelajaran learning cycle 7e memiliki tujuh tahapan, yaitu elicit, engage, explain, elaborate, evaluate, 36 Wena. Loc. cit. 37 Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, Banjarmasin: Aswaja Pressindo, 2012, Cet.1, h. 151. dan extend. 38 Dari ketujuh tahapan tersebut dapat terlihat bahwa terdapat dua tahapan yang tidak ada pada learning cycle 5e, yaitu tahap elicit dan extend. Tahap elicit merupakan tahap untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan siswa terhadap pelajaran yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa. Sedangkan tahap extend merupakan tahapan untuk memperluas atau memperpanjang penerapan konsep yang telah dipelajari dengan cara menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah atau yang belum mereka pelajari. Pada penelitian ini digunakan model pembelajaran learning cycle 5e karena tahap untuk mendatangkan kembali kemampuan awal siswa elicit termuat dalam tahap engage pada learning cycle 5e, dan tahap untuk memperluas penerapan konsep extend juga termuat dalam tahap evaluate pada learning cycle 5e, karena pada tahap evaluate sudah diberikan evaluasi berupa soal kuis yang juga merupakan perluasan dari penerapan konsep yang telah dipelajari. Dengan demikian, model pembelajaran learning cycle 5e lebih efisien untuk dilaksanakan pada setiap pertemuan karena tahapannya lebih sedikit namun efek terhadap proses pembelajaran sama besarnya dengan model pembelajaran learning cycle 7e. Berdasarkan beberapa literatur yang menjelaskan tentang learning cycle 5e, dapat peneliti simpulkan bahwa pada pembelajaran learning cycle 5e, siswa dibimbing untuk membangun dan memperluas pengetahuan mereka dengan mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya sendiri terhadap masalah matematika dengan menggunakan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya. Selain itu, learning cycle 5e juga membuat proses pembelajaran menjadi aktif yaitu pembelajaran yang terfokus pada siswa, guru lebih sedikit memberikan ceramah dan hanya memberi arahan serta menjadi fasilitator saja. Siswa juga akan lebih banyak berdiskusi dan bereksplorasi sehingga kemampuan 38 Citra Humaira Firdaus , “Pengaruh Model Learning Cycle 7e Terhadap kemampuan koneksi matematik siswa SMPN 2 Tangerang Selatan pada Kelas VIII pada Pokok Bahasan Bangun Lingkaran ”, Skripsi UIN Jakarta: 2014, h. 19, tidak diterbitkan. berpikir siswa dapat dilatih dan dikembangkan. Maka model tersebut sangat ideal untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika. Secara operasional langkah-langkah model pembelajaran learning cycle 5e yang digunakan dalam penelitian ini adalah engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. 1. Tahap Engage a. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil 4-5 orang b. Guru membagikan LKS yang berisi ilustrasi tentang materi yang akan dipelajari yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari agar minat dan rasa ingin tahu siswa dapat dibangkitkan. c. Siswa diminta untuk memperhatikan ilustrasi tersebut, kemudian menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan ilustrasi tersebut. d. Melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut, guru dapat mengidentifikasi ada tidaknya miskonsepsi siswa pada materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. 2. Tahap Explore a. Setiap kelompok diberikan suatu permasalahan yang dikembangkan dari ilustrasi yang telah diberikan sebelumnya untuk membangun pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. Melalui permasalahan ini diharapkan siswa dapat menemukan sendiri definisi, rumus, maupun ciri- ciri dari konsep yang akan dipelajari. b. Siswa mengamati permasalahan, kemudian siswa mengikuti instruksi yang tertera pada LKS untuk langkah-langkah berikutnya dalam menyelesaikan masalah. c. Siswa menjawab satu per satu pertanyaan yang tertera pada LKS yang menuntut siswa untuk dapat menggungkapkan gagasan yang disertai alasan yang logis. d. Siswa berdiskusi untuk mempertimbangkan setiap gagasan agar dapat menemukan konsep yang dipelajari melalui masalah tersebut. e. Apabila ada kelompok yang bertanya, guru tidak langsung memberitahu, tetapi guru memberikan pertanyaan pengarah untuk membantu siswa sehingga siswa akan terus berpikir dalam proses pembelajaran. 3. Tahap Explain a. Perwakilan dari beberapa kelompok maju untuk mempresentasikan atau menjelaskan konsep yang telah didiskusikan dalam kelompok dengan menyertakan alasan-alasan yang logis. b. Kelompok lain mendengarkan secara kritis, maksudnya adalah kelompok lain yang mendengarkan diberikan kesempatan untuk bertanya kepada kelompok yang presentasi apabila ada yang ingin ditanyakan atau kelompok lain juga dapat menyanggah pendapat dari kelompok yang presentasi dengan syarat dapat memberikan alasan-alasan yang logis. c. Guru meluruskan hasil diskusi sehingga konsep yang dipelajari dapat disepakati oleh semua siswa. 4. Tahap Elaborate a. Setelah siswa mengetahui definisi, rumus, maupun ciri-ciri dari konsep tersebut, siswa diberikan permasalahan baru yang dikemas menjadi soal- soal berpikir kritis agar konsep yang telah dimiliki dapat diterapkan dan kemampuan berpikir kritis siwa juga dapat dikembangkan. b. Siswa dapat menerapkan konsep yang sudah disepakati sebelumnya pada suatu permasalahan., ataupun mengembangkan konsep yang ada untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai suatu pernyataan. c. Siswa menentukan strategi penyelesaian masalah dengan menuliskan langkah-langkah penyelesaian secara sistematis. 5. Tahap Evaluate a. Guru memberikan soal kuis kepada para siswa. b. Siswa mengerjakan soal tersebut secara individu. c. Guru bersama siswa membahas soal tersebut sehingga siswa mengetahui kesalahan atau kekurangannya. d. Setelah konsep didiskusikan, dipertimbangkan, diterapkan, dan diputuskan, maka siswa diminta membuat kesimpulan mengenai konsep yang sudah dipelajari. Keunggulan dari model pembelajaran learning cycle 5e adalah: 1 Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan rasa keingintahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari. 2 Merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. 3 Melatih siswa belajar menemukan konsep sendiri dengan menggunakan pengetahuan siswa sebelumnya. 4 Melatih siswa berkomunikasi dan menyampaikan konsep dengan menyertakan alasan-alasan yang logis. 5 Memberikan kesempatan siswa untuk berpikir dalam menemukan konsep, menerapan konsep, mengembangkan konsep, dan menemukan strategi dalam penyelesaian masalah. 6 Pengetahuan yang diperoleh akan diingat dalam jangka waktu panjang.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam mengajar di sekolah. Pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan dari pada pemahaman, menekankan kepada ketrampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan lebih terpusat pada guru. Dengan demikian, akan terjadi praktik pembelajaran yang kurang optimal karena siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering dipakai dalam pembelajaran konvensional adalah metode ceramah dan metode ekspositori. Penelitian ini menggunakan pembelajaran konvensional dengan metode ekspositori. Banyak orang mengatakan bahwa metode ekspositori sama seperti metode caramah, padahal kedua metode tersebut berbeda. Erman dalam bukunya mengatakan bahwa metode ceramah merupakan cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang guru kepada sejumlah pendengar siswa. 39 Kegiatan sepenuhnya berpusat pada guru dan komunikasi hanya searah dari pembicara kepada pendengar. Namun, pada metode ekspositori dominasi guru sedikit berkurang karena guru tidak terus berbicara selama proses pembelajaran. Guru memberikan informasi hanya pada saat-saat yang diperlukan, misalnya pada permulaan pengajaran, pada topik yang baru, dan pada saat memberikan contoh soal. Selain itu, siswa tidak hanya mendengar dan membuat catatan, tetapi siswa juga dapat bertanya jika tidak mengerti, dan siswa dapat mengerjakan latihan soal sendiri ataupun bersama teman. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah tempat penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode ekspositori. Metode ekspositori merupakan metode pembelajaran langsung, dimana materi pembelajaran disampaikan secara langsung oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan konsep materinya sendiri, dan materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang. 40 Oleh karena itu, siswa cenderung menghafal konsep yang diberikan dan langsung menerapkan pada soal yang diberikan. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode ekspositori dapat dirinci sebagai berikut: 41 a. Persiapan, tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. b. Penyajian, tahap ini guru menyampaikan materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru berusaha semaksimal mungkin agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. 39 Erman Suherman, Strategi Pembelajaran matematika Kontemporer, Bandung: JICA- UPI, 2001, h. 169. 40 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011, Cet.VIII, h.179. 41 Ibid, h.185-190. c. Menghubungkan, tahap ini guru menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa untuk memberikan makna terhadap materi pembelajaran. d. Menyimpulkan, tahap ini siswa memahami inti dari materi pembelajaran yang disajikan . e. Penerapan, tahap ini merupakan tahapan unjuk kemampuan siswa setelah menyimak penjelasan dari guru.

B. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang mendukung penelitian ini, antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Ebiendele Ebosele Peter yang berjudul “Critical thinking: Essence for teaching mathematics and mathematics problem solving skills ”. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2012 Department of Mathematics and Computer Science, Lagos State University, Isolo Campus, Lagos, Nigeria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengajar matematika yang ingin menanamkan keterampilan berpikir kritis dalam kelas mereka adalah untuk memikirkan siswa bukan sebagai penerima informasi, tetapi sebagai pengguna informasi. Lingkungan yang secara aktif melibatkan para siswa dalam penyelidikan informasi dan penerapan pengetahuan akan mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Namun, seperti keterampilan apa pun, berpikir kritis memerlukan pelatihan, praktek, dan kesabaran. Siswa awalnya mungkin menolak teknik instruksional, mempertanyakan jika mereka sebelumnya telah diminta hanya untuk mengingat informasi dan tidak berpikir tentang apa yang mereka ketahui. Mereka mungkin berjuang dengan pertanyaan penilaian yang tidak diambil kata demi kata dari buku. Namun, dengan mendorong siswa selama proses berpikir dan perilaku pemodelan, keterampilan berpikir kritis siswa dapat meningkat. 42 42 Ebiendele Ebosele Peter, “Critical thinking: Essence for teaching mathematics and mathematics problem solving skills”, African Journal of Mathematics and Computer Science Research, Vol. 53:43, Nigeria, Februari 2012, 39-43. 2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Syahbana yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual Teaching and Learning ”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa SMPN di Palembang pada tahun 2011. Hasil Penelitiannya adalah 1 Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional. 2 Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa pada level pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, dan rendah. 3 Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level pengetahuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa. 43 3. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ahmet KACAR dan Asist. Prof. Dr. Abdulkadir TUNA y ang berjudul “The Effect of 5E Learning Cycle Model in Teaching Trigonometry on Student’s Academic and The Permanence of Their Knowledge ”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa SMA kelas 10 untuk semester musim semi tahun 2010-2011 di Kastamonu. Hasil penelitian menunjukan bahwa Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Kemudian setelah 1 bulan dilakukan tes kembali untuk mengukur kepermanenan kemampuan trigonometri yang telah dikuasai, ternyata hasilnya pun juga lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran learning cycle 5e didasarkan pada pendekatan konstruktivis yang dapat melatih kecakapan berpikir yang lebih tinggi, merangsang siswa untuk mengeksplor, untuk menyelidiki, untuk mendapat pengalaman, dan juga dapat mentransmisikan 43 Ali Syahbana, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual Teaching and Learning”, Jurnal edumatika, 2:55, Bengkulu, 2012, ISSN: 2088-2157.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran simplex basadur terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di kelas VII MTs Al ASIYAH Cibinong

1 18 166

Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Pbm) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Di Smk Dharma Karya Jakarta

1 16 221

Pengaruh model pembelajaran learning cycle terhadap keterampilan berpikir kritis siswa

0 22 8

Pengaruh strategi pembelajaran aktif teknik question student have terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di Kelas VII SMP Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 240

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E TERHADAP

0 0 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP: Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung Barat.

1 3 91

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL.

0 0 56

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP: Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII di Salah Satu SMP Negeri di Kabupaten Bandung.

1 3 51

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROSES BERPIKIR REFLEKTIF TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA :Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa salah satu SMP Negeri di Sungailiat.

0 0 53

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 5E TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

0 0 6