2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali Syahbana yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual Teaching and
Learning ”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa SMPN di Palembang
pada tahun 2011. Hasil Penelitiannya adalah 1 Terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa
antara yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional. 2 Terdapat
perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis antara siswa pada level pengetahuan awal matematika tinggi, sedang, dan
rendah. 3 Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan level pengetahuan awal matematika siswa terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kritis matematis siswa.
43
3. Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Ahmet KACAR dan Asist. Prof. Dr.
Abdulkadir TUNA y ang berjudul “The Effect of 5E Learning Cycle Model in
Teaching Trigonometry on Student’s Academic and The Permanence of Their Knowledge
”. Penelitian tersebut dilakukan pada siswa SMA kelas 10 untuk semester musim semi tahun 2010-2011 di Kastamonu. Hasil penelitian
menunjukan bahwa Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
konvensional. Kemudian setelah 1 bulan dilakukan tes kembali untuk mengukur kepermanenan kemampuan trigonometri yang telah dikuasai,
ternyata hasilnya pun juga lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran learning cycle 5e
didasarkan pada pendekatan konstruktivis yang dapat melatih kecakapan berpikir yang lebih tinggi, merangsang siswa untuk mengeksplor, untuk
menyelidiki, untuk mendapat pengalaman, dan juga dapat mentransmisikan
43
Ali Syahbana, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Kontekstual Teaching and Learning”, Jurnal edumatika,
2:55, Bengkulu, 2012, ISSN: 2088-2157.
ketrampilan berpikir kritis. Sehingga siswa akan lebih lama mengingat pengalaman belajarnya.
44
4. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Fitrian Dwi Puspita yang berjudul
“Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Penalaran Deduktif Matematik Siswa
”. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2013 di SMPN 11 Bekasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model
learning cycle 5e mampu meningkatkan penalaran deduktif matematik siswa. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata penalaran deduktif matematik siswa kelas
IX-2 pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung mengalami peningkatan. Pada siklus I rata-rata skor sebesar 79,93 menjadi 86,38 di siklus
II, skor naik sebesar 6,45. Selain itu, dilihat dari setiap indikator penalaran deduktif matematik siswa juga sudah mencapai 75.
45
C. Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional menganggap guru sebagai gudang ilmu, dan menempatkan guru sebagai subjek
yang aktif dalam pembelajaran. Kegiatan belajar seperti ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematisnya. Oleh
karena itu peneliti ingin melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematisnya,
terutama kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Peneliti ingin menggunakan model pembelajaran learning cycle 5e karena model pembelajaran ini berbasis
konstruktivisme sehingga dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, serta dapat melatih kemampuan berpikir siswa.
Model pembelajaran ini terdiri dari 5 tahap belajar yaitu engage, explore,
explain, elaborate, dan evaluate. Pertama, tahap engage guru berusaha melibatkan
44
Ahmet KACAR dan Asist. Abdulkadir TUNA, “The Effect of 5E Learning Cycle Model
in Teaching Trigonometry on Student’s Academic and The Permanence of Their Knowledge”, International Jurnal on New Trends in Education and Their Implications, 4:73, Kastamanu,
Turkey, 2013, ISSN: 1309-6249.
45
Fitrian Dwi Puspita, “Penerapan Model Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Penalaran Deduktif Matematk Siswa SMPN 11 Bekasi Kelas IX-2 pada Pokok Bahasan Bangun
Ruang Sisi Lengkung”, Skripsi UIN Jakarta: 2013, h. 104, tidak diterbitkan.
siswa pada proses pembelajaran, membangkitkan minat dan keingintahuan siswa terhadap konsep matematika yang akan dipelajari, siswa diberikan kesempatan
untuk menggali dan mengutarakan pengetahuan awal yang mereka miliki terkait dengan materi yang akan dipelajari melalui sejumlah pertanyaan yang guru
berikan kepada siswa. Hal tersebut dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan di pikiran siswa tentang “Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Materi apa yang
terkait dengan hal ini? Apa yang dapat diperoleh terkait hal ini?”, dan siswa juga
dapat mengaitkan konsep matematika dengan kehidupan sehari-hari, serta siswa juga akan menggali informasi tentang materi yang akan dipelajari.
Kedua, tahap explore, siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
sebelumnya. Siswa berdiskusi dengan siswa lain dalam suatu kelompok kecil. Kemampuan berpikir siswa dapat dilatih melalui proses diskusi tersebut, dengan
cara mengamati, membaca masalah, mengumpulkan informasi-informasi yang terdapat dalam permasalahan yang diberikan, menuliskan gagasan-gagasan
beserta alasan-alasan yang logis yang dapat mendukung gagasan yang mereka ungkapkan untuk menyelesaikan masalah, mempertimbangkan semua gagasan
untuk menentukan strategi penyelesaian masalah, sampai mereka dapat menemukan definisi, rumus, ataupun ciri-ciri dari konsep tersebut melalui
masalah yang diberikan. Ketiga, tahap explain, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan
serta menjelaskan suatu konsep dengan kalimat dan hasil pemikiran mereka sendiri, meminta alasan dari penjelasan siswa terhadap hasil diskusi kelompok.
Siswa akan lebih paham tentang konsep yang sedang dipelajari apabila mereka menjelaskannya dengan menggunakan kalimat yang mereka buat sendiri. Selain
itu, siswa juga dilatih untuk saling mendengarkan secara kritis penjelasan antar siswa atau guru. Artinya, Siswa lain yang mendengarkan diberikan kesempatan
untuk bertanya kepada siswa yang presentasi apabila ada yang ingin ditanyakan atau kelompok lain juga dapat menyanggah pendapat dari kelompok yang
presentasi dengan syarat dapat memberikan alasan-alasan yang logis. Dengan demikian, siswa dilatih untuk tidak langsung menerima informasi apa yang