Langkah-Langkah Problem Based Learning PBL

eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi serta mengkomunikasikan. Tahapan-tahapan penting yang harus diperhatikan adalah pertanyaan yang berdasarkan pertanyaan “kenapa”, bukan sekedar “bagaimana”. Oleh karena itu dalam pembelajaran PBL mampu menjelaskan permasalahan dan bagaimana permasalahan tersebut dapat terjadi, dan yang harus dicapai pada akhir pembelajaran adalah kemapuan untuk memahami permasalahan dan alasan timbulnya permasalahan tersebut dalam tatanan sistem yang sangat luas. Penerapan PBL dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh peserta didik. Peserta didik akan memusatkan perhatiannya pada masalah tersebut, dengan belajar teori, dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. PBL merupakan bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma pembelajaran. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah termasuk bagaimana belajar. 52 Pembelajaran dengan PBL dapat diterapkan bila didukung oleh lingkungan yang mendukung. Beberapa kelebihan dari pembelajaran PBL menurut Elhert adalah: 1 menyediakan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan penelitian, 2 membangun keterampilan berpikir kritis, 3 mengenal content materi subyek dan membangun tujuan sesuai konsep, 4 memberdayakan peserta didik menjadi seseorang ahli dalam bidang tertentu, 5 memungkinkan peserta didik menghasilkan lebih dari satu bentuk solusi, 6 menyatakan ketidaktentuan dan kebutuhan untuk mengembangkan asumsi; dan 7 memotivasi peserta didik belajar. 53 Sementara itu kelemahan dari penerapan model pembelajaran PBL menurut Warsono adalah: tidak banyak pendidik yang mampu mengantarkan siswa kepada pemecahan masalah, seringkali memerlukan biaya mahak dan waktu 52 L. Kurniani, I. Indiati, dan Sudargo, Efektivitas Problem Based Learning dan Group Investigation Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa SMP, Prosiding Mathematics and sciences forum 2014 , h. 631 53 Ni L. Sudewi, I W. Subagia, dan I N. Tika, Studi Komparasi Penggunaan Model Pembe lajaran Problem Based Learning PBL dan Kooperatif Tipe Group Investigation Gi Terhadap Hasil Belajar Berdasarkan Taksonomi Bloom, e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2014, h. 3. yang panjang, serta aktivitas siswa yang dilaksanakan diluar sekolah sulit dipantau pendidik. 54 Menjalankan model pembelajaran dalam PBL dengan baik diperlukan adanya kelompok-kelompok kecil dalam pembelajarannya. Kelompok ini diperlukan agar para anggota kelomok dalam proses pembelajaran dapat berbagi pengetahuan dan gagasan yang dimilikinya. Kinerja dari masing-masing kelompok dapat menentukan sukses atau tidaknya proses PBL. Proses pembelajaran dalam PBL saat di kelompok diharapkan juga mendapatkan lebih banyak kecakapan, mulai dari kecakapan memecahkan masalah Problem Solvingskills , kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok Berdasarkan penjelasan dari model pembelajaran project based learning PJBL, dan model pembelajaran problem based learning PBL memiliki perbedaan. PJBL secara khusus dimulai dengan produk akhir didalam pikiran, produksi mengenai sesuatu yang memerlukan keterampilan atau pengetahuan isi tertentu yang secara khusus mengajukan satu atau lebih problem yang harus dipecahkan oleh pembelajar. Sedangkan PBL dimulai degan pemecahan masalah merupakan salah satu bagian dari proses bukan fokus dalam manajemen masalah. 55 Persamaan dari model pembelajaran PJBL dan PBL adalah kedua pembelajaran ini dimkasudkan untuk melibatkan pembelajaran di dalam tugas otentik dan dunia nyata agar dapat memperluas belajar. Pembelajar diberikan tugas proyek atau problem yang open ended dengan lebih dari satu pendekatan atau jawaban, yang menggambarkan situasi professional. Selain itu kedua pembelajaran ini merupakan student centered, dan menempatkan peranan guru sebagai fasilisator, dan dilakukan dengan kelompok yang kolaboratif, dan didorong mencari berbagai sumber informasi yang berhubungan dengan proyek atau problem yang dikerjakan, serta menekanakan pengukuran hasi belajar otentik dan dengan basis unjuk kerja performance based assessment. 56 54 Warsono, dan Hariyanto, op.cit., h. 152 55 Ngalimun, Fauzani, Salabi, op.cit., h.196 56 Ibid., h.195-196

3. Pembelajaran Problem Solving Pemecahan Masalah

a. Pengertian Problem Solving

Selain model pembelajaran Project Based Learning PJBL, dan Problem Based Learning PBL, terdapat model pembelajaran lainnya yang didasarkan pada pembelajaran berbasis masalah, yaitu Problem solving. Menurut Wina Sanjaya, “Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah yang dilakukan dengan tahapan tertentu dan didasarkan pada data dan fakta yang jelas”. 57 Sedangkan menurut Ngalimun ,“Problem Solving merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk menemukan cara penyelesaian menemukan pola, aturan atau alogritma, yang siswa disajikan permasalahan yang memenuhi kriteria di atas, siswa berkelompok atau individu mengidentifikasi, eksplorasi, investigasi, menduga dan akhirnya menemukan solusi ”. 58 “Solving problems is effectively models requires students to identify, define, and solve problem using logic, as well and creative thingking. In the process, students arrive at deep understanding of the topic area and contruct new knowledge and understanding on which they are able to make decisions ”. 59 Problem Solving adalah model pembelajaran efektif dan mengharuskan peserta didik untuk identifikasi, menjelaskan, dan memecahkan masalah menggunakan logika dan berfikir kreatif. Dalam prosesnya, siswa sampai pada pemikiran yang mendalam mengenai suatu topik dan membangun pengetahuan baru serta mengerti sampai untuk membuat keputusan. Problem Solving merupakan metode mengajar dimana siswa diberi soal kemudian dimintai pemecahannya dengan tujuan menanamkan kepada peserta didik bagaimana cara berpikir sistematis dan logis dalam mengatasi suatu masalah yang dihadapi sehingga akan timbul pola pembelajaran yang interaktif yang lebih 57 Wina Sanjaya, op.cit., h. 214-215 58 Ngalimun, Fauzani, Salabi, op.cit., h. 232 59 Crebert, G Patrick, dkk, Critical Evaluation Skills Toolkit 2 and Edition, Jurnal Griffith University , 2011, h.1. menekankan komunikasi banyak arah dan menempatkan siswa sebagai variabel. 60 Problem Solving bukanlah sekedar model pembelajaran, tetapi sebuah metode berpikir, sebab dalam Problem Solving dapat menggunakan model pembelajaran lain dimulai dari mencari data sampai menarik kesimpulan. 61 Pembelajaran dalam Problem Solving mendorong peserta didik untuk berfikir secara sistematis dengan menghadapkan pada masalah-masalah, sehingga diharapkan dapat menggunakannya dalam situasi-situasi problematis dalam kehidupannya. Selain itu sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah, dan harus dihadapi secara ilmiah, maka Problem Solving memiliki ciri: 1 Rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya memiliki kegiatan yang harus dilakukan peserta didik, tidak hanya mendengarkan, tetapi aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. 2 Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, menempatkan masalah sebagai kata kunci, dan tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3 Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah, dilakukan secara secara sistematis dan empiris. 4 Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas. 62 Problem Solving memberikan struktur untuk mendukung peserta didik bekerja secara logis dan kaku menuju ke arah sebuah solusi atau cara penyelesaian masalah. Ciri-ciri permasalahan yang baik sesuai dengan tujuan dari pembelajaran model pembelajaran Problem Solving yaitu: 1 Permasalahan hendaknya nyata dan dapat melatih mental peserta didik untuk memecahkannya. 2 Permasalahan hendaknya bermakna sehingga dapat dipelajari dengan sungguh-sungguh. 3. Permasalahan hendaknya sama dengan tujuan pendidikan dan sesuai dengan 60 Ali Muhson, Penerapan Metode Problem Solving dalam Pembelajaran Satatistika Lanjutan, 2005, h.2. http:staff.uny.ac.idsystemfilespenelitianAli20Muhson,MuhsoProblemSolving.pdf . 61 Nana Sudjana. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014, h 85. 62 Kokom Komariah, Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Peserta didik Kelas IX di SMP Negeri 3 Cimahi, Prosiding Universitas Negeri Yogyakarta, 2011, h. 2 lingkungan belajar, serta 4 Permasalahan hendaknya sesuai dengan kemampuan siswa-siswa yang memungkinkan mereka dapat melaksanakannya. 63 Menurut Garofalo dalam Jamie , “Pembelajaran Problem Solving mewakili aktivitas mental yang kompleks yang terdiri dari berbagai keterampilan kognitif dan tindakan, dan termasuk keterampilan berpikir tingkat tinggi seperti visualisasi, asosiasi, abstraksi, pemahaman, manipulasi, penalaran, analisis, sintesis, generalisasi ”. 64 Kegiatan yang dapat dilakukan antara peserta didik dan pendidik selama proses pembelajaran dapat dilihat pada tahapan yang dijabarkan oleh Syaiful Bahri berikut: 1 Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan dan tumbuh dari peserta didik sesuai dengan kemampuannya. 2 Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. 3 Menetapkan jawaban sementara dan didasarkan kepada data yang telah diperoleh. 4 Menguji kebenaran jawaban sementara. 5 Menarik kesimpulan tentang jawaban dari permasalahan yang telah dipaparkan. 65 Pendapat lain mengenai tahapan Problem Solving dalam kelompok menurut Wina dikuti dalam David Johnson dan Johnson, adalah: 1 Mendefinisiakn masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu, dan dapat meminta pendapat, penjelasan peserta didik mengenai isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. 2 Mendiagnosis masalah, menentukan sebab yang terjadi, menganalisis berbagai faktor yang menghambat maupun mendukung permasalahan. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam kelompok kecil.3 Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang dirumuskan melalui diskusi kelas, dan peserta didik diminta untuk mengemukakan alasan atas tindakan yang akan dilakukan. 4 Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, 63 Widia Ratna Sari, dkk, Penerapan Model Pembelajaran Problem Solvingdalam Kelompok Kecil untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar, Jurnal Online Universitas Negeri Malang , 2012, h. 2http:jurnalonline.um.ac.iddataartikel.pdf 64 Jamie Kirkley, Principle For Teaching Problem Solving, Junal Indiana University, h.3 http:citeseerx.ist.psu.eduf 65 Djamarah, dan Zain, op.cit., h. 92. yaitu pengambilan keputusan menegai tindakan yang akan diambil, dan 5 Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. 66 Berdasarkan beberapa pengertian mengenai Problem Solving diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Solving merupakan suatu model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menciptakan solusi untuk suatu masalah, mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dapat dilakukan secara berkelompok atau individu untuk dapat memahami konsep yang dipelajari.

b. Kelebihan dan Kelemahan Problem Solving

Model pembelajaran Problem Solving sama seperti halnya pembelajaran lain, memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan model pembelajaran Problem Solving adalah menurut Wina Sanjaya adalah: 67 1 Model pembelajaran yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. 2 Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. 3 Meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. 4 Membantu peserta didik dalam mentransfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata. 5 Membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang dilakukan. 6 Memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setaip mata pelajaran merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik. Kelebihan lain model pembelajaran Problem Solving menurut Retno Dwi Suyanti adalah Pembelajaran dengan Problem Solving dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik, dan dapat mengembangkan minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. 68 Selain itu, dengan pembelajaran Problem Solving d apat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari- hari, melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan 66 Wina Sanjaya, op.cit., h. 217-218 67 Ibid., h. 220-221 68 Retno Dwi Suyanti, Strategi Pembelajaran Kimia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, h. 119