Pengertian Belajar Hasil Belajar

Nawawi dalam Ahmad Susanto, menjelaskan “Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”. 10 Hasil belajar juga merupakan hasil dari suatu perubahan perilaku akibat adanya interaksi individu antar individu dan individu dengan lingkungannya yang diwujudkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kemampuan penerimaan dan aspek lainnya yang ada pada individu. 11 Hasil belajar dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari suatu materi disekolah dapat diukur dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes. Hasil tes ini digunakan untuk menilai proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Pemberian tes dilakukan dengan mengacu pada indikator dan keterampilan berpikir tertentu. Salah satu penilaian hasil belajar yang dipakai adalah penilaian hasil belajar dalam aspek kognitif penguasaan konsep. Asepek kognitif yang digunakan adalah taksonomi Bloom baru versi Krathwohl yang terdiri dari enam level, yaitu: mengingat C1, memahami C2, mengaplikasikan C3, menganalisis atau menguraikan C4, evaluasi atau menilai C5 dan membuat C6. 12 Revisi Krathwohl sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering dikenal dengan istilah C1 sampai C6. Jenjang-jenjang dari C1 sampai C6 dapat dilihat sebagai berikut. Jenjang pertama dalam taksonomi tersebut adalah mengingat. Mengingat merupakan kemampuan peserta didik untuk mengingat-ingat kembali apa yang disampaikan oleh guru, dan menyampaikan informasi atau pengetahuan sederhana secara verbal atau tulisan, sifatnya ingatan semata, tanpa ada intepretasi atau 10 Ahmad Susanto, op.cit., h. 5 11 Ni Kt Nik Aris Sandi Dewi, dkk., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project- Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ipa Peserta didik Kelas IV SD Negeri 8 Banyuning, Jurnal Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, 2013., h.. 4 12 Lorin W Anderson, dan David R Kratwohl, Karangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom , Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2010, h.3 manipulasi dari peserta didik sebab apa yang dingat dan disampaikan adalah data dan fakta belaka. Jenjang kedua adalah memahami, seperti menjabarkan, atau menegaskan informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri memberi contoh, menjelaskan idea atau konsep, membuat ringkasan dan melakukan intepretasi sederhana terhadap data atau informasi. Memahami melampui kemampuan menghafal pada jenjang C1. 13 Jenjang ketiga adalah menerapkan atau aplikasi, merupakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah, mengaplikasikan erat kaitannya dengan pengetahuan prosedural. 14 Selain itu jenjang ini memerlukan informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi atau menyelesaikan tugas. Jenjang ke empat adalah menganalisis merujuk pada kemampuan anak didik dalam menguraikan, membandingkan, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan antara bagian-bagian, mengenali motif atau struktur organisasi, dan lainnya. Jenjang ke lima, adalah evaluasi merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan penjelasan terhadap sesuatu yang dievaluasi, hal ini berarti peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk memberi nilai, selain itu peserta didik mampu menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai dalam proses pembelajar 15 Jenjang kognitif yang terakhir adalah mencipta, yang merujuk pada tujuan pendidikan untuk menciptakan suatu produk, dan untuk mencapai tujuan ini peserta didik mensintesiskan informasi atau materi membuat keseluruhan yang baru dalam kemampuan merancang, mendesain, memproduksi, menyempurnakan, dan lain lain. 16 13 Yuli Kwartolo, Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom, Jurnal Pendidikan Penabur , No. 18, 2012, h. 71 14 Anderson, dan Kratwohl, op.cit., h. 116 15 Yuli Kwartolo, op.cit., h. 71 16 Anderson, dan Kratwohl, op.cit., h.128 Berdasarkan jenjang kognitif tersebut untuk mengukur keberhasilan pembelajaran hasil belajar, maka perlu dilakukannya adanya penilaian keberhasilan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar melalui tes prestasi hasil belajar dengan menggunakan tes formatif. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik. Tes formatif merupakan penilaian yang digunakan untuk mengukur topic atau bahasan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tertentu, agar guru dan peserta didik memperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah dicapai 17 Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu penilaian akhir dari proses belajar yang telah dilalui, dan tersimpan dalam jangka waktu tertentu dan membentuk perubahan pada individu untuk mencapai hasil yang lebih baik. Untuk mengukur keberhasilan proses belajar peserta didik digunakan penilaian dengan tes formatif, dengan kriteria tes digunakan jenjang kognitif dari C1 sampai dengan jenjang C6. . 1. Pembelajaran Project Based Learning PJBL Berbagai model pembelajaran saat ini menekankan pada karakteristik pemecahan masalah. Pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah dimaksudkan untuk memberikan pengalaman agar peserta didik dapat dimanfaatkan saat menghadapi berbagai variasi masalah yang didorong untuk mmemecahkan masalah yang berbeda dan diselesaikan dengan tepat hingga memerlukan upaya mencoba berbagai alternative strategi pemecahan. Beberapa model pembelajaran yang berhubungan dengan penyelesaian berbagai permasalahan yaitu model pembelajran Project Based Learning PJBL, Problem Based Learning PBL, dan Problem Solving. 17 Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rieneka Cipta, 2013, h. 106