Berdasarkan jenjang kognitif tersebut untuk mengukur keberhasilan pembelajaran hasil belajar, maka perlu dilakukannya adanya penilaian
keberhasilan untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar melalui tes prestasi hasil belajar dengan menggunakan tes formatif. Hasil dari
evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar peserta didik. Tes formatif merupakan penilaian yang digunakan untuk mengukur
topic atau bahasan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tertentu, agar guru dan peserta
didik memperoleh informasi mengenai kemajuan yang telah dicapai
17
Dengan demikian berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa hasil belajar merupakan suatu penilaian akhir dari proses belajar
yang telah dilalui, dan tersimpan dalam jangka waktu tertentu dan membentuk perubahan pada individu untuk mencapai hasil yang lebih baik. Untuk mengukur
keberhasilan proses belajar peserta didik digunakan penilaian dengan tes formatif, dengan kriteria tes digunakan jenjang kognitif dari C1 sampai dengan jenjang C6.
. 1.
Pembelajaran Project Based Learning PJBL
Berbagai model pembelajaran saat ini menekankan pada karakteristik pemecahan masalah. Pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah
dimaksudkan untuk memberikan pengalaman agar peserta didik dapat dimanfaatkan saat menghadapi berbagai variasi masalah yang didorong untuk
mmemecahkan masalah yang berbeda dan diselesaikan dengan tepat hingga memerlukan upaya mencoba berbagai alternative strategi pemecahan. Beberapa
model pembelajaran yang berhubungan dengan penyelesaian berbagai permasalahan yaitu model pembelajran Project Based Learning PJBL, Problem
Based Learning PBL, dan Problem Solving.
17
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar Jakarta: Rieneka Cipta, 2013, h. 106
a. Pengertian Project Based Learning PJBL
Salah satu model pembelajaran yang termasuk ke dalam pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran Project Based Learning PJBL.
Menurut Warsono, “PJBL atau model pembelajaran berbasis proyek didefinisikan sebagai suatu pengajaran yang melibatkan siswa dalam penyelidikan, dan
mencoba mengkaitkan antara teknologi dan masalah kehidupan sehari-hari yang akrab dengan siswa atau dengan proyek sekolah.
18
Pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Sedangkan Imas Kuniasih merumuskan bahwa
Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang
menggunakan permsalahan sebagai awal pembelajaran, proyekkegiatan sebagai media, dan melakukan eksplorasi bersama kelompok maupun
secara individual, penilaian interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar, serta memunculkan Inquiry
dengan pertanyaan penuntun serta membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek dalam
kurikulum.
19
Suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses
pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata. Dengan adanya
produk nyata yang dapat dibuat secara kelompok kolaboratif dapat membuat pengalaman belajar peserta didik lebih menarik dan bermakna dalam prosesnya.
20
Munculnya model pembelajaran PJBL berangkat dari pandangan konstruktivisme yang mengacu pada pembelajaran kontekstual yang merupakan
proses pembelajaran dimana para peserta didik berperan aktif untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan, meneliti, mempresentasikan, dan membuat
18
Warsono, dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, h 153
19
Imas Kurniasih, dan Berlin Sani., Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Mamahami Aspek dalam Kurikulum 2013,
Yogyakarta: Kata Pena, 2014, h. 81.
20
Ni Kt Nik Aris Sandi Dewi, dkk., op.cit., h.3
dokumen, serta dirancang untuk digunakan pada masalah kompleks yang diperlukan peserta didik dalam melakukan investigasi dan memahaminya.
21
“The Project-based Learning Model provides a scaffold or structure for students to engage in each of these practices by taking the steps to develop and
implement a project.” Artinya, project based learning menyediakan rancangan atau struktur bagi siswa untuk terlibat dalam setiap praktek atau kegiatan dengan
menggunakan tahapan untuk mengembangkan dan melaksanakan proyek.
22
Kegiatan dalam pembelajaran ini menekankan pada kegiatan belajar yang berdurasi panjang, perpusatan pada perserta didik, serta berhubungan dengan
praktik dan isu dunia nyata, serta dapat meningkatkan keyakinan diri pada peserta didik, motivasi untuk belajar, kemampuan kreatif, dan mengagumi diri sendiri,
sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik.
23
Model pembelajaran ini menempatkan guru sebagai fasilitator, motivator, monitor dan evaluator. Sebagai fasilitator guru harus menjamin tersedianya sarana
dan prasarana pembelajaran yang diperlukan siswa, sebagai motivator guru senantiasa memberikan dorongan dan bimbingan kepada siswa agar proyek dapat
terlaksana sesuai dengan jadwal yang disepakati.
24
Mengacu pada beberapa pengertian mengenai Project Based Learning PJBL diatas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran PJBL merupakan
strategi pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai saran pembelajaran untuk mencapai pengetahuan yang memfasilitasi peserta didik
terlibat terlibat aktif dalam berinvestigasi, memecahkan masalah dunia nyata, tugas-tugas bermakna lainya, dan menghasilkan suatu produk nyata dengan tujuan
meningkatkan motivasi, kemampuan berpikir tingkat tinggi, memahami materi secara menyeluruh, dan meningkatkan keterampilan proses peserta didik.
21
I Made Wirasana, dkk., Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning
Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta didik SMA Jagantara, e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, 2014., h. 3.
22
Erica Backer, Project-Based Learning Model: Relevant Learning for the 21
st
Century, Washington: Pacific Education Institute, 2011, h. 2
23
Ngalimun, Muhammad Fauzani, Ahmad Salabi, Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2016, h. 189
24
I Dw A. Trisna Handayani, dkk, Komparasi Peningkatan Pemahaman Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa SMA yang Dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning
d
an Project Based Learning, e- Journal Universitas Pendidikan Ganesha,
Vol. 5 , 2015 h. 5
Pembelajaran PJBL berbeda dengan teknik pembelajaran yang lainnya, dimana dapat meningkatkan kebiasaan belajar peserta didik yang khas serta
praktik belajar yang baru, hingga mengharuskan siswa untuk berpikir secara orisinil sampai akhirnya siswa dapat memecahkan masalah dalam kehidupan
nyata.
25
Beberapa Karakteristik PJBL, menurut Made Wena diantaranya: 1 menggunakan berbagai gaya belajar, 2 berorientasi pada proses belajar dunia
nyata, 3 menyajikan lingkungan belajar yang dapat memberikan umpan balik yang positif, 4 mendorong peserta didik untuk berpikir dalam tingkat tinggi, 5
masalah atau pembelajaran yang diberikan mampu menghasilkan proses belajar yang bermakna, 6 proyek yang dihasilkan memiliki nilai bernakna bagi peserta
didik dan 7 mendorong peserta didik melakukan penilaian mandiri terhadap kegiatan pembelajarannnya.
26
Sedangkan menurut M.Hosnan, selain memiliki karakteristik tertentu, PJBL juga memiliki beberapa prinsip-prinsip yaitu: 1 Keterpusatan centrality;
adalah proyek dalam PJBL adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum, proyek adalah strtegi pembelajaran, dan peserta didik mengalami dan
belajar mengenai konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. 2 Berfokus pada pertanyaan atau masalah; yang mendorong pelajar menjalani konsep dan prinsip
inti atau pokok disiplin. 3 Investigasi konstrukstif atau desain investigasi dapat berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan
masalah, diskoveri atau proses pembangunan model. 4 Otonomi, aktivitas peserta didik merupakan aktivitas yang sangat penting. Peserta didik memiliki peran
sebagai pemberi keputusan dan pencari solusi problem solver. 5 Realisme; meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan perserta didik dalam konteks
dimana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang bekerja dengan pelajar dalam
25
Warsono, dan Hariyanto, op.cit., h 154
26
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, h. 153
proyek, produk dihasilkan, audien bagi produk proyek atau kriteria dimana produk atau unjuk kerja dinilai.
27
Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa pembelajaran dengan menggunakan model project based learning PJBL
memiliki karakteristik dan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk merangsang atau memberikan keaktifan kepada peserta didik dengan pemberian
berbagai permasalahan dan proyek yang disajikan sehingga dihasilkan suatu hasil belajar yang nyata dalam bentuk proyek atau produk, serta memiliki niali
berbekas dan dapat disimpan dalam pikiran peserta didik dalam jangka yang panjang.
b. Langkah-langkah Project Based Learning PJBL
Project Based Learning PJBL merupakan salah satu model pembelajaran
yang menempatkan peserta didik sebagi sumber utama untuk mempelajari kajian materi, dan dapat dilaksanakan dengan apabila pengajar siap dengan segala
perangkat yang diperlukan sehingga proses pembelajaran dapat berjalan. Tahapan- tahapan PJBL secara berurutan menurut Imas Kurniasih diantaranya:
28
Tabel 2.1 Tahapan Pembelajaran PJBL menurut Imas Kurniasih
Tahapan Pembelajaran Aktivitas Pembelajaran
Penentuan proyek Peserta didik menentukan tema atau topik proyek berdasarkan
tugas proyek yang diberikan oleh guru, diberi kesempatan untuk memilih atau menetukan proyek yang dikerjakan secara
kelompok atau mandiri dengan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru.
Perancangan langkah- langkah penyelesaian
kelompok Peserta didik merancang tahapan kegiatan penyelsaian proyek
dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya.
27
M. Hosanan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia , 2014, h. 323
28
Imas Kurniasih, dan Berlin Sani., op.cit., h. 85-87