C. Pembahasan
Berdasarkan pengujian hipotesis terhadap data pretest kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan keterampilan proses sains yang signifikan antara kelompok eksperimen I yaitu yang menggunakan LKS inkuiri terstruktur dengan kelompok eksperimen
II yaitu yang menggunakan LKS inkuiri terbimbing, dengan t
hitung
lebih kecil dari t
tabel
, yaitu 0,74 2,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II memiliki keterampilan proses sains awal yang sama.
Setelah diberikan perlakuan, diperoleh skor rata-rata kelompok eksperimen I lebih besar dibandingkan kelompok eksperimen II 77,44 70,42.
Pengujian hipotesis terhadap data posttest kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II dengan menggunakan Uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol. Hal tersebut dibuktikan dengan t
hitung
lebih besar dari pada t
tabel
, yaitu 3,046 2,00. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya perbedaan yang signifikan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan LKS inkuiri terstruktur dengan siswa yang menggunakan LKS
inkuiri terbimbing pada konsep fotosintesis. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian Nengsih Juanengsih bahwa pembelajaran dengan mengggunakan
inkuiri terstruktur dan inkuiri terbimbing tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kemampuan kerja ilmiah.
1
Perbedaan hasil tes keterampilan sains antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II ini dikarenakan adanya perbedaan perlakuan
antara kedua kelompok ini. Pada kelompok eksperimen I diberikan LKS inkuiri terstruktur sebagai media ajar selama proses pembelajaran. Sedangkan kelompok
eksperimen II diberikan LKS inkuiri terbimbing sebagai media ajar selama proses pembelajaran. Nilai posttest keterampilan proses sains kelompok eksperimen I
lebih besar dari pada kelompok eksperimen II. Hal ini menunjukkan bahwa LKS inkuiri terstruktur lebih menunjang dalam mengembangkan keterampilan proses
sains untuk siswa tingkatan SMPMTs.
1
Nengsih Juanengsih, “Perbandingan Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Inkuiri Terstruktur Terhadap Peningkatan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Kerja Ilmiah
Siswa Kelas X Pada konsep Bioteknologi ”, Metamorfosa, 1, 2006, h. 24.
Berdasarkan persentase 7 aspek keterampilan proses sains KPS kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II terdapat perbedaan pada saat
pretest dan posttest. Persentase rata-rata 7 aspek KPS pretest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II, yaitu 39,52 dengan kategori rendah,
dan 38,47 dengan kategori rendah. Sedangkan persentase rata-rata 7 aspek KPS
posttest pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II, yaitu 76,75 dengan kategori tinggi, dan 70,64 dengan ketegori sedang. Data tersebut
menunjukkan bahwa penggunaan LKS inkuiri terstruktur dan LKS terbimbing dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hal ini sejalan dengan
penelitian Delthawati, bahwa LKS berbasis pendekatan inkuiri terbimbing mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
2
Dari ketujuh aspek KPS yang diukur, kemampuan menggunakan alat dan bahan merupakan aspek yang memiliki perbedaan signifikan antara kelompok
eksperimen I 64,52 dan kelompok eksperimen II 82,80. Hal dikarenakan kelompok eksperimen II dituntut untuk menyiapkan alat dan bahan sendiri yang
kemudian dicatat di dalam LKS, sedangkan kelompok eksperimen I sudah disiapkan oleh guru atau peneliti. Data ini didukung dengan hasil penilaian LKS
yang menunjukkan bahwa kelompok eksperimen I tidak mendapatkan nilai pada tahap melakukan percobaan, sedangkan kelompok eksperimen II memperoleh
nilai 83 pada pertemuan ke-1 dan 100 pada pertemuan ke-2. Untuk kelompok eksperimen I yang menggunakan LKS inkuiri terstruktur
berdasarkan hasil posttest diperoleh aspek KPS tertinggi adalah keterampilan dalam menerapkan konsep. Hal ini dikarenakan di dalam LKS inkuiri terstruktur
siswa tercantum beberapa pertanyaan untuk menguatkan konsep yang dipraktikumkan, sedangkan di dalam LKS inkuiri terbimbing tidak tercantum
pertanyaan tersebut. Selain itu, pada kelompok eksperimen I memiliki waktu lebih lama pada saat diskusi dan penilaian di akhir pembelajaran. Pada saat diskusi dan
penilaian akhir, guru atau peneliti melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai konsep fotosintesis yang telah dipraktikumkan. Hal tersebut tidak terjadi pada
2
Delthawati, “Pengembangan LKS Fisika Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing Untuk Program RSBI Dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains
”, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol.16, 2010, h.1.