Klasifikasi instrumen keuangan Categories of financial instruments

Powering The Way To Promote Capital Market Deepening PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia 254 P.T. KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT - Lanjutan P.T. KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS DECEMBER 31, 2014 AND FOR YEAR THEN ENDED - Continued 57 - Analisis sensitivitas dibawah ini, ditentukan berdasarkan eksposur suku bunga terhadap aset keuangan yang menggunakan suku bunga mengambang pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013. Analisis ini disajikan dengan asumsi saldo liabilitas keuangan pada akhir periode pelaporan masih beredar sepanjang tahun. The sensitivity analysis below had been determined based on the exposure of the financial asset to floating interest rates as of December 31, 2014 and 2013. The analysis is prepared assuming the amount of the liability outstanding at the end of the reporting period was outstanding for the whole year. Jika suku bunga mengalami perubahan 100 basis poin lebih tinggi rendah dan variabel lain konstan, laba sebelum pajak Perusahaan untuk tahun-tahun yang berakhir 31 Desember 2014 dan 2013, akan mengalami peningkatan penurunan masing-masing sebesar Rp 4.911.290.335 dan Rp 4.710.246.850. If interest rate had been 100 basis points higher lower and the other variable held constant, the Company profit before tax for the years ended December 31, 2014 and 2013 would increase decrease by Rp 4,911,290,335 and Rp 4,710,246,850, respectively. 100 basis poin adalah tingkat sensitivitas yang digunakan ketika melaporkan secara internal risiko suku bunga kepada karyawan kunci, dan merupakan penilaian manajemen terhadap perubahan yang mungkin terjadi pada aset bersih. The 100 basis point is the sensitivity rate used when reporting interest rate risk internally to key management personnel and represents management’s assessment of the reasonably possible change in net assets. ii. Risiko nilai tukar ii. Foreign exchange risk Risiko nilai tukar adalah risiko terjadinya kerugian yang diakibatkan oleh pergerakan nilai tukar dari mata uang yang digunakan oleh perusahaan. Perusahaan memiliki aset dan liabilitas moneter dalam mata uang asing. Perusahaan memiliki kebijakan untuk melakukan pengawasan pergerakan kurs mata uang asing terhadap pendapatan atau biaya yang akan diterima atau dibayarkan. Foreign exchange risk is the risk of losses due to changes in the exchange rates of the foreign currencies used by the Company. The Company has monetary assets and liabilities in foreign currencies. The Company has a policy to monitor foreign currency exchange rate movements relative to revenue or expenses that will be received or paid. Sensitivitas Perusahaan terhadap peningkatan dan penurunan 2,55 dan 7,99 terhadap USD yang akan meningkatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 1.014.501.047 dan Rp 1.164.788.114 masing-masing untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2014 dan 2013. The Company’s sensitivity will increase and decrease to 2.55 and 7.99 change in USD which indicates an increase in profit before tax of Rp 1,014,501,047 and Rp 1,164,788,114 for the years ended December 31, 2014 and 2013, respectively.     Powering The Way To Promote Capital Market Deepening PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia 255 NESIA 57 - ah ini, een han nts tas rate nya of hadap se P.T. KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN 31 DESEMBER 2014 DAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA TANGGAL TERSEBUT - Lanjutan P.T. KLIRING PENJAMINAN EFEK INDONESIA NOTES TO FINANCIAL STATEMENTS DECEMBER 31, 2014 AND FOR YEAR THEN ENDED - Continued 58 - iii. Risiko harga lain iii. Other price risk Perusahaan juga menghadapi risiko harga pasar lain terkait investasi efek FVTPL dan AFS. Untuk mengelola risiko harga yang timbul dari investasi ini, Perusahaan mendiversifikasi portofolionya. Diversifikasi portofolio dilakukan berdasarkan batasan yang ditentukan dalam kebijakan investasi Perusahaan. Kebijakan tersebut juga mengatur pengawasan terhadap pergerakan dari investasi efek tersebut. The Company is also exposed to market price risk in respect of its FVTPL and AFS. To manage its price risk arising from these investments, the Company diversifies its portfolio. Diversification of the portfolio is done in accordance with the limits set in the Company’s Investment Policy. This policy also set up the control for monitoring of its FVTPL and AFS movement. Analisa sensitivitas berikut ini ditentukan berdasarkan eksposur risiko harga reksadana dan obligasi pada akhir periode pelaporan. The sensitivity analysis below have been determined based on the exposure to mutual fund and bond price risk at the end of the reporting period. Berdasarkan penilaian internal manajemen, Perusahaan menggunakan 1 masing-masing pada tahun 2014 dan 2013 untuk menghitung kenaikan penurunan harga efek sebagai akibat perubahan nilai wajar FVTPL: Based on management’s internal assessment, the Company uses 1 in 2014 and 2013, respectively, to calculate the increasedecrease as a result of changes in fair value FVTPL:  Keuntungan kerugian nilai wajar perubahan reksadana dan obligasi dari aset keuangan FVTPL pada laporan laba rugi komprehensif pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 akan mengalami kenaikan penurunan masing-masing sebesar Rp 2.965.936.048 dan Rp 2.585.502.519.  Gain loss in change of fair value of mutual fund and bond from financial assets FVTPL in statements of comprehensive income as of December 31, 2014 and 2013 would increaseddecreased by Rp 2,965,936,048 and Rp 2,585,502,519.  Cadangan revaluasi investasi dari aset keuangan tersedia untuk dijual pada bagian ekuitas pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013 akan mengalami kenaikan penurunan masing-masing sebesar Rp 1.644.560.810 dan Rp 1.556.022.810.  Available-for-sale-investment revaluation reserve in the equity as of December 31, 2014 and 2013 would increased decreased by Rp 1,644,560,810 and Rp 1,556,022,810, respectively. Manajemen Risiko Likuiditas Liquidity Risk Management Risiko likuiditas adalah risiko terjadinya ketidakmampuan Perusahaan untuk memenuhi liabilitas arus kas saat jatuh tempo, yang diakibatkan oleh ketidakmampuan untuk melikuidasi aset, ataupun mendapatkan pendanaan yang mencukupi. Perusahaan memiliki kebijakan untuk mengelola likuiditas secara hati-hati dengan memelihara kecukupan saldo kas dan ketersediaan modal kerja. Liquidity risk is the risk of the Company’s inability to fulfill its cash flow obligations when they become due, as a result of inability to liquidate assets or to obtain sufficient funding. The Company has a policy to manage liquidity prudently by maintaining an adequate cash balance and availability of working capital.