Penggunaan model penemuan terbimbing menggunakan media lembar kerja siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi trigonometri siswa kelas X SMA N 1 Tempel tahun ajaran 2012/2013.

(1)

PENGGUNAAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI SISWA KELAS X SMA N 1 TEMPEL TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Allexander Gumawang NIM : 091414046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

PENGGUNAAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LEMBAR KERJA SISWA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI SISWA KELAS X SMA N 1 TEMPEL TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Allexander Gumawang NIM : 091414046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

v

“Mengasah Asa, Berkarya bagi Bangsa” (Allexander Guawang)


(8)

vi ABSTRAK

Allexander Gumawang. 2013. Penggunaan Model Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Lembar Kerja Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model penemuan terbimbing menggunakan media Lembar Kerja Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah tes kemampuan prasyarat kelas eksperimen dan kontrol, tes prestasi belajar kelas eksperimen dan kontrol, wawancara guru, lembar observasi pembelajaran dan penggunaan lembar kerja siswa (LKS).

Hasil penelitian ini menunjukan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing mengunakan media lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi sudut berelasi di kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Peningkatan ini berdasarkan perbandingan kelas kontrol dan kelas eksperiman, dari tabel 5.12 diketahui nilai Sig. (2-tailed) dengan variansi sama (Equal variances assumed) adalah 0,014 dengan nilai T sama dengan -2,530. Oleh karena, nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,014 dan 0,014 lebih kecil dari 0,1 maka H0 ditolak dan H1 diterima. H1 diterima berarti rata-rata hasil tes prestasi belajar kelas eksperimen (kelas XC) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (kelas XB) secara signifikan. Dalam pembelajaran model penemuan terbimbing siswa dibimbing guru untuk „menemukan‟ konsep. Menemukan dalam pengertian ini tidak menemukan secara murni, namun perlu ada bimbingan untuk menemukan konsep sudut berelasi dalam trigonometri. Bimbingan dapat dilakukan secara langsung atapun tidak langsung. Secara langsung dapat melalui interkasi secara langsung antara siswa-guru. Sedangkan bimbingan secara tidak langsung dapat terlihat ketika siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa ini di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep. Interaksi antar siswa dan guru dalam penelitian ini


(9)

vii

dapat nampak ketika siswa merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang ada pada lembar kerja siswa. Peran guru dalam hal ini adalah membimbing siswa yang kesulitan. Dalam pembelajaran model penemuan terbimbing prinsip-prinsp pembelajaran yang harus nampak adalah sebagai berikut. Pertama, adanya perencanaan terarah terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan ini tidak lepas dari pembuatan media lembar kerja siswa yang menuntun siswa untuk menemukan konsep. Kedua, siswa lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep, sedangkan guru sebagi fasilitator. Fasilitator disini adalah fasilitastor yang siap untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Mobilitas guru dalam membimbing siswa sangat penting. Keempat, adanya pembahasan terhadap hasil temuan siswa. Dan ke lima, pada akhir pembelajaran, penguatan oleh guru terhadap kesimpulan yang ditemukan siswa penting untuk dilakukan. Media lembar kerja siswa adalah media yang baik untuk mendukung pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Penggunaan lembar kerja siswa dapat menuntun siswa untuk menemukan konsep. Penggunaan lembar kerja siswa dapat menimbulkan keaktifan siswa. Penggunaan lembar kerja siswa dapat memfasilitasi interaksi guru-siswa dan siswa-siswa.

Kata kunci : Penemuan terbimbing, lembar kerja siswa, sudut berelasi trigonometri, SMA, prestasi belajar


(10)

viii

ABSTRACT

Allexander Gumawang. 2013. The Using Of Guided Discovery Learning Model To Increase Students’ Achievement In Trigonometry Material Grade X Students In SMA N 1 Tempel Academic Year 2012/2013. Mathematic Education Study Program, Department of Mathematic Education and Science, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The purpose of the research in this thesis is to find out whether the using of the guided discovery learning models are able to increase the students‟ achievement in trigonometry grade X students‟ in SMAN 1 Tempel academic year 2012/2013.

This research is a quasi experiment. The subject of this research is grade X students in SMA N 1 Tempel academic year 2012/2013. This research is using quantitative-descriptive method. The data which is gather in this research are prerequisite class experiment and control ability, class achievement for experiment and control test, interview with the teachers, learning observation sheet and the using of students‟ answer sheet (LKS).

The research result shows that learning guided discovery learning model using students‟ worksheet are able to increase the students‟ achievements in the angle materials in grade X students, SMA N 1 Tempel academic year 2012/2013. Based on the table 5.12, sig known (2-tailed) with the same variances (equal variances assumed) is 0,0014, the value of T equal to – 2,530. Due to the value of sig (2-tailed) is 0,0014 and 0,0014 is smaller than 0,1 then H0 rejecetd and H1 accepted. If H1 was accepted, so that the results of experimental class achievement test (XC class) was higher than the control class (XB class) significantly. In this learning model, the students are taught to find out the concept. In this context, there is a guidance to find out the concept of an angle relation in the trigonometry. The guidance can be direct and indirect. The direct guidance is the interaction between students and teacher. Indirect guidance is the students‟ activities. There are some questions in the students‟ worksheet. Those questions will help the students to find out the concept. The interaction between students and teacher seems when the students have some difficulties in working their worksheet. In this case, the role of the teacher is to help the students. In the guided discovery learning model, there are some learning principles that should visible. The first is a good planning about learning. This planning cannot be separated from the media


(11)

ix

which give the direction to the students. The second is student activities. In this principle, the students are hoped to be participate in the process of finding the concept and the teacher as a facilitator. The term of facilitator is to guide the students. The third is teachers‟ mobility. The mobility of the teacher is important, because they guide their students who have the difficulties in finding the concept. The fourth is discussions. It is about the discussion of every concept that found by the students. The fifth is teachers‟ reinforcement. The teachers do the reinforcement at the end of learning process. Students‟ worksheet is a good media to support the guided discovery learning model. The benefit of using students‟ worksheet such as help the students to find out the concept, reinforce the students‟ participation during learning process, and facilitate the interaction between teachers and students.

Keyword: guided discovery, students‟ worksheet, trigonometry angle relation, Senior High School, students‟ achievement.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala kasihNya untuk penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Model Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam penyusunan ini banyak pihak yang mengulurkan bantuan ke penulis sehingga skripsi ini dapat selesai. Oleh sebab itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang selalu memberi kekuatan untuk menyelesaikan skripsi.

2. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan, semangat dan dukungan dari awal penelitian sampai selesainya skripsi ini.

3. Bapak Dominikus Arif Budi Prasetyo, S.Si., M.Si., selaku dosen pendamping akademik yang membimbing penulis selama perkuliahan dan memberikan semangat.


(13)

xi

4. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Kaprodi Pendidikan Matematika.

5. Ibu Enny Murwaningtyas, S.Si., M.Si., selaku Wakaprodi Pendidikan Matematika dan Drs Sukardjono, M.Pd., yang membantu dan memberi semangat dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono dan Drs. A. Mardjono yang selalu menjadi inspirasi penulis untuk tetap mengasa asa berkarya bagi bangsa.

7. Bapak Sugeng, Ibu Heny dan Mas Arif yang membantu dalam hal administarasi dan informasi tentang kuliah dan skripsi.

8. Ibu Ch Djatining Winarti, S.Pd., selaku guru mata pelajaran matematika SMA N 1 Tempel yang selalu mendukung dan membantu dalam penlitin ini.

9. Siswa-siswi SMA N 1 Tempel kelas X Tahun Ajaran 2012/2013 yang membantu dalam penelitian ini.

10.Keluargaku penguatku : Bapak Fx Subandiyono, Ibu Ch Djatining Winarti, Clara Datu dan Vinsenvius Bismar yang selalu mendukungku dan memberi semangat untuk terus maju.

11.Yuliana Pebri Heriawati duniaku yang aku cintai, terima kasih atas semangat, dorongan, dan kebersamaannya selama ini.

12.Yoga Prisusatyo sahabat sejatiku yang mengingatkanku akan tujuan awalku dan memberi inspirasi untuk bangkit dan terus berjuang.


(14)

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

1. Model Pembelajaran Konvensional ... 6

2. Materi Trigonometri ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Batasan Istilah ... 8

1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing ... 8


(16)

xiv

3. Meningkat ... 8

4. Prestasi Belajar ... 8

5. Materi Trigonometri ... 9

6. Deskripsi Judul Penelitian ... 9

F. Tujuan Penelitian ... 10

G. Manfaat Penelitian ... 10

1. Bagi Guru ... 10

2. Bagi Siswa ... 10

3. Bagi Peneliti ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Model Penemuan Terbimbing ... 11

1. Pengertian Model Penemuan Terbimbing ... 11

2. Langkah-langkah dalam Penemuan Terbimbing ... 13

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Penemuan Terbimbing . 14 B. Lembar Kerja Siswa ... 15

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa ... 16

2. Tujuan Lembar Kerja Siswa ... 16

3. Manfaat Lembar Kerja Siswa... 17

4. Syarat-syarat Lembar Kerja Siswa ... 17

5. Struktur Lembar Kerja Siswa ... 18

6. Langkah-langkah menyusun LKS ... 19

C. Prestasi Belajar ... 20

D. Trigonometri... 21

E. Kerangka Berfikir ... 33

F. Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 35

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35


(17)

xv

2. Tempat Penelitian... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 36

D. Variabel Penelitian ... 38

E. Bentuk Data ... 38

F. Metode san Instrumen Pengumpulan Data... 38

1. Metode Pengumpulan Data ... 38

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 39

G. Uji Instrumen... 43

1. Validitas ... 43

2. Reliabilitas ... 45

H. Metode Analisis Data ... 46

I. Penjadwalan ... 47

BAB IV HASIL UJI COBA INSTRUMEN, PELAKSANAAN PENELITIAN, DAN PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN ... 49

A. Hasil Uji Coba Insrumen ... 50

1. Uji Coba Tes Kemampuan Prasyarat ... 53

2. Uji Coba Tes Prestasi Belajar ... 58

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Penemuan Terimbing Lembar Kerja Siswa ... 64

1. Team Teaching dan Desain Pembelajaran dengan Model Penemuan Terbimbing ... 64

2. Diskusi Pembelajaran dengan Model Penemuan Terbimbing 65 C. Pelaksanaan Penelitian ... 67

1. Deskripsi dan Jadwal Penelitian... 67

2. Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terbimbing 69 3. Pembelajaran Tanpa Menggunakan Model Penemuan Terbimbing (Konvensional) ... 76


(18)

xvi

1. Deskripsi Pelakasanaan Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes Prestasi Belajar ... 78 2. Hasil Tes Kemampuan Prasyarat ... 79 3. Hasil Tes Prestasi Belajar... 81 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL ANALISIS ... 84 A. Deskripsi Analisis Data Untuk Penelitian Eksperimental Semu . 84 B. Pengujian Hipotesis Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat ... 85 1. Uji Normalitas Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 86 2. Pengujian Hipotesis Kesamaan Dua Variansi Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 89 3. Pengujian Hipotesis Kesamaan Dua Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Kelas Kontrol dan Eksperimen Dengan Uji-T ... 91 C. Pengujian Hipotesis Rata-rata Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen Lebih Tinggi Dibandingkan Kelas Kontrol... 93 1. Uji Normalitas Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 94 2. Pengujian Hipotesis Kesamaan Dua Variansi Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 98 3. Pengujian Hipotesis Rata-rata Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen Lebih Tinggi Dibandingkan Kelas Kontrol Dengan Uji-T ... 100 D. Pengujian Data Berpasangan Untuk Kelas Kontrol ... 103 1. Uji Normalitas Selisih Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dengan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Kontrol ... 105


(19)

xvii

2. Pengujian Hipotesis Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Kontrol Tidak Ada

Perbedaan Secara Signifikan ... 107

E. Pengujian Data Berpasangan Untuk Kelas Eksperimen ... 109

1. Uji Normalitas Selisih Kenaikan Hasil Tes Kemampuan Prasyarat ke Tes Prestasi Belajar ... 113

2. Pengujian Hipotesis Rata-rata Kenaikan Hasil Tes Kemampuan Prasyarat ke Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Eksperimen . 115 F. Analisis Kualitas Proses Pembelajaran Model Penemuan Terbimbing117 1. Hasil Observasi dan Analisis Proses Pembelajaran Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Pertama ... 117

2. Hasil Observasi dan Analisis Proses Pembelajaran Model Penemuan Terbimbing Pertemuan Kedua ... 121

G. Efektifitas Penggunaan Lembar Kerja Siswa ... 123

1. Penggunaan Lembar Kerja Siswa Pertemuan Pertama ... 123

2. Penggunaan Lembar Kerja Siswa Pertemuan Kedua ... 125

3. Kesimpulan Penggunaan Lembar Kerja Siswa ... 127

H. Pembahasan Hasil Analisis ... 127

BAB VI PENUTUP ... 133

1. Kesimpulan ... 133

2. Saran ... 134

DAFTAR PUSTAKA ... 137


(20)

xviii

DAFTAR TABEL Nomor

Tabel Judul Tabel Halaman

Tabel 3.1 Perincin Populasi Penelitian 36

Tabel 3.2 Lembar Wawancara Guru 40

Tabel 3.3 Lembar Angket Pertanyaan Siswa 41

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Korelasi 44

Tabel 3.5 Penjawalan Penelitian 47

Tabel 4.1 Hasil Validitas Butir Soal 55

Tabel 4.2 Hasil Validitas Butir Soal Tes Kemampuan

Prasyarat yang ke-2 55

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar 61

Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanan Penelitian 67

Tabel 4.5 Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Kelas XB 79 Tabel 4.6 Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Kelas XC 80 Tabel 4.7 Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas XB 81 Tabel 4.8 Hasil Tes Prestasi Belajar Kelas XC 82 Tabel 5.1 Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Prasyarat 85 Tabel 5.2

Hasil Analisis Normalitas Tes Kemampuan Prasyarat Kelas XB dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

87 Tabel 5.3

Hasil Analisis Normalitas Tes Kemampuan Prasyarat Kelas XC dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

89

Tabel 5.4

Hasil Analisis Kesamaan Variansi Data Tes Kemampuan Prasyarat Kelas XC dan Kelas dengan Analisis Lavene’s Test for Equality of Variance

90

Tabel 5.5

Deskripsi Hasil Uji-T Kesamaan Rata-rata Data Tes Kemampuan Prasyarat Kelas XB dan Kelas XC

92 Tabel 5.6 Hasil Uji-T Kesamaan Rata-rata Data Tes

Kemampuan Prasyarat Kelas XB dan Kelas XC 93 Tabel 5.7 Data Hasil Rekap Tes Prestasi Belajar 94 Tabel 5.8

Hasil Analisis Normalitas Tes Prestasi Belajar Kelas XB dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

96 Tabel 5.9

Hasil Analisis Normalitas Tes Prestasi Belajar Kelas XC dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

97 Tabel 5.10

Hasil Analisis Kesamaan Variansi Data Tes Prestasi Belajar Kelas XC dan Kelas XB dengan Analisis Lavene’s Test for Equality of Variance

99 Tabel 5.11 Deskripsi Hasil Uji-T Kesamaan Rata-rata Data 101


(21)

xix

Tes Prestasi Belajar Kelas XB dan Kelas XC Tabel 5.12 Hasil Uji-T Kesamaan Rata-rata Data Tes Prestasi

Belajar Kelas XB dan Kelas XC 102

Tabel 5.13 Data Hasil Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes

Prestasi Belajar Kelas Kontrol (Kelas XB) 103 Tabel 5.14 Data Rekap Hasil Tes Kemampuan Prasyarat dan

Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol 104

Tabel 5.15

Hasil Analisis Normalitas Data Selisih Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

106

Tabel 5.16

Deskripsi Hasil Uji-T Kesamaan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Kontrol

108 Tabel 5.17

Hasil Uji-T Kesamaan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Kontrol

109 Tabel 5.18 Data 1 Hasil Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes

Prestasi Belajar Kelas Eksperimen 110

Tabel 5.19 Data 2 Hasil Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes

Prestasi Belajar Kelas Eksperimen 111

Tabel 5.20 Data Rekap Hasil Tes Kemampuan Prasyarat dan

Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen 112 Tabel 5.21

Hasil Analisis Normalitas Data Selisih Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

114

Tabel 5.22

Deskripsi Hasil Uji-T Kesamaan Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Eksperimen

115 Tabel 5.23

Hasil Uji-T Kesamaan Rata-rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Ekspreimen

117

Tabel 5.24

Data Observasi Pelakasanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Bagian Pendahuluan

118

Tabel 5.25

Data Observasi Pelaksanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Bagian Inti Pembelajaran

118

Tabel 5.26

Data Observasi Pelakasanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Pertama Bagian Penutup


(22)

xx Tabel 5.27

Data Observasi Pelakasanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Bagian Pembukaan

121

Tabel 5.28

Data Observasi Pelakasanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Bagian Inti Pembelajaran

122

Tabel 5.29

Data Observasi Pelakasanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model Penemuan Terbimbing Pada Pertemuan Kedua Bagian Penutup

122

Tabel 5.30

Data Observasi Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Permbelajaran Model Penemuan Terbimbing Pertemuan Pertama

125 Tabel 5.31

Data Observasi Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Permbelajaran Model Penemuan Terbimbing Pertemuan Kedua

125 Tabel 5.32 Kesimpulan-kesimpulan AnalisisPenelitian 127


(23)

xxi

DAFTAR GAMBAR Nomor

Gambar Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α dengan

(900–α) dan α dengan ( –α) 22 Gambar 2.2 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α dengan

(1800–α) dan Sudut α dengan ( –α 23 Gambar 2.3 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α dengan

(1800+ α) dan α dengan ( + α) 25 Gambar 2.4 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α dengan

(3600 - α) dan α dengan (2 - α) 27 Gambar 2.5 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α dengan

(α + k × 360o) dan α dengan (α + k ×

) 29


(24)

xxii

DAFTAR GAMBAR

NO Judul Lampiran Kode

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Observasi dan Penelitian

Kepada Kepala Sekolah SMA N 1 Tempel A.1 2.

Surat Permohonan Ijin Observasi dan Penelitian Kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman (BAPPEDA Kab Sleman)

A.2 3.

Surat Ijin Penelitian Nomor : 07/ Bappeda / 1112 /2013 Kepala Badan Prencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sleman

A.3

4. Validitas Instrumen Soal B.1.1

5. Pembuatan Kisi-kisi dan Alat Ukur Tes

Kemapuan Prasyarat B.1.2

6. Validitas Instrumen Soal Oleh Pakar I B.1.3 7. Validitas Instrumen Soal Oleh Pakar II B.1.4 8. Revisi Kisi-kisi, Soal dan Kunci Jawab

Berdasarkan Validasi Para Pakar B.1.6

9.

Revisi Kisi-kisi, Soal dan Kunci Jawab Berdasarkan Validasi Para Pakar Dan Uji Validitas Butir Soal

B.1.7 10. Soal Tes Kemampuan Prasyarat Valid dan

Reliabel B.1.8

11. Daftar Presensi Tes Trigonometri (Uji Coba Tes

Kemampuan Prasayarat ) B.2.1

12. Contoh Pengerjaan Uji Coba Tes Kemampuan

Prasyarat oleh Siswa B.2.2

13. Daftar Presensi Tes Trigonometri (Uji Coba Tes

Kemampuan Prasayarat yang ke-2) B.2.3

14. Contoh Pengerjaan Uji Coba Tes Kemampuan

Prasyarat yang ke-2 oleh Siswa B.2.4

15. Validitas Instrumen Soal B.3.1

16. Pembuatan Kisi-kisi dan Alat Ukur Tes Prestasi

Belajar B.3.2

17. Validitas Instrumen Soal Oleh Pakar I B.3.3 18. Revisi Kisi-kisi, Soal dan Kunci Jawab

Berdasarkan Validasi Para Pakar B.3.4

19. Soal Tes Prestasi Belajar Valid dan Reliabel B.3.5 20. Daftar Presensi Tes Trigonometri (Uji Coba Tes

Prestasi Belajar) B.4.1

21. Contoh Pengerjaan Uji Coba Tes Pretasi Belajar


(25)

xxiii

22. RPP Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pertemuan Pertama B.5.1

23. RPP Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pertemuan Kedua B.5.2

24 LKS Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pertemuan Pertama B.6.1

25. LKS Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Pertemuan Kedua B.6.2

26.

Lampiran Daftar Hadir Diskusi Model Penemuan Terbimbing dengan Menggunakan Lembar Kerja Siswa

B.7 27

Instrumen Observai Pembelajaran Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Lembar Kerja Siswa (Pertemuan Pertama)

B.8.1 28.

Instrumen Observai Pembelajaran Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Lembar Kerja Siswa (Pertemuan Kedua)

B.8.2 29.

Hasil Observai Pembelajaran Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Lembar Kerja Siswa (Pertemuan Pertama)

B.8.3 30.

Hasil Observai Pembelajaran Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dengan Lembar Kerja Siswa (Pertemuan Kedua)

B.8.4

31. Lampiran Tabel r C.1

32.

Hasil Uji Kesamaan Variansi dan Kesamaan Rata-rata (Independent T Test) Data Tes Kemampuan Prasyarat XC (Kelas Kontrol) dan XB (Kelas Experimen)

D.1.1 33. Hasil Uji Normalitas Data Tes Kemampuan

Prasyarat XB (Kelas Kontrol) D.1.2

34. Hasil Uji Normalitas Data Tes Kemampuan

Prasyarat XC (Kelas Eksperimen) D.1.3

35.

Hasil Uji Kesamaan Variansi dan Kesamaan Rata-rata (Independent T Test) Data Tes Prestasi Belajar XC (Kelas Kontrol) dan XB (Kelas Experimen)

D.1.4 36. Hasil Uji Normalitas Data Tes Prestasi Belajar XB

(Kelas Kontrol) D.1.5

37. Hasil Uji Normalitas Data Tes Prestasi Belajar XC

(Kelas Eksperimen) D.1.6

38.

Hasil Analisis Normalitas Data Selisih Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes Prestasi Belajar Kelas Kontrol dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

D.1.7 39. Hasil Uji-T Kesamaan Rata-Rata Hasil Tes D.1.8


(26)

xxiv

Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Kontrol

40.

Hasil Analisis Normalitas Data Selisih Tes Kemampuan Prasyarat dan Tes Prestasi Belajar Kelas Eksperimen dengan Analisis One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

D.1.9

41.

Hasil Uji-T Kesamaan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Prasyarat Dan Tes Prestasi Belajar Untuk Kelas Eksperimen

D.1.10 42. Data Hasil Validasi Instrumen Oleh Pakar Tes

Kemampuan Prasayarat E.1.1

43. Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Prasayarat E.1.2 44. Data Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Prasyarat

yang ke-2 E.1.3

45. Data Valid Hasil Uji Coba Tes Kemampuan

Prasyarat yang ke-2 E.1.4

46. Data Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar E.1.5 47. Data Valid Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar E.1.6 48. Contoh Pengerjaan LKS Oleh Siswa Pada

Pertemuan Pertama F.1.1

49. Contoh Pengerjaan LKS Oleh Siswa Pada


(27)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Materi Trigonometri di SMA N 1 Tempel adalah materi pelajaran Matematika yang tingkat ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) rendah. Berdasarkan hasil observasi siswa angkatan 2011/2012, siswa yang tidak mencapai KKM ulangan harian Trigonometri mencapai 66,22%. Mengacu pada hasil observasi siswa yang pernah mengikuti materi Trigonometi di SMA N 1 Tempel, hasil ulangan siswa rendah disebabkan oleh faktor interen maupun eksteren siswa. Faktor eksteren cederung berdasarkan proses pembelajaran dan interen berdasarkan diri siswa sendiri. Ketika proses pembelajaran, metode yang digunakan oleh guru adalah metode konvensional, guru sebagai sumber utama pembelajaran, guru menjelaskan di depan dan siswa memperhatikan penjelasan guru. Pengajaran konvensional adalah pengajaran yang dilaksanakan pada sekelas murid secara langsung, dalam pembelajaran ini siswa cenderung bersikap pasif dan reseptif, sedangkan guru cenderung berperan dominan. Oleh karena itu, siswa lebih banyak memperhatikan dan mencatat rumus-rumus Trigonometri yang diberikan. Siswa tidak belajar langkah-langkah menentukan rumus-rumus Trigonometri. Kecenderungan siswa menghafal rumus-rumus Trigonometri. Selain itu, siswa jarang mengerjakan soal secara mandiri. Oleh sebab itu, ketika ulangan harian, siswa bingung langkah-langkah mengerjakan soal ulangan harian dan lupa rumus-rumus Trigonometri. Hal ini sesuai dengan pengalaman peneliti


(28)

yang pernah mengikuti mata pelajaran ini, peneliti menemukan kesulitan bahwa kesulitan disebabkan kerena peneliti tidak berlatih langkah-langkah menemukan rumus Trigonometri, sehingga peneliti hanya menghafal rumus-rumusnya saja. Akibatnya, ketika ulangan harian peneliti lupa rumus dan bingung langkah-langkah mengerjakan soal yang diberikan. Secara umum, jika siswa tidak belajar menentukan langkah-langkah menentukan rumus Trigonometri maka kecenderungan siswa akan lupa rumus Trigonometri. Hal ini mengakibatkan siswa tidak tahu langkah-langkah mengerjakan soal, sehingga permasalah-permasalahan yang diberikan pada materi Trigonometri tidak dapat diselesaikan. Pada akhirnya, banyak siswa yang tidak mencapai KKM pada materi Trigonometri.

Materi Trigonometri adalah materi mata pelajaran Matematika yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan Kurikulum 2006 KTSP, materi dalam mata pelajaran ini dibahas kembali di Kelas XI IPA pada materi Rumus Trigonomteri dan Penggunaanya. Mengacu pada Naskah Kisi-kisi ujian tahun 2012/2013 Nasional BNSP materi Trigonometri diujikan di Ujian Nasional (UN). Selain itu, materi Trigonometri akan diujikan untuk masuk beberapa perguruan tinggi terutama melalui jalur SNMPTN. Materi ini akan digunakan lagi di fakultas-fakultas Matematika dan Ilmu Pengatahuan Alam (MIPA), Teknik, Sains dan Teknologi. Secara umum, materi ini adalah materi matematika yang penting untuk dikuasai siswa.

Materi pokok Trigonometri SMA kelas X (berdasarkan Naskah Kurikulum 2006 KTSP) adalah Perbandingan dan Fungsi Trigonometri. Kompetensi dasar


(29)

yang dituntut adalah menggunakan sifat, aturan, grafik, dan manipulasi aljabar dalam pemecahan masalah. Dalam materi ini ini siswa dituntut dapat berfikir secara abstark. Secara perkembangan kognitif menurut Jean Piaget mahasiswa masuk dalam tahapan operasi formal (formal-operational stage) (St. Suwarsono 2006: 15). Pada tahapan ini, siswa adalah orang yang sudah mampu berfikir secara logis tanpa kehadiran benda-beda kongkret, dengan kata lain, sudah mampu melakukan abstraksi (mampu berfikir tentang hal-hal yang abstrak). Akan tetapi, perkembangan dari tahap opersi konkret ke tahap operasi formal ini tidak terjadi secara mendadak, atapun langsung sempurna, tetapi hal itu terjadi secara gradual. Oleh sebab itu, bisa terjadi pada orang yang berada pada tahap operasi formal ini, kemampuan berfikir secara abstrak masih belum berkembang secara sepenuhnya. Oleh karena itu, dalam berbagai hal, siswa mungkin masih memerlukan bantuan alat peraga atau media pembelajaran yang dapat menjembatani cara berfikir anak dari hal yang kongkret ke abstrak.

Lembar Kerja Siswa (LKS) (dalam Muhamad Yusup: drsyusup.wordpress.com) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode


(30)

terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

Model terbimbing menempatkan guru sebagi fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan data atau bahan yang telah disediakan oleh guru.

Untuk memaksimalkan peran guru dalam usaha memperbaiki kekurangan yang dimiliki siswa, seorang guru memerlukan metode pembelajaran yang berpedoman pada prinsip belajar aktif. Untuk itu, guru memerlukan model pembelajaran dan panduan belajar yang mendukung agar prinsip belajar aktif dapat terlaksana. Model pembelajaran dan panduan belajar tersebut harus mampu membimbing siswa untuk melihat permasalahan yang ada, menganalisa permasalahan untuk menemukan penyelesaianya, dan menyimpulkan hasil analisa yang merupakan solusi dari permasalahan yang ada. Salah satu yang bisa digunakan adalah model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan lembar kerja siswa. Penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing memungkinkan siswa melalui bimbingan guru untuk „menemukan‟ konsep -konsep materi tertentu. Penggunaan lembar kerja siswa sebagai salah satu media dalam proses pembelajaran, mengutamakan peran aktif siswa dalam belajar, khususnya dalam menemukan konsep materi pelajaran dari masalah-masalah yang diberikan. Dengan begitu apa yang diperoleh siswa tidak mudah untuk dilupakan karena siswa benar-benar mengetahui kesalahan dan mampu memperbaiki


(31)

pekerjaannya sediri. Selain itu, penggunaan lembar kerja siswa memungkinkan guru untuk memantau kemampuan belajar siswa secara mandiri maupun berkelompok. Sehingga proses perkembangan siswa dapat terpantau dengan cukup baik.

Model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan lembar kerja siswa belum digunakan di SMA N 1 Tempel. Menyadari akan manfaat model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan lembar kerja siswa dalam proses pembelajaran, sehingga perlu kiranya diadakan suatu penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai „Penggunaan Model Penemuan Terbimbing dengan Media Lembar Kerja Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013‟.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang dapat ditemukan berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut ini:

1. Prestasi belajar siswa kelas X SMA N 1 Tempel pada Materi Trigonomtri yang tidak optimal. Berdasarkan hasil observasi siswa angkatan 2011/2012, siswa yang tidak mencapai KKM ulangan harian Trigonometri mencapai 66,22%.

2. Siswa tidak tahu langkah-langkah untuk mengerjakan soal ketika ulangan harian.


(32)

3. Kesulitan dalam mengerjakan soal-soal Trigonometri yang disebabkan kerena siswa tidak berlatih langkah-langkah menemukan rumus Trigonometri, sehingga siswa hanya menghafal rumus-rumusnya saja. 4. Model pembelajaran yang digunakan adalah pengajaran konvensional

yaitu pengajaran yang dilaksanakan pada sekelas murid secara langsung, dalam pembelajaran ini siswa cenderung bersikap pasif dan reseptif, sedangkan guru cenderung berperan dominan. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa siswa cenderung pasif dan reseptif.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, pembatasan masalah yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:

1. Model Pembelajaran Konvensional

Model pembelajaran konvensional yang digunakan, pembelajaran ini siswa cenderung bersikap pasif dan reseptif, sedangkan guru cenderung berperan dominan. Selain itu, siswa tidak pernah mencoba langkah-langkah menemukan konsep-konsep Trigonometri. Oleh karena itu, model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan media lembar kerja siswa.

2. Materi Trigonometri

Dalam penelaitian ini, materi trigonometri yang digunakan untuk penelitian dibatasi. Materi Trigonometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan trigonometri sudut berelasi


(33)

berdasarkan Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan SMA Kelas X 2006.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah, dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas yaitu:

Apakah penggunaan model penemuan terbimbing menggunakan media Lembar Kerja Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013?

E. Batasan Istilah

Dalam laporan penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan agat tidak menimbulkan pengertian yang ambigu. Istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Model pembelajaran penemuan terbimbing adalah model pembelajaran dimana penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru (Rachmadi 2004:4). Guru memberi bimbingan ke siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui media lembar kerja siswa.


(34)

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu media pembelajaran yang secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip (Muhamad Yusup dalam : drsyusup.wordpress.com/pengembangan-lks-matematika/).

3. Meningkat

Meningkat yang dimaksudkan yaitu adanya peningkatan hasil prestasi belajar siswa dari sebelum ke sesudah diberi pengajaran menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing menggunkan media lembar kerja siswa.

4. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Gagne dan Briggs: 1992 , 76). Dalam hal ini, pencapaian prestasi belajar berupa hasil tes prestasi belajar siswa terhadap materi Trigonometri.


(35)

5. Materi Trigonometri

Materi Trigonometri yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan Trigonometri sudut berelasi berdasar Kurikulum Terpadu Satuan Pendidikan SMA Kelas X 2006.

6. Deskripsi Judul Penelitian

Judul skrpisi ini adalah “Penggunaan Model Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Lembar Kerja Siswa Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013”, masksud dari judul ini dapat dideskripsikan sebagai berikut. Model penemuan terbimbing pada hakikatnya adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa dibimbing oleh guru untuk „menemukan‟ konsep atau prinsip sudut-sudut berelasi trigonometri. Menemukan dalam artian ini tidak menemukan hal yang benar-benar baru (belum pernah ditemukan sebelumnya) namun menemukan hal yang sudah ada sebelumnya dan siswa belajar menemukanya lagi. Dalam pembelajaran ini, media yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS yang digunakan adalah LKS yang sifatnya membimbing siswa untuk „menemukan‟ konsep atau prinsip. Melalui model pembelajaran dan media yang dipaparkan di atas, terdapat peningkatan prestasi belajar siswa X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013 pada materi sudut berelasi trigonometri.


(36)

F. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah penggunaan model penemuan terbimbing dengan media lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut ini:

1. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi ilmiah tentang penggunaan model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan lembar kerja siswa menjadi salah satu alternatif model dan media pembelajaran.

2. Bagi siswa, dengan menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan kerja lembar siswa diharapakan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi peneliti, dapat menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai keefektifan model dan media belajar lembar kerja siswa, sehingga nantinya jika menjadi guru dapat menggunakanya sebagai alternatif model dan media dalam pembelajaran.


(37)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Penemuan Terbimbing

1. Pengertian Model Penemuan Terbimbing

Sebelum kita membahas model Penemuan Terbimbing, ada baiknya terlebih dahulu kita tinjau sejenak model penemuan murni. Dalam penemuan murni, yang oleh Maier (1995) (dalam Rachmadi Widdiharto 2004: 4) disebutnya „heuristik‟, apa yang hendak ditemukan, jalan atau proses semata-mata ditentukan oleh siswa sendiri. Metode ini kurang tepat karena pada umumnya sebagian besar siswa masih butuh pemahaman konsep dasar untuk bisa „menemukan‟ sesuatu. Hal ini tentunya terkait erat dengan karateristik pelajaran matematika itu sendiri yang lebih merupakan deductive reasorning dalam perumusnnya.

Disamping itu, jika setiap konsep atau prinsip dalam silabus harus dipelajari dengan penemuan murni, maka akan kekurangan waktu sehingga tidak banyak materi matematika yang dapat dipelajari oleh siswa (Rachmadi Widdiharto 2004: 4). Juga perlu diingat bahwa umumnya siswa cenderung tergesa-gesa dalam menarik kesimpulan, dan tidak semua siswa bisa melakukanya. Berangkat dari kelemahan-kelemahan inilah muncul model penemuan terbimbing. Menurut Jenny (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012: 177) temuan terbimbing adalah suatu


(38)

pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut.

Sebagai model pembelajaran dari sekian banyak model pembelajaran yang ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.

Dengan metode ini, siswa dihadapkan pada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) handaknya dianjurkan. Guru bertidak sebagai penujuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam „menemukan‟ pengetahuan yang baru tersebut. Perlu diingat bahwa memang model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaanya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Menurut Mayer (2008) temuan terbimbing (penemuan terbimbing) mungkin membutuhkan waktu yang lebih sedikit atau lebih banyak dibandingkan ketimbang mengajar dengan pemaparan, namun temuan terbimbing cenderung menghasilkan retensi (penyimpanan) dan


(39)

transfer jangka-panjang lebih baik dibandingkan mengajar dengan pemaparan (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012 : 211). Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan „mengkonstruksi‟ sendiri konsep atau pangetahuan tersebut. Menurut Mayer (2008), Mayer dan Wittrock (2006) mengatakan bahwa pelajaran temuan/penemuan terbimbing biasanya lebih mendalam dibandingkan dengan pemahaman dari ceramah dan penjelasan (Paul Eggen dan Don Kauchak, 2012 : 211).

2. Langkah-langkah dalam Penemuan Terbimbing

Agar pelaksanaan Model Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusan harus jelas, hindari pertanyaan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mangarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau Lembar Kerja Siswa.


(40)

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dai hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjuktur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran pikiran siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaliknya disertakan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukanya apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Penemuan Terbimbing a. Kelebihan Model Penemuan Terbimbing

Kelebihan Model Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut: 1) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang

disajikan.

2) Menimbulkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan).

3) Mendukung kemampuan problem solving siswa.

4) Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru.


(41)

5) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

(Marzano, 1992)

b. Kekurangan Model Penemuan Terbimbing Sementara itu kekuranganya adalah sebagai berikut: 1) Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

2) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan Model Penemuan Terbimbing.

B. Lembar Kerja Siswa

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. LKS biasanya berupa petunjuk, langkah untuk menyelesaikan suatu tugas, suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. (Depdiknas; 2004;18). Trianto (2009:222) mendefinisikan bahwa Lembar Kerja Siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan pemecahan masalah.

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran matematika. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan


(42)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

2. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Tujuan LKS adalah sebagai berikut;

a. Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran. b. Membantu siswa mengembangkan konsep.

c. Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan ketrampilan proses.

d. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran.

e. Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis. f. Membantu siswa dalam memperoleh catatan materi yang dipelajari

melalui kegiatan pembelajaran (Achmadi:1996:35)

Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11), tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:


(43)

b. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.

3. Manfaat Lembar Kerja Siswa

Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut;

a. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. b. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep.

c. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.

d. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

e. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

f. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40).

4. Syarat-syarat Lembar Kerja

Syarat-syarat Menyusun LKS agar LKS tepat dan akurat, maka harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Susunan Kalimat dan Kata-kata

Susunan Kalimat dan kata-kata diutamakan: 1) Sederhana dan mudah dimengerti.


(44)

2) Singkat dan jelas.

3) Istilah baru hendaknya diperkenalkan terlebih dahulu. b. Gambar dan Ilustrasi

Gambar dan ilustrasi hendaknya dapat: 1) Membantu siswa memahami materi.

2) Menunjukkan cara dalam menyusun sebuah pengertian. 3) Membantu siswa berpikir kritis.

4) Menentukan Variabel yang akan dipecahkan dalam kegiatan pembelajaran.

c. Tata Letak

Tata letak hendaknya:

1) Membantu siswa memahami materi dengan menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis.

2) Menunjukkan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal hingga akhir.

3) Desain harus menarik. (Depdikbud, 1996/1997:25-26). 5. Struktur Lembar Kerja Siswa

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: a. Judul, mata pelajaran, semester, tempat

b. Petunjuk belajar

c. Kompetensi yang akan dicapai d. Indikator


(45)

f. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja

g. Penilaian (naskah pengembangan kurikulum dikti) 6. Langkah-langkah menyusun LKS

Langkah-langkah menyusun LKS adalah sebagai berikut.

a. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS. c. Menentukan judul-judul LKS. d. Penulisan LKS.

e. Rumusan kompetensi dasar LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus.

f. Menentukan alat penilaian. g. Menyusun materi.

(Abadi, Hartono, Junaedi, 2005 dalam Rahmawati, 2006:25).

Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggungjawab dan dapat mengambil keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep (TIM PPPG Matematika dalam Rahmawati, 2006:27).


(46)

C. Prestasi Belajar

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia). Sedangkan belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Prestasi belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan berupa ketrampilan dan perilaku baru sebagai akibat latihan atau pengalaman.

Menurut Slameto (2010 : 2) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara sederhana dari pengertian belajar sebagaimana yang dikemukakan oleh pendapat di atas, dapat diambil suatu pemahaman tentang hakekat dari aktivitas belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri individu.

Menurut Nana Sudjana (1989) prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Gagne dan Briggs (1992 : 76) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikikuti proses belajar. Artinya, prestasi adalah perubahan tingkah laku yang diharapkan dimiliki murid setelah dilaksakan kegiatan pembelajaran.

Sedangkan menurut Nurkencana (1986 : 62) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang


(47)

mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

D. Trigonometri

Sudut Berelasi Dalam Trigonometri

Sudut-sudut yang berelasi atau berhubungan adalah sudut α0 lancip dengan sudut (90± α)0, (180± α)0, (270± α)0, (3600 ± α) 0, dan –α0 atau sudut α0

lancip dengan sudut-sudut ( ± α), ( ± α), ( ± α), ( ± α), dan –α. Sudut α0

lancip dengan sudut (90 – α)0 atau ( – α) dinamakan berpenyikusesamanya, sedangkan sudut α0 dengan sudut (180– α)0 atau ( – α) dinamakan berpelurus sesamanya.

1. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0Lancip dengan (90 –α)0 dan α dengan ( –α)


(48)

Gambar 2.1. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 dengan (90 –α)0 dan α dengan ( –α)

Titik P1 (x1,y1) adalah bayangan titik P(x,y) yang direfleksikan terhadap garis y = x, sehingga diperoleh:

a. AOP = α dan AOP1 = 900–α b. r1 = r, x1 = y dan y1 = x

Dengan demikian,

a. sin (90 –α)0= cos α0 b. cos (90 –α)0= sin α0 c. tan (90 –α)0= cot α0 d. cosec (90 –α)0= sec α0 e. sec (90 –α)0= cosec α0 f. cot (90 –α) 0= tan α0

dan

a. sin ( –α) = cos α b. cos ( –α) = sin α c. tan ( –α) = cot α d. cosec ( –α) = sec α e. sec ( –α) = cosec α f. cot ( –α) = tan α

2. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (180 – α)0dan Sudut α dengan ( α)


(49)

Gambar 2.2. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 dengan (180 – α) 0dan Sudut α dengan ( α

)

Titik P2 (x2,y2) adalah bayangan titik P(x,y) yang direfleksikan terhadap sumbu Y, sehingga diperoleh:

a. AOP = α dan AOP2 = 1800–α b. r2 = r, x2 = - x dan y2 = y

Dengan demikian,

a. sin (180 –α) 0= sin α0 b. cos (180 –α) 0 = - cos α0 c. tan (180 –α) 0 = - tan α0 d. cosec (180 –α) 0= cosec α0 e. sec (180 –α) 0 = - sec α0 f. cot (180 –α) 0 = - cot α0

dan

a. sin ( –α) = sin α b. cos ( –α) = - cos α c. tan ( –α) = - tan α d. cosec ( –α) = cosec α


(50)

e. sec ( –α) = - sec α f. cot ( –α) = - cot α

3. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (90 + α)0 dan α dengan ( + α)

Untuk setiap α0 sudut lancip, sudut (90 + α)0

atau ( + α) terletak di kuadran II.

Dengan demikian, diperolah: a. sin (90 + α) 0= cos α0 b. cos (90 + α) 0 = - sin α0 c. tan (90 + α) 0 = - cot α0 d. cosec (90 + α) 0= sec α0 e. sec (90 + α) 0 = - cosec α0 f. cot (90 + α) 0 = - tan α0

dan

a. sin ( + α) = cos α b. cos ( + α) = - sin α c. tan ( + α) = - cot α d. cosec ( + α) = sec α e. sec ( + α) = - cosec α f. cot ( + α) = - tan α

4. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (180 + α) 0dan α dengan (


(51)

Gambar 2.3. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 dengan (180 + α) 0dan α dengan (

+ α)

Titik P3(x3,y3) adalah bayangan titik P(x,y) yang direfleksikan terhadap titik O atau diputar 1800, sehingga diperoleh:

a. AOP = α dan AOP3 = 1800+ α b. r3 = r, y3 = - y dan x3 = - x

Dengan demikian,

a. sin (180 + α) 0 = - sin α0 b. cos (180+ α) 0 = - cos α0 c. tan (180 +α) 0= tan α0 d. cosec (180 + α) 0 = - cosec α0 e. sec (180 +α) 0 = - sec α0 f. cot (180 +α) 0= cot α0

dan

a. sin ( + α) = - sin α b. cos ( + α) = - cos α


(52)

c. tan ( + α) = tan α d. cosec ( +α) = - cosec α e. sec ( + α) = - sec α f. cot ( + α) = cot α

5. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (270- α)0 dan α dengan ( - α) terletak di kuadran III.

Dengan demikian, diperoleh: a. sin (270 –α) 0 = - cos α0 b. cos (270 –α) 0 = - sin α0 c. tan (270 –α) 0= cot α0 d. cosec (270 –α) 0 = - sec α0 e. sec (270 –α) 0 = - cosec α0 f. cot (270 –α) 0= tan α0

dan

a. sin ( –α) = - cos α b. cos ( –α) = - sin α c. tan ( –α) = cot α d. cosec ( –α) = - sec α e. sec ( –α) = - cosec α f. cot ( –α) = tan α

6. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (360 - α)0dan α dengan (2


(53)

Gambar 2.4 Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 dengan (360 - α)0 dan α dengan (2 - α)

Titik P4(x4,y4) adalah bayangan titik P(x,y) yang direflesikan terhadap sumbu X, sehingga diperoleh:

a. AOP = α dan AOP4 = 3600 - α b. r4 = r, x4 = x dan y4 = - y

Dengan demikian,

a. sin (360 - α) 0 = - sin α0 b. cos (360 - α) 0= cos α0 c. tan (360 - α) 0 = -tan α0 d. cosec (360 - α) 0 = - cosec α0 e. sec (360 - α) 0= sec α0 f. cot (360 - α) 0 = - cot α0

dan

a. sin ( - α) = - sin α b. cos ( - α) = cos α c. tan ( - α) = - tan α


(54)

d. cosec ( - α) = - cosec α e. sec ( - α) = sec α f. cot ( - α) = - cot α

7. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (270 + α)0 dan α dengan ( + α)

Untuk setiap α0sudut lancip, sudut (270 + α) 0

atau ( + α) terletak di kuadaran IV. Dengan demikian, diperoleh:

a. sin (270 + α) 0 = - cos α0 b. cos (270 + α) 0= sin α0 c. tan (270 + α) 0 = -cot α0 d. cosec (270 + α) 0 = - sec α0 e. sec (270 + α) 0= cosec α0 f. cot (270 + α) 0 = - tan α0

dan

a. sin ( + α) = - cos α b. cos ( + α) = sin α g. tan ( + α) = -cot α h. cosec ( + α) = - sec α i. sec ( + α) = cosec α j. cot ( + α) = - tan α


(55)

8. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dengan (α + k × 360)0dan α dengan (α + k × )

Gambar 2.5. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0dengan (α + k × 360) 0dan α dengan (α + k × )

Sudut α0 dengan (α + k × 360) 0 dan α dengan (α + k × ) dinamakan sudut-sudut koterminal, yaitu dua sudut yang berselisih k × 360o atau k × , dengan k bilangan bulat. Perbandingan trigonometrinya dirumuskan sebagai berikut:

a. sin (α + k × 360) 0= sin α0 b. cos (α + k × 360) 0= cos α0 c. tan (α + k × 360) 0= tan α0 d. cosec (α + k × 360) 0= cosec α0 e. sec (α + k × 360) 0= sec α0 f. cot (α + k × 360) 0 = cot α0

dan

a. sin (α + k × ) = sin α b. cos (α + k × ) = cos α


(56)

c. tan (α + k × ) = tan α d. cosec (α + k × ) = cosec α e. sec (α + k × ) = sec α f. cot (α + k × ) = cot α

9. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 Lancip dan (-α)0 Sudut α0

adalah sudut positif yang diperoleh, jika OP berputar searah dengan arah perputaran jarum jam, sedangkan sudut (-α)0 adalah sudut positif yang diperoleh, jika OP berputar berlawanan arah dengan arah perputaran jarum jam.

Gambar 2.6. Perbandingan Trigonometri untuk Sudut α0 dan (-α) 0 Titik P4(x4,y4) adalah bayangan titik P(x,y) yang direflesikan terhadap sumbu X, sehingga diperoleh:

a. AOP = α dan AOP4 = - α b. r4 = r, x4 = x dan y4 = - y Dengan demikian, diperoleh:

a. sin (-α) 0 = - sin α0 b. cos (-α) 0= cos α0


(57)

c. tan (-α) 0 = - tan α0 d. cosec (-α) 0= - cosec α0 e. sec (-α) 0= sec α0 f. cot (-α) 0 = - cot α0

10.Rangkuman Rumus Sudut Berelasi

Untuk lebih mudah mengingat rumus-rumus sudut berelasi dapat dilakukan dengan aturan sebagai berikut.

Diketahui Sudut A = atau A =

Untuk menentukan rumus relasi sudut A dengan lancip dapat dilakukan dengan aturan di bawah ini.

a. Aturan 1 : a. Definisi

1. Berubah

Berubah maksudnya dalam aturan ini adalah sin menjadi cos dan cos menjadi sin.

2. Tetap

Tetap maksudnya dalam aturan ini adalah sin tetap menjadi sin dan cos tetap menjadi cos.

b. Fungsi trigonometri

Fungsi-fungsi trigonometri yang maksud sebagai berikut atau

, atau


(58)

c. Jika genap dalam fungsi trigonometri dengan sudut A, maka fungsi trigonometri dengan sudut tetap.

d. Jika ganjil dalam fungsi trigonometri dengan sudut A, maka fungsi trigonometri dengan sudut berubah.

e. Jika sudut A dalam fungsi trigonometri dengan sudut A pada kuadaran III maka nilai akhir dari fungsi trigonometri dengan sudut adalah bernilai positif hanya untuk fungsi tan A, yang lain negatif.

f. Jika sudut A dalam fungsi trigonometri dengan sudut A pada kuadaran IV maka nilai akhir dari fungsi triogonmetri dengan sudut adalah bernilai positif hanya untuk fungsi cos A, yang lain negatif.

g. Jika sudut A dalam fungsi trigonometri dengan sudut A pada kuadaran II maka nilai akhir dari fungsi triogonmetri dengan sudut adalah bernilai positif hanya untuk fungsi sin A, yang lain negatif.

h. Menggunakan analogi yang sama untuk menentukan cosec, sec, dan tan.

b. Map

Nilai (+/- ) fungsi trigonometri dengan sudut A ditentukan letak kuadran sudut A

c. Contoh

n genap  tetap n ganjil  berubah


(59)

Sin 1300 = sin (2 900– 500) = + sin 500 Atau

Sin 1300 = sin (1 900 + 400) = + cos 400 E. Kerangka Berfikir

Penelitian ini akan meneliti penggunaan model penemuan terbimbing dengan media lembar kerja siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Trigonometri siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Model pembelajaran penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa dididorong untuk berfikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Melalui lembar kerja siswa guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan-pertanyaan dalam lembar kerja siswa mengarahkan siswa untuk „menemukan‟ prinsip-prinsip umum materi Trigonometri. Dalam hal ini, siswa secara aktif „menemukan‟ prinsip/konsep. Pengalaman siswa „menemukan‟ konsep-konsep trigonometri akan lebih lama diingat, sehingga siswa paham dan ingat konsep. Pada akhirnya, siswa mampu menyelesaikan soal-soal trigonometri. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran penemuan terbimbing menggunakan lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar.

F. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis dirumuskan sebagai berikut Penggunaan model penemuan terbimbing dengan media lembar kerja siswa dapat


(60)

meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Trigonometri siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013.


(61)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam peneitian ini, peneliti akan menunjukan peningkatan prestasi belajar siswa kelas X SMA N 1 Tempel tahun ajaran 2012/2013 setelah diberikan pembelajaran dengan model penemuan terbimbing menggunakan media lembar kerja siswa pada materi Trigonometri. Berdasakan tujuan di atas maka jenis penelitian yang dipilih adalah penelitian eksperimental semu yaitu peneliti melakukan penelitian menggunakan kelompok kontrol tanpa melakukan randomisasi sampel kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Penelitian eksperimental adalah suatu penelitian yang digunakan untuk mengungkap hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainya, dimana peneliti dengan sengaja dan secara sistematis mengadakan perlakuan (manipulasi) terhadap suatu variabel, kemudian mengamati konsekuensi perlakukan pada variabel lain (Nana Sudjana, 1989:19). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian : Februari, Maret, April dan Mei 2013 2. Tempat Penelitian : SMA N 1 Tempel, Sleman, Yogyakarta


(62)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Ary, dkk., (1985: 138) Populsi atau population is all members of well defined class of people, events of objects (Sukardi, 2004 : 53). Menurut Sukardi (2008:53) populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama-sama dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah himpunan semua siswa-siswi kelas X SMA N 1 Tempel tahun ajaran 2012-2013. Kelas X SMA N 1 Tempel pada tahun ajaran 2012-2013 sebanyak sembilan puluh enam (96) siswa yang terdiri dari kelas X A, X B, dan X C. Perincian populasi sebagai sebagai berikit:

Tabel 3.1

Perincin Populasi Penelitian

Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

X A 11 21 32

X B 9 23 32

X C 11 21 32

Jumlah 96

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data (Sukardi, 2008 : 54). Artinya, syarat sampel adalah sampel harus dimbil dari bagian polulasi. Menurut Sukardi, (2008: 54) syarat yang paling penting untuk diperhatikan dalam mengambil sampel ada dua


(63)

macam, yaitu jumlah sampel yang mencukupi dan profil sampel yang dipilih harus mewakili.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah koleksi haphazard. Sampel ini terdiri atas individu-individu yang bisa dijumpai atau yang tersedia, seperti siswa yang sedang belajar di kelas. Sampel yang demikian umunya dibenarkan hanya untuk dalam kelompok itu sendiri dengan kata lain tidak dapat digeneralisasikan di luar kelompok itu sendiri. Menurut Ch Djatining Winarti, Guru Matematika SMA N 1 Tempel, pengelompokan siswa kelas X ke dalam kelas A, B, dan C dilakukan secara acak sehingga ketiga kelas ini dianggap setara. Berdasarkan hal tersebut, kelas yang dijadikan sampel adalah kelas XB dan XC SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. D. Variabel Penelitian

Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan (Sumadi Suryabrata, 2006:25). Nana Sudjana (2001: 23) membedakan variabel dalam penelitian menjadi 2 kategori, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk diketahui intensitasnya atau sengaja dimanipulasi terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau respon dari variabel bebas.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan model penemuan terbimbing menggunakan media lembar kerja siswa. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas X SMA N 1 Tempel.


(64)

E. Bentuk Data

Dalam Sumadi Suryabrata (2006:39) data dibagi dalam dua kategori, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber data. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari pihak lain (tidak langsung dari objek yang diteliti). Data sekunder biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen.

Data primer dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan prasyarat dan nilai tes prestasi belajar siswa.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Metode Pengumpulan Data

a. Wawancara

Wawancara dilakukan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Peneliti menggunakan metode ini untuk mendapatkan data-data keadaan pembelajaran matematika terutama pada materi trigonomteri. Data ini digunakan untuk perumusan latar belakang. Subjek wawan cara adalah guru matematika Kelas X.

b. Angket

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-jawab dengan responden) (Nana Syaodih Sukmadinta, 2008: 219). Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk mencari


(65)

data mengenai pembelajaran materi trigonometri. Data ini selanjutnya digunakan untuk perumusan latar belakang.

c. Tes

Dalam Masidjo (1995:39) tes adalah alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandardisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Tes adalah suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur perilaku peserta didik (Zainal Arifin, 2012:226).

Dalam penelitian ini ada dua tes yang digunakan untuk mengumpukan data. Tes yang pertama adalah tes kemampuan prasyarat. Tes kemampuan prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman sampel penelitian terhadap materi trigonometri, dimana materi-materi yang diteskan merupakan materi yang menjadi kemampuan prasyarat mempelajari sudut berelasi dalam trigonometri. Tes yang ke dua adalah tes prestasi belajar siswa, tes prestasi belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008 : 223).

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Lembar Wawancara Guru


(66)

Lembar wawancara ini memuat pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pembelajaran trigonometri dari model pembejaran, pelaksanaan pembelajaran, pemberian tugas-tugas, evaluasi dan hasil yang dicapai dari evaluasi. Pertanyaan lembar wawancara guru adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Lembar Wawancara Guru NO

(1)

Pertanyaan (2)

1 Apa saja kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajaran trigonometri? Mohon jelaskan mulai ketika pembelajaran di kelas, ketika siswa belajar sendiri di rumah, dan ketika evaluasi (ulangan harian).

2 Kira-kira berapa persen nilai ulangan harian siswa pada materi trignometri yang memenuhi KKM pada beberapa tahun ini?

3 Bagaimanakah siswa dalam mengerjakan ulangan harian trigonometri? 6 Apakah siswa antusias memperhatikan penjelasan guru ketika siswa

mendapat materi Trigonometri?

7 Apakah siswa antusias mengerjakan tugas-tugas trigonometri yang diberikan?

8 Apakah siswa selalu dijelaskan darimana rumus-rumus trigonometri didapatkan?

10 Saat pembelajaran, Apakah Anda mencari tahu darimana rumus-rumus Trigonometri didapatkan?

12 Apakah Anda mengunakan media-media pembelajaran (power point, flash, macromedia, dll) untuk mengajarkan materi trigonometri? 13 Apakah Anda mengunakan Lembar Kerja Siswa untuk membantu siswa

memahami materi trigonometri?

14 Apakah ada kriteria khusus untuk penyebaran siswa ke masing-masing kelas?

b. Lembar Angket

Sama halnya dengan lembar wawancara guru, lembar angket ini juga memuat pertanyaan-pertanyaan seputar masalah pembelajaran trigonometri dari model pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pemberian tugas-tugas, evaluasi dan hasil yang dicapai dari evaluasi.


(67)

Namun, responden lembar angket ini diberikan adalah siswa yang pernah mengikuti materi trigonometri. Dalam pelaksananya, respondennya adalah siswa kelas XI IPA dan IPS SMA N 1 Tempel. Kisi-kisi lembar angket adalah sebagia berikut.

Tabel 3.3

Lembar Angket Pertanyaan Siswa NO

(1)

Pertanyaan (2)

1 Apakah Anda pernah belajar materi Trigonometri di Kelas X? 2 Apakah nilai ulangan harian Trignometri Anda memenuhi KKM ? 3 Apakah Anda merasa kesulitan dalam mengerjakan ulangan harian

Trigonometri?

4 Ketika ulangan harian Trigonometri, apkakah Anda merasa tidak bisa mengerjakan karena tidak tahu langkah-langkah yang harus dikerjakan? 5 Ketika ulangan harian Trigonometri, apakah Anda sering kesulitan

mengingat-ingat rumus-rumus Trigonometri?

6 Apakah Anda antusias memperhatikan penjelasan guru ketika Anda mendapat materi Trigonometri?

7 Apakah Anda antusias mengerjakan tugas-tugas Trigonometri yang diberikan?

8 Apakah guru selalu menjelaskan darimana rumus-rumus Trigonometri didapatkan?

9 Apakah guru langsung memberikan rumus-rumus Trigonometri tanpa menjelaskan darimana rumus-rumus tersebut didapatkan?

10 Saat pembelajaran, Apakah Anda mencari tahu darimana rumus-rumus Trigonometri didapatkan?

11 Apakah Anda menghafalkan rumus-rumus trigonometri tanpa tahu darimana rumus tersebut didapatkan?

12 Apakah guru mengunakan media-media pembelajaran (power point, flash, macromedia, dll) untuk mengajarkan materi Trigonometri? 13 Apakah guru mengunakan Lembar Kerja Siswa untuk membantu Anda

memahami materi Trigonometri?

14 Apakah guru Anda memberikan tugas-tugas seperti PR (pekerjaan rumah), paper dsb?

c. Tes Kemampuan Prasyarat

Tes kemampuan prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengukur pemahaman sampel penelitian terhadap materi


(68)

trigonometri, dimana materi-materi yang diteskan merupakan materi yang menjadi kemampuan prasyarat mempelajari sudut berelasi dalam trigonometri. Selanjutnya, hasil dari tes ini digunakan sebagai analisis peningkatan prestasi belajar. Bentuk tes kemampuan prasyarat adalah tes pilihan ganda. Tes-pilihan ganda terdiri dari 30 pertanyaan dan tiap pertanyaan diberi lima butir option dimana terdapat satu yang benar. Cara menjawab adalah dengan memberi tanda silang. Jika siswa menjawab benar pada tiap pertanyaan maka siswa mendapatkan poin 1, sedangkan jika sebaliknya atau menjawab salah maka mendapatkan nilai 0. Kemudian nilai didapatkan dengan menjumlah skor masing-masing pertanyaan dibagi dengan 3. Nilai maksimal dari tes ini adalah sepuluh (10). Kisi-kisi Tes Kemampuan Prasyarat ada pada lampiran B.1.7 Revisi Kisi-kisi, Soal dan Kunci Jawab Berdasarkan Validasi Para Pakar Dan Uji Validitas Butir Soal.

d. Tes Prestasi Belajar Siswa

Tes prestasi belajar siswa adalah tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008 : 223). Selanjutnya, hasil dari tes ini digunakan sebagai analisis peningkatan prestasi belajar. Bentuk tes prestasi belajar siswa adalah tes pilihan ganda pilihan ganda. Tes-pilihan ganda terdiri dari 30 pertanyaan dan tiap pertanyaan diberi lima butir option dimana terdapat satu yang benar. Menjawab dengan memberi tanda silang. Jika siswa menjawab benar


(1)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

vi

ABSTRAK

Allexander Gumawang. 2013. Penggunaan Model Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Lembar Kerja Siswa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan model penemuan terbimbing menggunakan media Lembar Kerja Siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Trigonometri Siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental semu. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah tes kemampuan prasyarat kelas eksperimen dan kontrol, tes prestasi belajar kelas eksperimen dan kontrol, wawancara guru, lembar observasi pembelajaran dan penggunaan lembar kerja siswa (LKS).

Hasil penelitian ini menunjukan pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing mengunakan media lembar kerja siswa dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi sudut berelasi di kelas X SMA N 1 Tempel Tahun Ajaran 2012/2013. Peningkatan ini berdasarkan perbandingan kelas kontrol dan kelas eksperiman, dari tabel 5.12 diketahui nilai Sig. (2-tailed) dengan variansi sama (Equal variances assumed) adalah 0,014 dengan nilai T sama dengan -2,530. Oleh karena, nilai Sig. (2-tailed) adalah 0,014 dan 0,014 lebih kecil dari 0,1 maka H0 ditolak dan H1 diterima. H1 diterima berarti rata-rata hasil tes prestasi belajar kelas eksperimen (kelas XC) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (kelas XB) secara signifikan. Dalam pembelajaran model penemuan

terbimbing siswa dibimbing guru untuk „menemukan‟ konsep. Menemukan dalam

pengertian ini tidak menemukan secara murni, namun perlu ada bimbingan untuk menemukan konsep sudut berelasi dalam trigonometri. Bimbingan dapat dilakukan secara langsung atapun tidak langsung. Secara langsung dapat melalui interkasi secara langsung antara siswa-guru. Sedangkan bimbingan secara tidak langsung dapat terlihat ketika siswa mengerjakan lembar kerja siswa. Lembar kerja siswa ini di dalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep. Interaksi antar siswa dan guru dalam penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

vii

ada pada lembar kerja siswa. Peran guru dalam hal ini adalah membimbing siswa yang kesulitan. Dalam pembelajaran model penemuan terbimbing prinsip-prinsp pembelajaran yang harus nampak adalah sebagai berikut. Pertama, adanya perencanaan terarah terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan ini tidak lepas dari pembuatan media lembar kerja siswa yang menuntun siswa untuk menemukan konsep. Kedua, siswa lebih aktif dalam menemukan konsep-konsep, sedangkan guru sebagi fasilitator. Fasilitator disini adalah fasilitastor yang siap untuk membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Mobilitas guru dalam membimbing siswa sangat penting. Keempat, adanya pembahasan terhadap hasil temuan siswa. Dan ke lima, pada akhir pembelajaran, penguatan oleh guru terhadap kesimpulan yang ditemukan siswa penting untuk dilakukan. Media lembar kerja siswa adalah media yang baik untuk mendukung pembelajaran dengan model penemuan terbimbing. Penggunaan lembar kerja siswa dapat menuntun siswa untuk menemukan konsep. Penggunaan lembar kerja siswa dapat menimbulkan keaktifan siswa. Penggunaan lembar kerja siswa dapat memfasilitasi interaksi guru-siswa dan siswa-siswa.

Kata kunci : Penemuan terbimbing, lembar kerja siswa, sudut berelasi trigonometri, SMA, prestasi belajar


(5)

viii

ABSTRACT

Allexander Gumawang. 2013. The Using Of Guided Discovery Learning Model To Increase Students’ Achievement In Trigonometry Material Grade X Students In SMA N 1 Tempel Academic Year 2012/2013. Mathematic Education Study Program, Department of Mathematic Education and Science, Teacher Training and Education Faculty, Sanata Dharma University Yogyakarta.

The purpose of the research in this thesis is to find out whether the using

of the guided discovery learning models are able to increase the students‟ achievement in trigonometry grade X students‟ in SMAN 1 Tempel academic

year 2012/2013.

This research is a quasi experiment. The subject of this research is grade X students in SMA N 1 Tempel academic year 2012/2013. This research is using quantitative-descriptive method. The data which is gather in this research are prerequisite class experiment and control ability, class achievement for experiment and control test, interview with the teachers, learning observation

sheet and the using of students‟ answer sheet (LKS).

The research result shows that learning guided discovery learning model

using students‟ worksheet are able to increase the students‟ achievements in the

angle materials in grade X students, SMA N 1 Tempel academic year 2012/2013. Based on the table 5.12, sig known (2-tailed) with the same variances (equal variances assumed) is 0,0014, the value of T equal to – 2,530. Due to the value of sig (2-tailed) is 0,0014 and 0,0014 is smaller than 0,1 then H0 rejecetd and H1 accepted. If H1 was accepted, so that the results of experimental class achievement test (XC class) was higher than the control class (XB class) significantly. In this learning model, the students are taught to find out the concept. In this context, there is a guidance to find out the concept of an angle relation in the trigonometry. The guidance can be direct and indirect. The direct guidance is the interaction

between students and teacher. Indirect guidance is the students‟ activities. There are some questions in the students‟ worksheet. Those questions will help the

students to find out the concept. The interaction between students and teacher seems when the students have some difficulties in working their worksheet. In this case, the role of the teacher is to help the students. In the guided discovery learning model, there are some learning principles that should visible. The first is a good planning about learning. This planning cannot be separated from the media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

ix

principle, the students are hoped to be participate in the process of finding the concept and the teacher as a facilitator. The term of facilitator is to guide the

students. The third is teachers‟ mobility. The mobility of the teacher is important,

because they guide their students who have the difficulties in finding the concept. The fourth is discussions. It is about the discussion of every concept that found

by the students. The fifth is teachers‟ reinforcement. The teachers do the reinforcement at the end of learning process. Students‟ worksheet is a good media

to support the guided discovery learning model. The benefit of using students‟

worksheet such as help the students to find out the concept, reinforce the students‟

participation during learning process, and facilitate the interaction between teachers and students.

Keyword: guided discovery, students‟ worksheet, trigonometry angle


Dokumen yang terkait

Hubungan pembelajaran fisika menggunakan media komik dengan minat belajar siswa pada konsep zat dan wujudnya di SLTP Negeri 1 Jember siswa kelas I Cawu 1 tahun pelajaran 2000/2001

0 8 97

Upaya meningkatkan pemahaman konsep trigonometri siswa kelas X MA At-Tasyri Tangerang melalui model pembelajaran kooperatif metode course review horay

18 122 322

Pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan terbimbing (guided discorvery lesson) untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa

1 9 95

Penggunaan media pembelajaran zooming presentation untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas x pada konsep suhu dan kalor

0 8 6

Penggunaan bahan ajar berbasis penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan penalaran induktif matematis siswa

1 8 197

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Penggunaan media gambar untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V A MI “Al-Husna” Kecamatan Karawaci Kota Tangerang

2 15 127

Pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry) terhadap hasil belajar siswa Pada materi litosfer

6 18 182

Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IVA SD Negeri 1 Metro Barat menggunakan media audio visual tahun pelajaran 2012/2013.

0 5 42

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair square pada materi ruang dimensi tiga untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Baubau

1 3 12