Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Mengancam Muka

sindiran itu untuk menunjukkan suasana hati penutur yang kesal dengan tingkah laku mitra tutur. Berbeda dengan tuturan A10 dituturkan penutur dengan nada tinggi. Nada tuturan tinggi identik dengan suasana hati yang sedang marah, emosi. Seperti pada tuturan A10 dituturkan dengan nada bicara yang cenderung menaik keras dan kasar oleh penuturnya karena penutur marah pada tingkah mitra tutur. Hal tersebut sejalan dengan Pranowo 2009:77 bahwa nada bicara penutur selalu berkaitan dengan suasana hati penuturnya. Oleh karena itu, semakin suasana hati penutur itu buruk, tuturan yang dituturkan cenderung semakin tidak santun. Lebih lanjut dipaparkan Pranowo 2009:77 aspek nada dalam bertutur lisan dapat memengaruhi kesantunan berbahasa seseorang. Kelima tuturan itu dapat dipersepsi memiliki kesantunan yang rendah karena pada nada tuturan A6, A7, A11, dan A14 dikatakan dengan nada sedang berupa sindiran pada mitra tutur, terlebih pada nada tuturan A10 dituturkan dengan nada bicara yang menaik dengan keras dan kasar. Selain itu, dapat dipersepsi pula bahwa seorang penutur dapat melukai hati mitra tuturnya apabila nada tutur yang dipakai adalah nada sedang dan tinggi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa nada sedang dan tinggi merupakan salah satu penanda linguistik untuk tuturan yang melecehkan muka. Selanjutnya, mengenai tekanan dan intonasi dapat diuraikan sebagai berikut. Kelima tuturan itu dikatakan dengan tekanan sedang. Muslich 2008:113 mengatakan tidak semua kata dalam kalimat ditekankan sama, hanya kata-kata yang dianggap penting atau dipentingkan yang mendapatkan tekanan. Hal tersebut dapat dilihat pada masing-masing dari lima tuturan itu. Pada tuturan A6 terdapat tekanan pada pengucapan tuturan wes pendadaran kowe. Pada tuturan A7 pengucapan tuturan kalo jawab tu yang bener, iya gitu lebih ditekankan penuturnya. Tuturan A10 terdapat penekanan pada pengucapan kalimat asem, dicatet kok, munyuk. Tuturan A11 pengucapan tuturan wes pinter rasah mlebu wae lebih ditekankan penuturnya. Tuturan A14 terdapat penekanan tuturan jangan kayak orang kumur- kumur oleh penuturnya. Beberapa bagian tuturan yang ditekankan pada kelima tuturan tersebut merupakan bagian tuturan yang dipentingkan penutur ketika mengungkapkan sindiran dan kekesalannya. Lebih lanjut pembahasan mengenai intonasi. Aspek intonasi dalam bahasa lisan sangat menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa Pranowo, 2009:76. Menurut Muslich 2008:115 pada tataran kalimat, variasi-variasi nada pembeda maksud disebut intonasi. Intonasi pada sebuah tuturan terdiri dari tiga pola yaitu pola kalimat berita yang ditandai dengan pola intonasi datar turun, kalimat Tanya yang berpola datar naik, dan kalimat perintah yang berpola datar tinggi. Selanjutnya dipaparkan oleh Pranowo 2009:76 bahwa aspek intonasi merupakan keras lembutnya suara ketika berbicara. Pada tuturan A6 dan A7 memiliki intonasi tanya