Tabel : Lima Fungsi umum tindak tutur menurut Searle, dalam Yule, 1996:95
Tipe tindak tutur Arah penyesuaian
P = penutur; X = situasi
Deklarasi Kata mengubah dunia
P menyebabkan X Representatif
Kata disesuaikan dengan dunia P meyakini X
Ekspresif Kata disesuaikan dengan dunia
P merasakan X Direktif
Dunia disesuaikan dengan kata P menginginkan X
Komisif Dunia disesuaikan dengan kata
P memaksudkan X
2.3.3 Tindak Perlokusi
Tuturan juga
seringkali mempunyai
daya pengaruh
perlocutionary force, atau efek bagi yang mendengarkannya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan
oleh penuturnya. Tindak tutur yang pengutaraannya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut dengan tindak perlokusi Wijana,
2011:24. Tindak tutur ini disebut the act of affecting something.
Perhatikan beberapa contoh berikut.
7 Saya lapar, tapi uang saya habis.
8 Gelap sekali ruangan ini.
9 Charger laptopku hilang.
Kalimat 7, 8, dan 9 mengandung lokusi dan ilokusi bila dipertimbangkan konteks situasi tuturnya, serta perlokusi jika penutur
mengkreasikan daya pengaruh tertentu kepada lawan tuturnya. Bila
kalimat 7 diutarakan oleh seorang mahasiswa kepada teman mahasiswanya, maka ilokusinya adalah secara tidak langsung meminta
uang kepada temannya itu. Adapun efek perlokusi yang mungkin diharapkan agar mitra tutur meminjamkan uang atau mentraktir si
penutur. Bila kalimat 8 diutarakan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya yang baru saja masuk ke ruang kelas yang gelap,
kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk meminta menyalakan lampu di ruangan tersebut, dan perlokusi efeknya yang diharapkan
adalah mitra tutur menyalakan lampu. Bila kalimat 9 diutarakan oleh seseorang kepada temannya ketika di perpustakaan, kalimat ini tidak
hanya mengandung lokusi, tetapi juga ilokusi yang berupa permintaan untuk membantu menemukan chargernya yang hilang, dengan
perlokusi mitra tutur membantu mencari chargernya. Tindak tutur perlokusioner mengandung daya pengaruh bagi
lawan tutur. Contoh lain yang dikemukakan Wijana 2011:25 adalah 10
Baru-baru ini Walikota telah membuka Kurnia Department Store yang terletak di pusat perbelanjaan dengan tempat
parkir yang cukup luas.
Kalimat 10 selain memberikan informasi, juga secara tidak langsung merupakan undangan atau ajakan untuk berbelanja ke department
store bersangkutan. Letak department store yang strategis dengan tempat parkirnya yang luas diharapkan memiliki efek untuk membujuk
para pembacanya. Wacana seperti ini seringkali dijumpai pada bentuk wacana iklan. Secara sepintas, wacana iklan seperti ini merupakan
berita, tetapi daya ilokusi dan perlokusinya sangat besar terlihat.
2.3.4 Rangkuman
Seperti yang telah dipaparkan oleh Searle 1983, tindak tutur dapat dikategorikan menjadi tiga macam yang meliputi 1 tindak lokusi
dinamakan the act of saying something atau tindak tutur untuk menyatakan sesuatu, 2 tindak ilokusi disebut the act of doing
something atau tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya, dan 3 tindak
perlokusi disebut the act of affecting something atau tindak tutur untuk mempengaruhi
lawan tutur.
Selanjutnya Searle
1983 juga
menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima macam yang meliputi asertif, direktif, ekspresif, komisif, dan deklarasi yang kelima macam itu
memiliki fungsi komunikatif tersendiri.
2.4 Konteks Tuturan
Pada dasarnya di dalam penggunaan bahasa sehari-hari terdapat unsur penting yang memengaruhi pemakaian bahasa itu. Unsur penting
yang dimaksud adalah konteks. Konteks sangat memengaruhi bentuk bahasa yang digunakan oleh seorang penutur. Adanya teori mengenai
konteks merupakan angin segar bagi para peneliti bahasa karena konteks dapat menjawab sebuah fenomena yang berhubungan dengan mengapa
dan bagaimana sebuah tuturan atau kalimat itu muncul. Seperti yang diketahui, dahulu konteks belum terlalu diperhatikan oleh ahli bahasa
sehingga penelitian mereka hanya mengkaji bahasa dari segi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Hasil penelitian tersebut lazimnya
berupa sistem bahasa yang bentuknya gramatikal saja. Oleh karena itu, sejak permulaan tahun 1970-an para ahli linguistik menyadari
pentingnya konteks dalam penafsirkan kalimat atau tuturan itu. Jauh sebelum para pakar linguistik dan pragmatik lain, Malinowsky
pada tahun 1923, berbicara tentang konteks itu sendiri, khususnya konteks yang berdimensi situasi atau ‗context of situation‟. Secara
khusus Malinowsky mengatakan, seperti yang dikutip di dalam Vershueren 1998:75,
„Exactly as in the reality of spoken or written languages, a word without linguistics context is a mere figment and
stands for nothing by itself, so in the reality of a spoken living tongue, the utterance has no meaning except in the context of situation.‟ Dengan
demikian, di dalam pandangannya sesungguhnya dinyatakan bahwa kehadiran konteks situasi menjadi penting dan mutlak untuk menjadikan
sebuah tuturan benar-benar bermakna. Hymes 1974 berpendapat bahwa konteks terdiri dari latar fisik dan
psikologis setting and scene, peserta tutur participants, tujuan tutur ends, urutan tindak acts, nada tutur keys, saluran tutur
instruments, norma tutur norms, jenis tutur genres. melalui
Nugroho, 2009:119. Kedelapan komponen tutur dalam situasi tutur tersebut sering disingkat menjadi SPEAKING yang semuanya itu dapat
memengaruhi tuturan seseorang. Penjelasan agak panjang terkait konteks juga dikemukan Levinson.
Levison 1983:5 mengemukakan konteks dari definisi Carnap, yaitu istilah yang dipahami yang mencakup identitas partisipan, parameter,
ruang dan waktu dalam situasi tutur, dan kepercayaan, pengetahuan, serta maksud partisipan di dalam situasi tutur. Selanjutnya Levinson
1983:22-23 menjelaskan bahwa untuk mengetahui sebuah konteks, seseorang harus membedakan antara situasi aktual sebuah tuturan dalam
semua keserbaragaman ciri-ciri tuturan mereka, dan pemilihan ciri-ciri tuturan tersebut secara budaya dan linguistik yang berhubungan dengan
produksi dan penafsiran tuturan. Untuk mengetahui konteks, Levinson mengambil pendapat Lyons yang membuat daftar prinsip-prinsip
universal logika dan pemakaian bahasa, yaitu seperti di bawah ini: 1
Pengetahuan ihwal aturan dan status aturan meliputi aturan dalam situasi tutur seperti penutur atau petutur, dan aturan sosial,
sedangkan status meliputi nosi kerelativan kedudukan sosial; 2
Pengetahuan ihwal lokasi spasial dan temporal; 3
Pengetahuan ihwal tingkat formalitas; 4
Pengetahuan ihwal medium; kira-kira kode atau gaya pada sebuah saluran seperti perbedaan antara variasi bahasa tulis dan lisan;