Tuturan Sebagai Produk Tindak Verbal

mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih kecil ketika bunyi itu diucapkan. Praktiknya, kerasnya bunyi juga berpengaruh pada ketinggian bunyi. Buktinya tekanan keras dengan nada rendah pun bisa diucapkan oleh penutur bahasa, Hal ini sangat tergantung pada fungsinya dalam komunikasi. Variasi tekanan dapat dibedakan menjadi empat yaitu 1 tekanan keras, 2 tekanan lemah, 3 tekanan lemah, dan 4 tidak ada tekanan. Penekanan makna dibedakan menjadi dua tataran yaitu tataran kata, tekanan yang bersifat silabis dan tataran kalimat, tekanan leksis. Tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan maksud dalam tataran kalimat sintaksis tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata leksis Muslich, 2008:113. Tidak semua kata dalam kalimat ditekanan sama, hanya kata-kata yang dianggap penting atau dipentingkan yang mendapatkan tekanan. Oleh karena itu, pendengar atau mitra tutur harus mengetahui maksud di balik makna tuturan yang didengarkannya.

2.5.3 Intonasi

Aspek intonasi dalam bahasa verbal lisan sangat menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa. Ketika penutur menyampaikan maksud kepada mitra tutur dengan menggunakan intonasi keras, padahal mitra tutur berada pada jarak yang sangat dekat dengan penutur, sementara mitra tutur tidak tuli, penutur akan dinilai tidak santun. Sebaliknya, jika penutur menyampaikan maksud dengan intonasi lembut, penutur akan dinilai sebagai orang yang santun. Namun, intonasi kadang-kadang dipengaruhi oleh latar belakang budaya masyarakat. Pranowo, 2009:76- 77 Pada tataran kalimat, variasi-variasi nada pembeda maksud disebut intonasi yang ditandai dengan intonasi datar turun yang biasa terdapat dalam kalimat berita, intonasi datar naik yang biasa terdapat dalam kalimat tanya, dan intonasi datar tinggi yang biasa terdapat dalam kalimat perintah.

2.5.4 Rangkuman