maknanya sama saja. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembedaan makna nada dalam bahasa Indonesia tidak fonemis. Namun,
ketidakfonemisan ini tidak berarti nada tidak ada dalam bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor ketegangan pita suara, arus udara,
dan posisi pita suara saat bunyi itu diucapkan. Muslich, 2008:112. Aspek nada dalam bertutur lisan memengaruhi santun tidaknya
tuturan seseorang.
Nada adalah
naik turunnya
ujaran yang
menggambarkan suasana hati penutur ketika sedang bertutur. Jika suasana hati sedang senang, nada bicara penutur menaik dengan ceria sehingga
terasa menyenangkan. Jika suasana hati sedang sedih, nada bicara penutur menurun dengan datar sehingga terasa menyedihkan. Jika suasana hati
sedang marah, emosi, nada bicara penutur menaik dengan keras, kasar sehingga terasa menakutkan.
2.5.2 Keras-Lemah Tekanan, Aksen, Stress
Tekanan pada bunyi ialah besarnya tenaga yang digunakan untuk mengucapkan bunyi dan tergantung kepada desakan udara ke luar dari
paru-paru Lubis, 1985:22. Ketika bunyi-bunyi segmental diucapkan tidak lepas dari keras atau lemahnya bunyi. Hal ini disebabkan
keterlibatan energi otot ketika bunyi itu diucapkan. Suatu bunyi dikatakan mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih besar
ketika bunyi itu diucapkan. Sebaliknya suatu bunyi dikatakan tidak
mendapatkan tekanan apabila energi otot yang dikeluarkan lebih kecil ketika bunyi itu diucapkan.
Praktiknya, kerasnya bunyi juga berpengaruh pada ketinggian bunyi. Buktinya tekanan keras dengan nada rendah pun bisa diucapkan
oleh penutur bahasa, Hal ini sangat tergantung pada fungsinya dalam komunikasi. Variasi tekanan dapat dibedakan menjadi empat yaitu 1
tekanan keras, 2 tekanan lemah, 3 tekanan lemah, dan 4 tidak ada tekanan. Penekanan makna dibedakan menjadi dua tataran yaitu tataran
kata, tekanan yang bersifat silabis dan tataran kalimat, tekanan leksis. Tekanan dalam tuturan bahasa Indonesia berfungsi membedakan
maksud dalam tataran kalimat sintaksis tetapi tidak berfungsi membedakan makna dalam tataran kata leksis Muslich, 2008:113.
Tidak semua kata dalam kalimat ditekanan sama, hanya kata-kata yang dianggap penting atau dipentingkan yang mendapatkan tekanan. Oleh
karena itu, pendengar atau mitra tutur harus mengetahui maksud di balik makna tuturan yang didengarkannya.
2.5.3 Intonasi
Aspek intonasi dalam bahasa verbal lisan sangat menentukan santun tidaknya pemakaian bahasa. Ketika penutur menyampaikan maksud
kepada mitra tutur dengan menggunakan intonasi keras, padahal mitra tutur berada pada jarak yang sangat dekat dengan penutur, sementara
mitra tutur tidak tuli, penutur akan dinilai tidak santun. Sebaliknya, jika