Wujud Ketidaksantunan Pragmatik Menghilangkan Muka

D6 menunjukkan tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi untuk tuturan tersebut yaitu penutur berharap agar mitra tutur diam dan tidak menganggu penutur. Konteks tuturan D11 yaitu tuturan terjadi pada tanggal 5 Desember 2012 pukul 10.00 WIB ketika ada beberapa mahasiswa berkumpul di hall student tengah. Suasana di sekitar hall ramai dan santai. Penutur dan mitra tutur perempuan merupakan mahasiswa angkatan 2011 dan mereka teman sekelas. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang duduk berkumpul dengan teman lain. Mitra tutur mengomentari dan menyindir penampilan penutur dengan suara keras di depan banyak orang. Penutur menanggapi sinis mitra tutur seperti pada tuturan D11 yang menunjukkan tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi untuk tuturan tersebut yaitu penutur berharap mitra tutur berhenti mengomentari penutur. Konteks tuturan D13 yaitu tuturan terjadi pada tanggal 29 November 2012 pukul 15.30 WIB ketika sedang presentasi makalah dalam kelas, ada sesi tanggapan dari pembahas utama untuk pemakalah. Suasana kelas serius dan tenang. Penutur dan mitra tutur perempuan merupakan mahasiswa angkatan 2009, dan mereka teman sekelas dan sekelompok. Penutur sebagai pemakalah dan mitra tutur sebagai pembahas utama. Penutur menanggapi mitra tutur mengenai komentar judul makalahnya. Penutur menanggapi sinis mitra tutur seperti pada tuturan D13 yang menunjukkan tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi tuturan tersebut yaitu penutur berharap agar mitra tutur memberi masukan yang lain kepada penutur.

4.2.4.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Menghilangkan Muka

Secara umum, makna ketidaksantunan berbahasa yang menghilangkan muka yaitu penutur mempermalukan mitra tutur di depan orang banyak. Berikut uraian makna masing-masing tuturan yang menghilangkan muka. a. Tuturan D4 memiliki makna yaitu mempermalukan mitra tuturnya yang memiliki kaki seperti perempuan. b. Tuturan D5 memiliki makna yaitu mempermalukan mitra tuturnya untuk berpose seperti model. c. Tuturan D6 memiliki makna yaitu mempermalukan mitra tuturnya yang sudah berisik. d. Tuturan D11 memiliki makna yaitu mempermalukan mitra tuturnya dengan ejekan. e. Tuturan D13 memiliki makna yaitu mempermalukan mitra tuturnya yang telah memberikan komentar terhadap hasil presentasinya.

4.2.5 Mengancam Muka Sepihak

Terkourafi 2008: 3-4 memandang ketidaksantunan sebagai, „impoliteness occurs when the expression used is not conventionalized relative to the context of occurrence; it threatens the addressee‟s face but no face-threatening intention is attributed to the speaker by the hearer.‟ Jadi perilaku berbahasa dalam pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur addressee merasakan ancaman terhadap kehilangan muka face threaten, dan penutur speaker tidak mendapatkan