Penanda Ketidaksantunan Pragmatik Menghilangkan Muka

maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya. Dengan demikian, mitra tutur mengalami kerugian berupa sebuah ancaman malu dan tersinggung perasaannya atas tuturan penutur, sedangkan penutur tidak memahami bahwa tuturan yang disampaikan telah menyinggung dan memberikan sebuah ancaman bagi mitra tuturnya. Cuplikan Tuturan 63 Penutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun M1: “Eh lungguh neng mburi ae yok?” M2: “Wes lungguhe neng ngarep ae, manut aku, dong ora” E4 konteks tuturan: tuturan terjadi ketika para mahasiswa sedang menunggu kelas berikutnya sambil duduk di dalam kelas, ada dua mahasiswa mencari tempat duduk. Suasana kelas gaduh. Mitra tutur ingin duduk di belakang tetapi penutur tidak memperbolehkan mitra tutur Cuplikan Tuturan 67 Penutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 20 tahun M1: “Eh cowoknya ki temen mudikamu po?” M2: “Iyoo, bener” M1: “Lha kok bisa kenal gitu?” M2: “Yoo isolah.. kan dikenalke karo Roni” M3: “Wes to meneng, ki mumet le nggawe ini lho” E8 konteks tuturan: tuturan terjadi ketika sedang berkumpul di perpustakaan, lima mahasiswa sedang mengerjakan proposal skripsi masing-masing. Beberapa mahasiwa berbincang dengan serunya. Mitra tutur berbicara dengan keras dan mengganggu penutur. Penutur berkomentar sinis karena merasa terganggu dengan suara mitra tutur Cuplikan Tuturan 70 Penutur: mahasiswa laki-laki, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa laki-laki, umur 21 tahun M1: “Wes rampung laporane Jo?” M2: “Asu rung rampung kok Wes diajak kumpul do gak moro bajigur to kowe ” E11 konteks tuturan: tuturan terjadi ketika di luar kelas. Beberapa mahasiswa duduk- duduk dan berbincang satu sama lain sedang menunggu kelas berikutnya. Suasana luar kelas gaduh dan santai. Mitra tutur menanyakan tentang laporan PPL yang merupakan satu kelompok dengan penutur. Penutur dan mitra tutur merupakan teman akrab. Penutur menanggapi dengan agak emosi Cuplikan Tuturan 72 Penutur: mahasiswa laki-laki, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa laki-laki, umur 21 tahun M1: “Aku sik ngoreksi nggonamu.” M2: “Nek entuk elek tak tuntut kowe” E13 konteks tuturan: tuturan terjadi ketika setelah kuis Penyuntingan selesai, lalu dilanjut dengan koreksi lembar jawab oleh mahasiswa. Suasana kelas agak gaduh. Penutur dan mitra tutur merupakan teman akrab. Penutur memberikan ancaman terkait hasil koreksi yang akan dilakukan bagi mitra tutur Cuplikan Tuturan 75 Penutur: mahasiswa laki-laki, umur 19 tahun Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 19 tahun M1: “Eh mosok si mereka putus?” M2: “Iyaa kok, kamu gak tau po? Distatus fbnya kan ada” M3: “Eh kalian ini diem kenapa to?” M1: “Apaan sii kamu” M3: “Lain kali aku gak mau sekelompok lagi sama kamu Males” E16 konteks tuturan: tuturan terjadi ketika sedang diskusi kelompok di kelas. Suasana dalam kelas tenang dan serius. Dalam kelompok, ada dua mahasiswa yang sibuk berbincang-bincang sendiri. Penutur dan mitra tutur teman satu kelompok. Mitra tutur asyik berbincang sendiri. Penutur memperingatkan mitra tutur tetapi tidak dihiraukannya. Penutur mengungkapkan kekecewaannya

4.2.5.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik tuturan di atas berupa hasil transkrip tuturan lisan tidak santun antarmahasiswa yang mengancam muka sepihak. Berikut masing- masing wujud ketidaksantunan linguistik tuturan yang berupa mengancam muka sepihak tersebut. a. Tuturan E4: “Wes lungguhe neng ngarep ae, manut aku, dong ora” b. Tuturan E8: “Wes to meneng, ki mumet le nggawe ini lho” c. Tuturan E11: “Asu rung rampung kok Wes diajak kumpul do gak moro bajigur to kowe” d. Tuturan E13: “Nek entuk elek tak tuntut kowe” e. Tuturan E16: “Lain kali aku gak mau sekelompok lagi sama kamu Males”

4.2.5.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan pragmatik tuturan yang mengancam muka sepihak dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Berikut uraian konteks sebagai wujud ketidaksantunan pragmatik masing-masing tuturan yang mengancam muka sepihak. Konteks tuturan E4: tuturan terjadi ketika para mahasiswa sedang menunggu kelas berikutnya sambil duduk di dalam kelas, ada dua mahasiswa mencari tempat duduk. Suasana kelas gaduh. Mitra tutur ingin duduk di belakang tetapi penutur tidak memperbolehkan mitra tutur. Konteks tuturan E8: tuturan terjadi ketika sedang berkumpul di perpustakaan, lima mahasiswa sedang mengerjakan proposal skripsi masing-masing. Beberapa mahasiwa berbincang dengan serunya. Mitra tutur berbicara dengan keras dan mengganggu penutur. Penutur berkomentar sinis karena merasa terganggu dengan suara mitra tutur. Konteks tuturan E11: tuturan terjadi ketika di luar kelas. Beberapa mahasiswa duduk-duduk dan berbincang satu sama lain sedang menunggu kelas berikutnya. Suasana luar kelas gaduh dan santai. Mitra tutur menanyakan tentang laporan PPL yang merupakan satu kelompok dengan penutur. Penutur dan mitra tutur merupakan teman akrab. Penutur menanggapi dengan agak emosi. Konteks tuturan E13: tuturan terjadi ketika setelah kuis Penyuntingan selesai, lalu dilanjut dengan koreksi lembar jawab oleh mahasiswa. Suasana kelas agak gaduh. Penutur dan mitra tutur merupakan teman akrab. Penutur memberikan ancaman terkait hasil koreksi yang akan dilakukan bagi mitra tutur. Konteks tuturan E16: tuturan terjadi ketika sedang diskusi kelompok di kelas. Suasana dalam kelas tenang dan serius. Dalam kelompok, ada dua mahasiswa