Tindak Perlokusi Tindak Tutur
Nugroho, 2009:119. Kedelapan komponen tutur dalam situasi tutur tersebut sering disingkat menjadi SPEAKING yang semuanya itu dapat
memengaruhi tuturan seseorang. Penjelasan agak panjang terkait konteks juga dikemukan Levinson.
Levison 1983:5 mengemukakan konteks dari definisi Carnap, yaitu istilah yang dipahami yang mencakup identitas partisipan, parameter,
ruang dan waktu dalam situasi tutur, dan kepercayaan, pengetahuan, serta maksud partisipan di dalam situasi tutur. Selanjutnya Levinson
1983:22-23 menjelaskan bahwa untuk mengetahui sebuah konteks, seseorang harus membedakan antara situasi aktual sebuah tuturan dalam
semua keserbaragaman ciri-ciri tuturan mereka, dan pemilihan ciri-ciri tuturan tersebut secara budaya dan linguistik yang berhubungan dengan
produksi dan penafsiran tuturan. Untuk mengetahui konteks, Levinson mengambil pendapat Lyons yang membuat daftar prinsip-prinsip
universal logika dan pemakaian bahasa, yaitu seperti di bawah ini: 1
Pengetahuan ihwal aturan dan status aturan meliputi aturan dalam situasi tutur seperti penutur atau petutur, dan aturan sosial,
sedangkan status meliputi nosi kerelativan kedudukan sosial; 2
Pengetahuan ihwal lokasi spasial dan temporal; 3
Pengetahuan ihwal tingkat formalitas; 4
Pengetahuan ihwal medium; kira-kira kode atau gaya pada sebuah saluran seperti perbedaan antara variasi bahasa tulis dan lisan;
5 Pengetahuan ihwal ketepatan sesuatu yang dibahas; dan
6 Pengetahuan ihwal ketepatan bidang wewenang atau penentuan
domain register sebuah bahasa. melalui Nugroho, 2009:119- 120.
Mey dalam Kunjana 1994:39, „… context is more than a matter
of reference and of understanding what things are about, practically speaking. Context is also what gives our utterances their deeper
m eaning.‟ Pada bagian lain Mey 1994:40 menegaskan „the context is
also of paramaount importance in assigning a proper value to such phenomena as propositions, implicature, and the whole sets of context-
oriented features …‟ Adanya kehadiran konteks itu, sebagaimana yang
dimaksudkan Mey di atas, sangat dimungkinkan dipahami entitas kebahasaan secara lebih komprehensif dan mendalam, bukan sekadar
menunjuk pada hal-hal yang sifatnya referensial. Memang secara referensial sudah terlihat jelas penuturnya dan mitra tutur siapa, di mana
dan kapan peristiwa tutur itu terjadi tetapi lebih dari itu terdapat pernyataan yang terkandung dalam sebuah tuturan, ada pula implikatur
dan segala hal yang melingkupi tuturan itu. Yule melalui Nugroho, 2009:120 membahas konteks dalam
kaitannya dengan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi referen-referan yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang
itu terhadap ekspresi yang diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut,
Yule membedakan konteks dan koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik di mana sebuah kata dipergunakan. Koteks menurut
Yule adalah bahan linguistik yang membantu memahami sebuah ekspresi atau ungkapan. Koteks adalah bagian linguistik dalam
lingkungan tempat sebuah ekspresi dipergunakan. Menurut Rahardi 2006:20, konteks tuturan diartikan sebagai
semua latar belakang background knowledge yang diasumsikan sama- sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta
yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur dalam keseluruhan proses bertutur.
Pemaparan berikutnya terkait konteks, dipaparkan secara lebih mendalam oleh Leech 1983. Leech menyebut konteks tuturan dengan
sebutan aspek-aspek situasi ujar. Berikut pemaparan Leech 1993:19 mengenai aspek-aspek situasi ujar yang meliputi lima hal.