Penanda Ketidaksantunan Linguistik Mengancam Muka Sepihak

4.3 Pembahasan

Hasil kajian yang dilakukan terhadap tuturan yang ada di dalam interaksi antarmahasiswa PBSID angkatan 2009 —2011 ditemukan beberapa tuturan yang mengandung ketidaksantunan. Tuturan yang termasuk ke dalam tuturan yang tidak santun tersebut terbagi menjadi jenis ketidaksantunan a melecehkan muka, b menain-mainkan muka, c kesembronoan, d mengancam muka, dan e menghilangkan muka. Data tuturan yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan ke dalam jenis ketidaksantunan tertentu. Adapun penanda ketidaksantunan linguistik meliputi nada, tekanan, intonasi dan pilihan kata, sedangkan penanda ketidaksantunan pragmatik meliputi situasi, suasana, dan implikatur tambahan.

4.3.1 Melecehkan muka

Berdasarkan data yang telah didapatkan oleh peneliti sebanyak 76 tuturan yang tidak santun, terdapat 20 tuturan yang termasuk ke dalam ketidaksantunan yang melecehkan muka. Tuturan-tuturan tersebut merupakan tuturan tidak santun yang dituturkan oleh para mahasiswa Program Studi PBSID Angkatan 2009 —2011 di Universitas Sanata Dharma. Tuturan yang berjumlah 20 itu memiliki penanda ketidaksantunan linguistik dan juga penanda ketidaksantunan pragmatik yang dapat dilihat dari konteks tuturan yang melingkupinya. Berbicara mengenai ketidaksantunan yang melecehkan muka, Miriam A Locher 2008: 3 berpendapat bahwa ketidaksantunan dalam berbahasa dapat dipahami sebagai berikut, „…behaviour that is face-aggravating in a particular context.‟ Perilaku ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku „melecehkan‟ muka face-aggravate. Perilaku melecehkan muka lebih mengarah pada sebuah tuturan yang disampaikan penutur tidak hanya menimbulkan kejengkelan tetapi dapat melukai hati mitra tuturnya. Dengan demikian, sebuah tuturan dapat dikatakan tidak santun jika tuturan tersebut telah menyinggung dan membuat sakit hati mitra tuturnya. Contoh: A6 Wiih, jati wes pendadaran kowe? konteks tuturan: tuturan terjadi ketika duduk di depan sekretariat, mitra tutur memegang proposal skripsi dan sedang menunggu dosen pembimbing. Datang penutur menghampiri dan bertanya kepada mitra tutur. Suasana agak gaduh dan santai A7 Kalo jawab tu yang bener, iyaa gitu.. masak apa, apa itu? konteks tuturan: tuturan terjadi ketika perkuliahan menyimak di laboratorium bahasa, dosen memanggil nama mitra tutur. Suasana dalam laboratorium bahasa serius dan tenang. Mitra tutur menjawab sekenanya panggilan dosen. Posisi duduk penutur duduk di depan mitra tutur. Penutur menanggapi mitra tutur A10 Woo, asem dicatet kok pie, munyuk ki