Wujud Ketidaksantunan Linguistik Melecehkan Muka

agak gaduh dan santai. Penutur dan mitra tutur laki-laki merupakan mahasiswa Angkatan 2009, mereka pernah bekerja sama dalam satu kepanitiaan dalam kegiatan prodi. Tindak perlokusi tuturan A6 yaitu penutur berharap mitra tutur tidak menyombongkan diri. Konteks tuturan A7 yaitu tuturan terjadi pada 21 November 2012 pukul 13.15 WIB ketika perkuliahan Menyimak di laboratorium Bahasa, dosen memanggil nama mitra tutur. Penutur dan mitra tutur perempuan merupakan mahasiswa angkatan 2011, mereka teman satu kelas dan posisi duduk penutur duduk di depan mitra tutur. Suasana dalam laboratorium Bahasa serius dan tenang. Mitra tutur menjawab sekenanya panggilan dosen. Penutur menanggapi mitra tutur dengan suruhan yang dikatakan dengan memaksa dan sinis yang menunjukkan tindak verbal direktif. Tindak perlokusi untuk tuturan A7 yaitu penutur berharap mitra tutur menjawab panggilan dosen dengan benar. Konteks tuturan A10 yaitu tuturan terjadi pada tanggal 23 November 2012 pukul 10.45 WIB ketika sedang berkumpul di perpustakaan, lima mahasiswa sedang mengerjakan proposal skripsi masing-masing. Beberapa mahasiwa berbincang dengan serunya. Penutur dan mitra tutur merupakan mahasiswa angkatan 2009 dan mereka teman sekelas. Mitra tutur mencatat obrolan penutur untuk melengkapi data skripsi. Penutur mengetahui dan berkomentar pedas kepada mitra tutur yang menunjukkan tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi tuturan A10 yaitu penutur berharap agar mitra tutur tidak mencatat lagi omongan penutur. Konteks tuturan A14 yaitu tuturan terjadi pada tanggal 28 November 2012 pukul 14.25 WIB ketika setelah kuis Penyuntingan selesai, lalu dilanjut dengan koreksi lembar jawab oleh mahasiswa, suasana kelas agak gaduh. Penutur laki-laki dan mitra tutur perempuan merupakan mahasiswa angkatan 2009 dan mereka teman sekelas. Penutur tahu bahwa mitra tutur baru beberapa waktu menggunakan behel sehingga masih kesusahan untuk berbicara. Penutur menanggapi cara bicara mitra tutur dengan suruhan yang menunjukkan tindak verbal direktif. Tindak perlokusi tuturan A14 yaitu penutur berharap agar mitra tutur berbicara sewajarnya saja. Konteks tuturan A16 yaitu tuturan terjadinya tuturan pada tanggal 28 November 2012 pukul 14.25 WIB ketika dosen memanggil nama mahasiswa untuk konfirmasi nilai, ada mahasiswa yang tidak menyadarinya. Suasana kelas agak gaduh. Penutur dan mitra tutur perempuan merupakan mahasiswa angkatan 2009, mereka teman sekelas dan duduk bersebelahan. Penutur mengingatkan mitra tutur yang telah mengoreksi hasil kerjanya untuk disampaikan ke dosen dengan agak kesal dan sinis yang menunjukkan tindak verbal ekspresif. Tindak perlokusi tuturan A16 yaitu penutur berharap agar mitra tutur tidak berbicara sendiri dan memperhatikan dosen.

4.2.1.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Melecehkan Muka

Secara umum, makna ketidaksantunan berbahasa yang melecehkan muka yaitu penutur mengejek, menyindir, menghina, dan melukai hati mitra tuturnya. berikut uraian masing-masing makna dari tuturan yang melecehkan muka.