Aspek-aspek Fisik ‘Language Users’
tindakan, karena memang tujuan hadir bersama-sama dengan keluarnya sebuah tuturan dari mulut seseorang.
Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk-bentuk tuturan yang digunakan seseorang. Pada dasarnya, tuturan dari seseorang akan dapat
muncul karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang sudah jelas dan amat tertentu sifatnya. Oleh karena itu, harus ditegaskan bahwa
dalam pragmatik, bertutur itu selalu berorientasi pada tujuan, pada maksud, maka dikatakan sebagai
„goal-oriented activity‘. Bentuk kebahasaan itu, secara pragmatik selalu didasarkan pada fungsi function,
bukan semata-mata bentuk forms, karena setiap bentuk kebahasaan sesungguhnya sekaligus merupakan bentuk tindak verbal, yang secara
fungsional selalu memiliki maksud dan tujuan. Jadi, dalam pragmatik pandangan yang dijadikan dasar selalu berfokus pada ‗fungsi‟ pada
‗kegunaan‟ atau „use‟, dan semuanya selalu harus didasarkan pada maksud atau tujuan.
Contohnya, ketika kita masuk gang-gang tertentu di Yogyakarta atau mungkin daerah lainnya di Jawa, Anda akan mendapati peringatan
seperti, ‗HATI-HATI, BANYAK ANAK‘. Secara fungsional pula, bentuk kebahasaan ‗HATI-HATI, BANYAK ANAK‘ digunakan untuk
memberikan peringatan pada semua saja, khususnya para pengendara motor yang melewati gang atau lorong tertentu tersebut untuk ‗ekstrahati-
hati‘, kalau misalnya saja sampai terjadi kecelakaan dan semacamnya di
tempat itu. Dengan demikian, jelas bahwa setiap tuturan —bukan kalimat
karena kalau sebutannya kalimat pasti berdimensi nonpragmatik —pasti
berorientasi pada fungsi, bukan pada bentuk. Oleh karena itu, terlihat sekali pragmatik itu menggunakan paradigma fungsionalisme yang
menitikberatkan pada fungsi, bukan paradigma formalisme seperti yang lazimnya dianut dalam gramatika. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
beberapa ahli seperti Mathesius 1975, Danes 1974, Halliday 1994, dan Givon 1995 yang mengemukakan bahwa pragmatik berorientasi
pada teori linguistik fungsional Baryadi, 2007:61.