menghilangkan muka memiliki maksud bahwa tuturan tersebut dapat menimbulkan rasa tersinggung bahkan rasa malu yang mendalam bagi mitra tuturnya karena tuturan
dikatakan oleh penutur di depan orang banyak. Tabel 4
Tuturan yang Menghilangkan Muka
No Tuturan Kode
1. Iyaa bener, nanti dikasih pak Wid Yaa ampuun…
D1 2.
Seno azis tu cocok. D2
3. Iih gak usah pake yang pertama kedua kali Kelamaan‼
D3 4.
Iih kakimu cantik yaa kayak cewek. D4
5. Mel, sekarang kamu pose, trus kamu keluar.
D5 6.
Ztt berisik kamu D6
7. Danang ki koyo cewek tenan wes sikile koyo ngono neh
rambute gondrong. D7
8. Anggere untune wes mancung
D8 9.
Bajingan, keparat, kowe ngapusi wong D9
10. Sial bener ni orang Banyak bacot lu D10
11. Sirik banget si jadi orang, suka-suka akulah.. emang situ OK? D11
12. Saya tidak perlu memberikan contoh konkretnya, toh di sini semuanya mahasiswa
D12
13. Terima kasih atas masukannya, sebenarnya judul saya ini sudah direvisi oleh ibu Yuli. Jadi saya tidak mengubahnya lagi
D13
5. Mengancam Muka Secara Sepihak Berikut tuturan yang termasuk ke dalam tuturan tidak santun yang
mengancam muka sepihak mitra tuturnya yang berjumlah 17 tuturan. Tuturan yang
mengancam muka sepihak memiliki maksud bahwa tuturan tersebut dapat menyinggung dan memberikan sebuah ancaman bagi mitra tuturnya tetapi penutur
tidak memahami tuturan yang telah disampaikannya. Tabel 5
Tuturan yang Mengancam Muka Sepihak
No Tuturan Kode
1. Bener yaa? Kamu gak bohong?
E1 2.
Ngopo to kowe, aku gak ngerti E2
3. Ngopo demok-demok, asem ki
E3
4. Wes lungguhe neng ngarep ae, manut aku, dong ora
E4 5.
Hey dia kan orangnya sok intelektual E5
6. Ooh jadi sekarang kamu nguping pembicaraan orang ya?
E6 7.
Buat siapa? Ini dikasih racun ya? E7
8. Wes to meneng, ki mumet le nggawe ini lho
E8 9.
Kowe ki meneng to, asem kok E9
10. Ngopo to sok takon-takon? E10
11. Asu rung rampung kok Wes diajak kumpul do gak moro bajigur to kowe
E11
12. Kamu sekarang sombong banget mel
E12 13.
Nek entuk elek tak tuntut kowe E13
14. Engko kabari aku, aku neng kantin. Aku tenanan ini cuk
E14 15.
Yo ben Ben mati sekalian E15
16. Lain kali aku gak mau sekelompok lagi sama kamu Males
E16 17.
Asu Kamu tu gila yaa syukur-syukur uda aku pinjemin E17
4.2 Hasil Analisis Data
Hasil penelitian ini disajikan dengan urutan yaitu a wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa, b wujud penanda ketidaksantunan linguistik
dan pragmatik berbahasa, dan c makna ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa. Pembahasan lebih lanjut mengenai ketidaksantunan linguistik dan
pragmatik berbahasa antarmahasiswa sebagai berikut.
4.2.1 Melecehkan Muka
Miriam A Locher 2008:3 berpendapat bahwa ketidaksantunan dalam berbahasa dapat dipahami sebagai berikut,
„…behaviour that is face-aggravating in a particular context.‟ Perilaku ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku
„melecehkan‟ muka face-aggravate. Perilaku melecehkan muka lebih mengarah pada sebuah tuturan yang disampaikan penutur tidak hanya menimbulkan
kejengkelan tetapi dapat melukai hati mitra tuturnya. Dengan demikian, sebuah tuturan dapat dikatakan tidak santun jika tuturan tersebut telah menyinggung dan
membuat sakit hati mitra tuturnya. Berikut beberapa cuplikan tuturan yang melecehkan muka.
Cuplikan Tuturan 6
Penutur: mahasiswa laki-laki, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa laki-laki, umur 22 tahun
M1: “Hey bro, gek ngopo e kamu?”
M2: “Biasalaah..” sambil menunjukkan proposal skripsi
M1:
“Wiih, jati wes pendadaran kowe?” A6
konteks tuturan: tuturan terjadi ketika duduk di depan sekretariat, mitra tutur memegang proposal skripsi dan sedang menunggu dosen pembimbing. Datang
penutur menghampiri dan bertanya kepada mitra tutur. Suasana agak gaduh dan santai
Cuplikan Tuturan 7
Penutur: mahasiswa perempuan, umur 19 tahun Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 19 tahun
D1: “Stela… Stela mana?”
M1: “Eh apa bu? Saya”
M2:
“Kalo jawab tu yang bener, iyaa gitu.. masak apa, apa itu?” A7
konteks tuturan: tuturan terjadi ketika perkuliahan menyimak di laboratorium bahasa, dosen memanggil nama mitra tutur. Suasana dalam laboratorium bahasa
serius dan tenang. Mitra tutur menjawab sekenanya panggilan dosen. Posisi duduk penutur duduk di depan mitra tutur. Penutur menanggapi mitra tutur
Cuplikan Tuturan 10
Penutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun
M1: “Eh kalo kalian ngomong gak santun nanti aku catet lho”
M2:
“Woo, asem dicatet kok pie, munyuk ki” A10
M1: “Makanya ati-ati kalo ngomong.” konteks tuturan: tuturan terjadi ketika sedang berkumpul di perpustakaan, lima
mahasiswa sedang mengerjakan proposal skripsi masing-masing. Beberapa mahasiwa berbincang dengan serunya. Mitra tutur mencatat obrolan penutur untuk
melengkapi data skripsi. Penutur mengetahui dan berkomentar pedas kepada mitra tutur
Cuplikan Tuturan 14
Penutur: mahasiswa laki-laki, umur 21 tahun
Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun M1:
“Tujuh puluh pak” suara tidak terlalu jelas karena memakai behel M2:
“Nek ngomong ki jangan kayak orang kumur-kumur” A14
M1: “Yaa maklumlah”
konteks tuturan: tuturan terjadi ketika setelah kuis Penyuntingan selesai, lalu dilanjut dengan koreksi lembar jawab oleh mahasiswa, suasana kelas agak gaduh.
Penutur tahu bahwa mitra tutur baru beberapa waktu menggunakan behel sehingga masih kesusahan untuk berbicara. Penutur mengomentari cara bicara mitra tutur
Cuplikan Tuturan 16
Penutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun Mitra tutur: mahasiswa perempuan, umur 21 tahun
D1: “Siapa yang mengoreksi punya Natalia Kristanti?”
M1:
“Eehh indah gimana to kamu, malah ngobrol” A16
M2: “Eehh iya- iya, 75 pak.”
konteks tuturan: tuturan terjadi ketika dosen memanggil nama mahasiswa untuk konfirmasi nilai, ada mahasiswa yang tidak menyadarinya. Suasana kelas agak
gaduh. Penutur dan mitra tutur merupakan teman akrab. Penutur mengingatkan mitra tutur yang telah mengoreksi hasil kerjanya untuk disampaikan ke dosen
4.2.1.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik
Wujud ketidaksantunan linguistik tuturan di atas berupa hasil transkrip tuturan lisan tidak santun antarmahasiswa yang melecehkan muka. Berikut masing-masing
wujud ketidaksantunan linguistik tuturan yang melecehkan muka tersebut. a.
Tuturan A6: “Wiih, jati wes pendadaran kowe?” b.
Tuturan A7: “Kalo jawab tu yang bener, iyaa gitu.. masak apa, apa itu?” c.
Tuturan A10: “Woo, asem dicatet kok pie, munyuk ki”
d. Tuturan A14: “Nek ngomong ki jangan kayak orang kumur-kumur”
e. Tuturan A16: “Eehh indah gimana to kamu, malah ngobrol”
4.2.1.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik
Wujud ketidaksantunan pragmatik tuturan yang melecehkan muka dapat dilihat berdasarkan konteks yang melingkupi tuturan itu. Berikut uraian konteks
sebagai wujud ketidaksantunan pragmatik masing-masing tuturan yang melecehkan muka.
Konteks tuturan A6: tuturan terjadi ketika duduk di depan sekretariat,
mitra tutur memegang proposal skripsi dan sedang menunggu dosen pembimbing. Datang penutur menghampiri dan bertanya kepada mitra tutur. Suasana agak gaduh
dan santai.
Konteks tuturan A7: tuturan terjadi ketika perkuliahan menyimak di
laboratorium bahasa, dosen memanggil nama mitra tutur. Suasana dalam laboratorium bahasa serius dan tenang. Mitra tutur menjawab sekenanya panggilan
dosen. Posisi duduk penutur duduk di depan mitra tutur. Penutur menanggapi mitra tutur.
Konteks tuturan A10: tuturan terjadi ketika sedang berkumpul di
perpustakaan, lima mahasiswa sedang mengerjakan proposal skripsi masing-masing. Beberapa mahasiwa berbincang dengan serunya. Mitra tutur mencatat obrolan
penutur untuk melengkapi data skripsi. Penutur mengetahui dan berkomentar pedas kepada mitra tutur.
Konteks tuturan A14: tuturan terjadi ketika setelah kuis Penyuntingan
selesai, lalu dilanjut dengan koreksi lembar jawab oleh mahasiswa, suasana kelas agak gaduh. Penutur tahu bahwa mitra tutur baru beberapa waktu menggunakan behel
sehingga masih kesusahan untuk berbicara. Penutur mengomentari cara bicara mitra tutur.
Konteks tuturan A16: tuturan terjadi ketika dosen memanggil nama
mahasiswa untuk konfirmasi nilai, ada mahasiswa yang tidak menyadarinya. Suasana kelas agak gaduh. Penutur dan mitra tutur merupakan teman akrab. Penutur
mengingatkan mitra tutur yang telah mengoreksi hasil kerjanya untuk disampaikan ke dosen.
4.2.1.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik
Penanda ketidaksantunan linguistik tuturan yang melecehkan muka dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Berikut uraian masing-masing
penanda ketidaksantunan linguistik tuturan yang melecehkan muka. a.
Tuturan A6 dikatakan penutur dengan nada sedang. tekanan sedang, intonasi tanya, sedangkan pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan kata
nonstandar yaitu kata seru dan penggunaan bahasa daerah Jawa. b.
Tuturan A7 dikatakan penutur dengan nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, sedangkan pilihan kata menggunakan kata nonstandar yaitu kata fatis
dan kata tidak baku.