Pengantar REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

55 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman terlambat’ yang mempengaruhi kematian ibu, yaitu 1 terlambat mengenal tanda bahaya sejak dini; 2 terlambat membuat keputusan karena hambatan budaya, gender, dan ekonomi; 3 terlambat mencapai fasilitas kesehatan; dan 4 terlambat penanganan oleh petugas kesehatan masih belum berubah. Capaian indikator SPM Kesehatan untuk cakupan pemeriksaan kehamilan pertama dan terkahir disingkat K1 dan K4, persalinan oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak daerah di Indonesia juga masih rendah. Walaupun berstatus sebagai negara berpenghasilan menengah, Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kematian ibu tertinggi di Asia Tenggara yaitu 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup 1 . Target MDG Indonesia adalah 102 per 100.000. RISKESDAS 2010 melaporkan bahwa hanya 61,4 ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan di petugas kesehatan, dan hanya 82,4 persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Cakupan pelayanan sangat berbeda-beda di seluruh Indonesia di mana daerah pedesaan seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan. Kementerian Kesehatan telah menerapkan empat aspek strategi WHO untuk Menjadikan Kehamilan Lebih Aman: 1 Memperbaiki akses dan perawatan yang berkualitas; 2 Membangun kemitraan lintas program dan lintas sektor; 3 Mendorong keterlibatan masyarakat, termasuk perempuan dan keluarga; dan 4 Meningkatkan pengawasan manajemen, dan memperbaiki sistem informasi, pemantauan dan pembiayaan. Peningkatan yang dramatis pada MDG 4 mengenai ‘menurun kematian anak’ dapat dicapai melalui penerapan dua strategi: pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini, dan pemberian ASI Eksklusif bagi bayi yang berumur enam bulan ke bawah. IMD juga dapat mengurangi 22 kematian bayi dengan mencegah penyakit diare dan penyakit infeksi lainnya. Menurut RISKESDAS 2010, angka ASI Eksklusif hanya mencapai 15,3 sedangkan angka IMD mencapai 29,3. Indonesia menghadapi cukup banyak tantangan di bidang ini, termasuk minimnya promosi IMD dan ASI Eksklusif di semua tingkatan; budaya yang sering memberikan makanan tambahan sejak dini; promosi susu formula bayi oleh petugas kesehatan; dan kurangnya fasilitas pojok laktasi bagi ibu yang menyusui di tempat-tempat umum dan tempat kerja. Berbagai upaya penurunan kematian bayi, seperti pemberian ASI Eksklusif di negara-negara berkembang ternyata mampu 1. TEMPO, 26 September 2013. ‘Menkes Kaget Angka Kematian Ibu Bayi Masih Tinggi’, http:www.tempo.coread news20130926060516873Menkes-Kaget-Angka-Kematian-Ibu-Bayi-Masih-Tinggi