MENGATASI TANTANGAN b583809b 15bf 40b3 9702 1f00804fa7f3
27
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
• Adanya personil pada tingkat pengambil keputusan di dinas kesehatan dan puskesmas yang kurang
memberikan daya dukung sehingga seringkali menjadi penghambat program.
• Banyak petugas yang belum melakukan ANC dan penolong persalinan sesuai standar dan SOP teknis. • Miniloka puskesmaskecamatan bersama lintas sektor dan MSF sering tidak terlaksana karena
hambatan biaya.
Pada tingkat MSF, Masyarakat dan Pemberi Kerja
• Masih kentalnya budaya, mitos, tabu yang berdampak meningkatkan kesakitan dan kematian pada ibu dan
bayi seperti badapu di Aceh Singkil dan pamali periksa hamil pada trimester awal pada daerah Tapal Kuda, Jawa Timur.
• Cukup banyak daerah yang masyarakatnya cenderung periksa kehamilan dan melahirkan di dukun dari pada petugas kesehatan dengan alasan lebih terjangkau transport dan biaya, nyaman karena komunikasi
interpersonal yang baik, dan meyakinkan karena budaya. • Masih terbatasnya pengetahuan MSF tentang Persalinan Aman sementara mereka diharapkan berperan
mengawal dan melakukan montoringpengawasan terhadap Janji Layanan serta memberikan masukan terhadap keluhan masyarakat yang muncul.
• Masih tingginya angka pernikahan dini misalnya Bondowoso, Jember, dan daerah Tapal Kuda akibat faktor kemiskinan dan budaya masyarakat.
• Masyarakat masih lebih percaya kepada dukun, dan adanya kepercayaan bahwa pada awal kehamilan tidak boleh diperiksakan ke bidandokter.
• Pertemun MSF rawan tidak berkesinambungan karena sebagian besar anggota MSF dari non-pemerintah masih mengharapkan dibayar dana tranportasi sementara puskesmas atau pemerintah kecamatan tidak
memiliki dana untuk menggantikan biaya transport itu.
Pada level OMP
• Keterbatasan pengetahuan tentang pendekatan KINERJA dan teknis Persalinan Aman membatasi
mereka dalam melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan MSF. KINERJA menjembatani dengan STTA lokal.
• Daerah yang terpencil berbatasan dengan sungai, gunung, laut dan berjauhan antara satu puskesmas dengan yang lainnya berdampak rendahnya koordinasi dengan waktu proyek yang sangat pendek.
• Pendekatan dengan pihak swasta pada tahun pertama masih dirasakan kurang. • Banyak OMP Kinerja tidak berasal dari mitra lokal kabupatenkota. Pada saat program KINERJA tutup
maka OMP juga akan pindah ke tempat asalnya.
28
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
Mengatasi Tantangan
Tantangan yang dihadapi KINERJA menjadi praktek baik sebagai pembelajaran di awal bagi pengembang program governance berikutnya. Kendala teknis yang disampaikan di atas sudah banyak terobosan yang
diambil oleh KINERJA, namun hambatan budaya masih membutuhkan waktu yang lebih lama.
Cerita Sukses
Di bawah ini beberapa contoh cerita sukses dari hasil dampingan KINERJA. Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil, Aceh Singkil, Provinsi Aceh.
• Kemitraan dimulai bulan April 2012. Pada tahap pertama, kemitraan diterapkan di 2 desa, kemudian dikembangkan di 5 desa lainnya.
• Pertolongan persalinan oleh dukun menurun menjadi 0 di wilayah Puskesmas Singkil. Tahun 2011 terdapat 18 persalinan yang ditolong dukun, menurun menjadi 8 persalinan pada tahun 2012, dan
mencapai 0 pada tahun 2013. • Puskesmas Singkil akan melakukan scaling-up dengan melibatkan dukun secara aktif dalam promosi
kesehatan di komunitas sebagai “Pelopor Kesehatan di Desa”. • Melakukan monitoring pelaksanaan kemitraan bidan dan dukun setiap tiga bulan untuk melihat hasil dan
kendala yang dihadapi. • Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil telah dicanangkan untuk direplikasi ke seluruh
Kabupaten Aceh Singkil. • Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas.
• Memberikan penghargaan kepada kemitraan bidan dan dukun terbaik.
Puskesmas Semparuk, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
• Sebelum pendampingan KINERJA, Puskesmas Semparuk melakukan pelayanan rutin tanpa mempertimbangkan mutu layanan serta kenyamanan pasien yang datang ke Puskesmas. KINERJA mulai
memperkenalkan hak masyarakat termasuk yang miskin dan tidak mampu menjadi tanggungjawab negara termasuk puskesmas.
• Puskesmas Semparuk merasa perlu melakukan perubahan untuk merespon keinginan masyarakat terhadap layanan yang lebih baik untuk mencapai kepuasan pengguna layanan yang maksimal.
29
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
• Keterbatasan membuat mereka berusaha menjalin kemitraan dengan semua pihak untuk mencapai pelayanan publik yang memuaskan sisi demand. Meskipun pada awalnya muncul berbagai ketakutan dan
penolakan dari banyak staf puskesmas dengan alasan, seperti sulit menyamakan persepsi dan komitmen tentang perbaikan layanan dari sisi petugas dan masyarakat; kemitraan nantinya akan menambah beban
kerja petugas dengan berbagai komitmen yang harus disepakati; adanya campur tangan pihak luar dalam pengelolaan dan pelayanan puskesmas; beban pimpinan puskesmas untuk menegakkan aturan dan SOP;
serta disiplin pegawai yang sudah lama terabaikan. • Seiring dengan keinginan masyarakat yang difasilitasi OMP supaya puskesmas Semparuk berubah, pada
tahun 2013 Kabupaten Sambas juga berubah dari layanan publik menjadi Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah PPK-BLUD, yang berarti kewenangan Pengelolaan Puskesmas secara
penuh dipegang pihak puskesmas. Perubahan ini sangat berpengaruh besar dalam perubahan Puskesmas Semparuk.
• BLUD mempersyaratkan: citra pegawai yang baik, adanya staf yang berkembang pengetahuan dan ketampilannya, menerapkan standar SOP dan aturan, menghindari komplain masyarakat.
• KINERJA mendukung perubahan di Puskesmas mulai dari memahami harapan dan keluhan masyarakat melalui Survei Pengaduan Masyarakat. Kemudian muncul indeks pengaduan masyarakat, dipecahkan
melalui pertemuan kemitraan lintas sektor dan unsur-unsur masyarakat. Masalah internal puskesmas diselesaikan melalui pertemuan microplanning untuk kemudian menyusun rencana aksi.
• Secara isik, puskesmas nyata terjadi peningkatan transparansi, seperti pemasangan Alur Pelayanan Puskesmas, Waktu Tunggu Pelayanan, Janji Perbaikan Layanan, Cara Penyampaian Keluhan, Tarif
Retribusi Layanan berdasarkan peraturan daerah terbaru, Standar Layanan, dan informasi JAMPERSAL, yang menjadi hiasan dinding yang dapat dilihat oleh pasien yang datang ke puskesmas. Klinik KIA dan
ruang bermain anak berubah sesuai dengan permintaan masyarakat dalam janji layanan. Kemitraan Bidan dan Dukun telah mampu menurunkan pertolongan persalinan oleh dukun dari 77 persalinan tahun 2010
menjadi 0 pada tahun 2013. • Terjadi perubahan budaya organisasi, terbuka melakukan kemitraan dengan MSF yang kemudian
menjadi jembatan antara puskesmas dengan keinginan masyarakat; petugas terbuka untuk menerima saran, kritik atau pengaduan; mendorong terbentuknya puskesmas Ramah Ibu dan Anak; lebih banyak
menjalin jejaring untuk pemberdayaan masyarakat; dan terus berusaha memperbaiki mutu layanan melalui penerapan janji layanan untuk peningkatan kepuasan pengguna layanan. Pelayanan menjadi lebih cepat,
murah, dan mudah. Lokakarya lintas sektor bersama MSF untuk pemecahan persoalan dilakukan secara berkala, Pos Kesehatan Desa, Posyandu, Muspika Kecamatan menjadi bagian aktif dari MSF kecamatan.
Program Kesehatan Reproduksi Remaja di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, untuk meminimalisasi pernikahan usia dini.
30
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id
• Program kesehatan reproduksi remaja berbasis sekolah murid dan tenaga pendidikan • Melibatkan berbagai aktor dan institusi, dari pemerintah dinas kesehatan, dinas pendidikan, Bappeda dan
Pemberdayaan Perempuan, sampai masyarakat tokoh agama, pemerhati pendidikan, orangtua murid, dan para ulama.
• Dibentuk dan dilatihnya para guru yang tergabung dalam Paguyuban Guru Pendidik Kespro PGPK dengan aktiitas menjangkau 26 sekolah.
• Tersedia dan berfungsinya Ustad terlatih untuk Promosi Kespro Remaja di pesantren • Komitmen untuk terintegrasi dalam APBD melalui layanan kesehatan peduli Ibu, Anak Remaja
• Media kampanye yang dibuat remaja: 7 video diary, 46 stiker dan poster, 35 artikel karya anak.
Replikasi dan Scaling up
Replikasi
Program Persalinan Aman dengan pendekatan model KINERJA telah direplikasi oleh beberapa instansi pemerintah dengan berbagai sumber pendanaan, termasuk:
• Kemitraan Bidan dan Dukun sudah direplikasi pada seluruh puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil dengan berbagai sumber pendanaan yaitu Dinas Kesehatan kabupaten, dana BOK, JAMPERSAL, OMP, dan
Anggaran Dana Desa ADD. • Kabupaten Sambas dengan menggunakan dana APBD telah mereplikasi seluruh paket kesehatan
KINERJA dari 6 menjadi 13 puskesmas pada tahun 2013 dan akan dilanjutkan dengan 7 puskesmas lain baru pada tahun 2014.
• Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas di Kabupaten Aceh Singkil pada Januari 2014.
• SOP ANC sudah diterapkan pada seluruh puskesmas di Singkil, Simeulue dan 2 puskesmas lainnya di Bener Meriah.
• Survei pengaduan sudah direplikasi pada semua puskesmas di Kota Probolinggo. Sampai akhir tahun 2013 ketikalaporan ini dibuat, belum ditemukan adanya model scaling up baik di wilayah
mitra KINERJA maupun di luar wilayah mitra.
31
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Daya Ungkit dalam Program KINERJA
Faktor pendorong suksesnya program Persalinan Aman bervariasi di setiap daerah. Kesamaannya pada faktor kepemimpinan yang kuat dari pimpinan daerah dan sektor teknis, serta peran aktif agen perubahan
dalam wujud kepala bidang atau kepala seksi KIA, kepala puskesmas, LPSS, OMP, serta unsur-unsur dalam MSF. Ketika kelima unsur tersebut menunjukkan komitmen yang tinggi dan mempunyai pemahaman kritis
tentang pendekatan model KINERJA, maka program dijamin akan memperlihatkan hasil dalam waktu singkat 1 sampai 2 tahun. Khusus untuk Kemitraan Bidan dan Dukun, kunci keberhasilan sangat bergantung pada
komitmen kepala desa, kepala puskesmas, bidan koordinator di puskesmas, dan MSF kecamatan dengan inisiasi kuat dari OMP.
Pengungkit di Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Sambas, Aceh Singkil, Bener Meriah, Simeulue, dan Kota Singkawang pada awalnya adalah sosok LPSS dan OMP yang menguasai pendekatan KINERJA dan punya
komitmen tinggi melakukan perubahan, dan berpadu dengan kepemimpinan kepala daerah atau sekretaris daerah yang memang menginginkan perubahan positif. Di Dinas Kesehatan, level eselon 2 dan 3 mempunyai
pemahaman yang kuat tentang program dan menginisiasi perubahan, siap bertemu dengan komitmen dan proaktif dari LPSS dan OMP, dan mampu menggerakkan MSF menjadi agen perubahan yang melakukan
advocacy terus menerus kepada DPRD dan pemerintah daerah. Kabupaten Bengkayang punya anak muda dari media lokal, bersama DPRD yang kebetulan menjadi ketua Masyarakat Adat Dayak dan ketua MSF,
didukung oleh tim yang kuat dari LPSS bersama OMP yang sudah berpengalaman di Kota Singkawang.
32
Tata Kelola Persalinan Aman
www.kinerja.or.id