Komitmen Kepala Daerah, DPRD, dan Stakeholders

17 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Berdasarkan MoU tersebut, KINERJA menugaskan seorang ahli layanan publik lokal local public service specialist atau LPSS di kantor pemerintah daerah pemda. KINERJA mulai melakukan assesment Organisasi Mitra Pelaksana OMP yang punya kapasitas governance dan juga berpengalaman dalam bidang kesehatan. Tahap berikutnya di daerah yang memilih bantuan KINERJA di bidang kesehatan, dilakukan Konsultasi Tingkat KabupatenKota dengan metode Diskusi Kelompok Terarah DKT atau Focus Group Discussion sebagai bentuk transparansi dan partisipasi pendekatan KINERJA. Konsultasi dilakukan di Dinas Kesehatan KabupatenKota atau Bappeda dengan peserta pemegang program Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Bidan, Kader Posyandu, Organisasi Masyarakat peduli kesehatan, Organisasi Profesi Ikatan Dokter Indonesia, Ikatan Bidan Indonesia, Media, dan Tokoh Masyarakat Kelompok Agama dan Adat dengan perspektif jender. Output pertemuan ini diperolehnya 1 isu prioritas dalam Program KIA yang kemudian menjadi Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif; 2 penentuan puskesmas yang akan menjadi dampingan mitra KINERJA sesuai kriteria yang disepakati yaitu puskesmas yang pelayanannya masih kurang, puskesmas terpencil, puskesmas yang sudah cukup bagus. Diskusi informal di kabupatenkota dilakukan di luar diskusi formal bersama media radio, media cetak, staf pemerintahan, DPRD, organisasi profesi untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi daerah mitra KINERJA selain data sekunder terkait sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari pemerintah daerah. KINERJA menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil konsultasi daerah. KINERJA menawarkan kegiatan kepada organnisasi lokal dengan proses terbuka melalui beberapa tahap. Pertama, KINERJA mengirimkan concept paper kepada organisasi yang telah teridentiikasi oleh KINERJA. KINERJA menyeleksi organisasi yang memenuhi kriteria. Selanjutnya KINERJA menawarkan proposal request for assignment. KINERJA membentuk tim penyeleksi dan hasil seleksi itu terpilih organisasi mitra pelaksana OMP. Seluruh OMP kesehatan merupakan organisasi lokal yang ada pada kotak sebelah kanan. LPSS dan OMP sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator, melakukan pendekatan persuasif secara simultan kepada DPRD, Bappeda, pengambil keputusan di Dinas Kesehatan, serta tokoh masyarakat, dan organisasi profesi untuk mendapatkan dukungan moril dan pembiayaan budget sharing. Unsur ini kemudian menjadi cikal bakal MSF. Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa program persalinan aman cukup sukses di banyak daerah mitra KINERJA bila ada komitmen yang kuat dari pembuat kebijakan, terutama Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan, DPRD, Unsur MSF, serta LPSS dan OMP. 18 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id

2. Pengaturan Pekerjaan

Tugas utama LPSS adalah mengkoordinir program, memfasilitasi OMP untuk dapat menjalankan fungsinya secara optimal dengan Dinas Kesehatan, MSF, dan pemerintah daerah. LPSS bersama OMP bertanggung jawab terhadap mutu capaian program. OMP bekerja penuh pada tingkat kabupaten, puskesmas, dan masyarakat dalam memfasilitasi pelatihan, lokakarya, dan pendampingan masyarakat terutama MSF. Salah satu kunci keberhasilan KINERJA adalah, karena KINERJA melakukan penguatan kapasitas OMP secara berkala, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Untuk penguatan supply side terkait teknis persalinan aman, KINERJA kemudian memberdayakan local champion dengan latar belakang kesehatan untuk mendukung kerja OMP di daerah. OMP dan Local Champion dibina KINERJA untuk menjadi SDM lokal yang memiliki kapasitas sebagai agen perubahan di daerah dalam bidangnya masing-masing, diharapkan akan menjadi mitra pendamping Contoh kasus: Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil - Aceh Singkil. OMP bersama puskesmas mitra melakukan identiikasi angka persalinan oleh dukun. Dipilih desa yang paling tinggi angka persalinan oleh dukun untuk melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun. Membangun persepsi lintas sektor tentang pentingnya kemitraan melalui pertemuan yang melibatkan dinas kesehatan, perangkat desa, imam mukim camat, puskesmas, LSM, media, tokoh masyarakat, kader desa, bidan, dan dukun. Penyusunan SK Kepala Desa Tentang Dukun yang akan bermitra. Desa memberikan insentif Kepada Dukun setiap bulan sebanyak Rp. 50.000 dari Sumber Anggaran Desa. Bidan memberikan insentif kepada dukun sebanyak Rp. 50.000 setiap persalinan yang ditolong secara bersama. Dilakukan evaluasi bulanan dan tahunan untuk melihat kendala, tantangan dan manfaat kemitraan dengan melibatkan lintas sektor dan MSF. 19 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi. Oleh karena itu Seri Pembelajaran ini menjadi penting sebagai panduan praktis pelaku yang berkepentingan kedepan. LPSS dan OMP selalu berkoordinasi dengan jajaran pemerintah daerah melalui Tim Teknis yang terdiri dari unsur-unsur Bappeda, Dinas Kesehatan, Bagian Organisasi, Bagian Keuangan, Badan Kepegawaian Daerah, dan lembaga-lembaga non-pemerintah. Tim Teknis ini dibentuk secara resmi dan berdasarkan Surat Keputusan BupatiWalikota, berperan mengawal kelancaran program KINERJA, advokasi anggaran, dan melakukan monitoring pelaksanaan kegiatan.

3. Penyusunan Rencana Kerja

Setelah MoU ditandatangi, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi kabupatenkota. Tahap selanjutnya adalah Tim KINERJA yang terdiri atas STTA dan LPSS, melakukan kunjungan ke puskesmas calon dampingan untuk melakukan DKT bersama kepala puskesmas, bidan, kader posyandu, dan tokoh masyarakat. Diskusi ini bertujuan untuk 1 memperkenalkan program governance KINERJA, 2 melakukan penjajakan terhadap komitmen kepala puskesmas dan bidan koordinator, 3 memperoleh informasi langsung dari unit pemberi layanan tentang isu KIA, tantangan dan kendala dalam memberikan layanan KIA, serta 4 dukungan yang diharapkan dari KINERJA. Hasil pertemuan ini kemudian menjadi Usulan Rencana KerjaKegiatan paket Persalinan Aman. Tugas STTA di pusat memastikan usulan rencana kerja sejalan dengan RPJMD serta perencanaan dan penganggaran dalam Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Proses Kerja

1. Peran Masing-masing Stakeholder

LPSS membimbing dan memfasilitasi OMP untuk mulai melibatkan SKPD, organisasi profesi, universitas, pemerintah daerah, Bappeda, dan media lokal dalam berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk membangun rasa memiliki terhadap program Persalinan Aman selanjutnya. Tahapan ini sangat penting sebagai titik awal untuk membangun peran para pihak seperti: Dinas Kesehatan kabupatenkota Program KIA dan Bina Kesehatan Masyarakat mendukung sosialisasi Persalinan Aman, menyediakan dana pendamping serta narasumber untuk lokakarya, penguatan keterampilan