Peran Masing-masing Stakeholder TATA KELOLA PERSALINAN AMAN

20 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id bidan puskesmas dalam penanganan, konseling, pendampingan ANC, dan persalinan. Promosi ke masyarakat untuk membangun partisipasi dan kepedulian masyarakat. Unsur diatas kemudian berubah bentuk menjadi forum MSF yang berfungsi sebagai motivator, advokator, dan fasilitator bagi masyarakat, dinaskesehatan dan puskesmas, instansi pemerintah daerah lain yang terkait, sertakomisi DPRD yang terkait. MSF kemudian menjadi tim penyusun draf peraturan bupatiwalikota tentang Persalinan Aman sampai konsultasi publik, dan monitoring pelaksanaan peraturan tersebut. DPRD berperan dalam memonitor pelaksanaan program KINERJA, di beberapa kabupatenkota DPRD menjadi anggota atau ketua MSF, sebagai advokat kepada internal DPRD dan kepada pihak eksekutif kepala daerah dan panitia anggaran untuk memperlancar persetujuan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan Persalinan Aman. Pada daerah dimana bupatiwalikota mempunyai komitmen yang lebih tinggi dari DPRD, justru kepala daerah yang melakukan advokasi kepada DPRD untuk mengalokasikan anggaran, seperti di Kabupaten Sambas, Bondowoso, Simeulue, Luwu Utara, dan Kota Probolinggo.

2. Pelaksanaan Rencana Kerja

Program dukungan Persalinan Aman model KINERJA dilaksanakan melalui tahapan yang bervariasi sesuai kondisi daerah dan kekuatan daerah, namun secara umum mengikuti pola sebagai berikut:  Persamaan persepsi dan membangun komitmen para pihak. Diawali dengan koordinasi dan komunikasi intensif antara LPSS, OMP, dan STTA KINERJA untuk persamaan persepsi tentang pendekatan governance. Dilanjutkan dengan melakukan inisiasi dan sosialisasi kepada lintas sektor, Bappeda, DPRD dan tokoh masyarakat tentang persalinan aman. Proses ini merupakan tahap penting yang bertujuan untuk membangun pemahaman, persepsi, dan kepedulian bersama untuk membangun komitmen awal dalam pelaksanaan program. • Penguatan Puskesmas. OMP bersama dinas kesehatan melakukan sosialisasi program dukungan KINERJA kepada puskesmas terpilih sebagai calon mitra. Secara bertahap dilakukan penguatan perbaikan puskesmas mulai dari yang kurang daya sensitiitas terhadap personil dan secara nyata membantu kerja mereka. Untuk persalinan aman, banyak daerah memulai dengan inovasi kemitraan bidan dan dukun, dilanjutkan dengan revitalisasi kantong persalinan dan manfaatnya, menginisiasi berbagai strategi promosi Persalinan Aman di tingkat masyarakat, on the job training untuk penerapan SOP ANC dan pendampingan persalinan oleh STTA lokal, dan pembuatan Alur Layanan Puskesmas. 21 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Setelah LPSS, OMP, dan MSF mempunyai komunikasi yang intensif dengan puskesmas, barulah OMP mulai bicara tentang perencanaan puskesmas yang melibatkan MSF, penentuan prioritas dan anggaran sesuai kebutuhan masyarakat melalui keterwakilan MSF, dan keterlibatan MSF dalam audit maternal minilok puskesmaskecamatan. Ketika puskesmas sudah merasakan manfaat bermitra dengan OMP, MSF serta mengerti pendekatan governance KINERJA, baru usulan tentang survei pengaduan dan Janji Perbaikan Layanan diterapkan umumnya setelah 6 bulan pendampingan. Transparansi dana BOK, JAMPERSAL, Unit Pengaduan Keluhan masyarakat dilakukan atas kehendak puskesmas sendiri yang terbangun dari kesadaran kritis personilnya karena ingin menunjukkan bahwa mereka adalah puskesmas yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan inovatif. Hasil kegiatan ini baru mulai kelihatan setelah 1 tahun pendampingan. Minimalisasi konlik menjadi pilihan strategi KINERJA dalam beraktiitas. • Pembentukan MSF. OMP bersama dinas kesehatan dan puskesmas mitra melakukan pemetaan LSM, media lokal, serta tokoh kunci di masyarakat yangkemudian menjadi calon MSF kabupaten dan MSF kecamatan. Pendampingan lewat pertemuan rutin membicarakan peran dan fungsi MSF kepada unsur- unsur masyarakat diatas sampai mereka sepakat membentuk MSF kabupaten dan kecamatan. Formatur keanggotaan MSF kabupaten di beberapa daerah bervariasi, sebagian mengambil dari MSF kecamatan sehingga MSF kabupaten adalah unsur-unsur dari MSF kecamatan ditambah universitas dan lintas sektor, serta swasta. Namun dibeberapa daerah lainnya, MSF kabupaten tidak diwakilkan oleh MSF kecamatan. Pada model pertama, isu-isu yang muncul di tingkat desa dan kecamatan akan otomatis menjadi isu MSF kabupatenkota, sedangkan pada pola kedua, OMP berperan memfasilitasi temuan MSF kecamatan sebagai bahan advokasi MSF kabupatenkota. Beberapa daerah seperti Kabupaten Bengkayang di Kalimantan Barat memilih untuk melegalkan MSF menjadi berbadan hukum. Pilihan ini kemudian memberikan kekuatan hukum bagi MSF dalam advokasi dan mendorong terlaksananya pelayanan Persalinan Aman yang sesuai SOP teknis nasional. • Penguatan MSF. OMP memfasilitasi pertemuan berkala peningkatan kapasitas MSF untuk berbagi pengalaman di masyarakat dan mencari pemecahan masalah bersama terhadap temuan dan persoalan di masyarakat. MSF memotivasi masyarakat untuk melakukan ANC dan persalinan di petugas kesehatan atau fasilitas kesehatan, dan memfasilitasi proses kemitraan bidan dan dukun dengan memperjuangkan partisipasi, kesetaraan, dan insentif yang layak bagi dukun. Beberapa Puskesmas juga melibatkan MSF dalam audit maternal mini-lokakarya lintas sektor tingkat puskesmaskecamatan untuk menyelesaikan