Persalinan Aman PENDEKATAN KINERJA

13 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 6. Pengadaan Kemitraan Bidan dan Dukun dapat menjadi sebuah strategi unggulan untuk meminimalisasi praktek budaya yang sudah mengakar di masyarakat dan berdampak pada kesakitan dan kematian ibu dan bayi. 7. Upaya di atas didukung oleh pembuatan Peraturan BupatiWalikota tentang Persalinan Aman. Keunikan prinsip KINERJA tersebut layak menjadi hikmah pembelajaran yang cost effective karena berkontribusi nyata meningkatkan cakupan ANC K1–K4 dan persalinan aman di banyak puskesmas mitra KINERJA. Rasionalisasi peningkatan cakupan tersebut akan berdampak langsung pada menurunnya kematian ibu dan bayi. 14 Tata Kelola Persalinan Aman www.kinerja.or.id Situasi yang Dihadapi di Daerah Tingginya Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional dan daerah. Capaian indikator SPM kesehatan termasuk cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama K1 dan kunjungan ke-empat K4 untuk ANC, persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak daerah di Indonesia juga masih rendah. RISKESDAS 2010 melaporkan bahwa hanya 61,4 perempuan melakukan ANC dan hanya 82,4 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Cakupan pelayanan sangat bervariasi antar daerah di Indonesia, dan daerah pedesaan seperti kebanyakan daerah mitra KINERJA seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan. Menurut temuan KINERJA, banyak petugas kesehatan yang melakukan ANC dan penolong persalinan belum sesuai SOP teknis karena keterbatasan pengetahuan, sarana, dan alat yang belum memadai; bidan desa sering tidak berada di tempat; kompetensi bidan juniorbaru masih rendah; poskesdes dan polindes belum dimanfaatkan dan sarananya masih terbatas; banyak puskesmas yang belum mempunyai ruang persalinan; kurangnya komunikasi antara bidan dan dukun; dan terbatasnya ahli spesialis teknis untuk memberikan bimbingan regular kepada petugas. Kondisi di atas berdampak pada angka cakupan K1 – K4 yang belum sesuai SPM. Tantangan utama yang dihadapi menuju persalinan aman adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya ANC, namun juga kurangnya akses layanan untuk ANC yang berkualitas. Demikian juga sebagian masyarakat tidak bersalin di fasilitas kesehatan dan oleh tenaga kesehatan bidan karena adanya anggapan bahwa bidan kurang berpengalaman, masih mudajunior, kurang terampil, dan kurang mampu berkomunikasi dalam bahasa lokal. Masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa layanan kesehatan tidak terjangkau karena jauh dan mahal; petugas kesehatan kurang perhatian terhadap keinginan pasien sehingga masyarakat cenderung ke dukun untuk pemeriksaan kehamilan dan persalinan; masih kentalnya mitos dan praktek budaya seperti kehamilan tidak boleh diketahui orang lain sampai usia 3 bulan, atau ibu harus duduk diatas tungku perapian selama 40 hari setelah persalinan; masih banyak dukun senior menangani persalinan; masih

BAB 2 TATA KELOLA PERSALINAN AMAN

15 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman rendahnya pengetahuan masyarakat terutama ibu akan hak-haknya dalam ANC; pasien tidak tahu kemana mengeluh; dan keinginan masyarakat dan kemampuan puskesmas belum pernah dibicarakan bersama. Hasil asesmen awal KINERJA ternyata Puskesmas belum menerapkan unsur partisipasi, tranparansi dan akuntabilitas kepada publik. Belum adanya budaya organisasi yang ramah ibu dan anak; di beberapa puskesmas, layanan KIA diberikan dalam ruang sempit atau ruang serba guna; dan belum terintegrasinya manajemen puskesmas sehingga anggaran yang tersedia kurang berdampak terhadap kualitas layanan puskesmas. Pengalaman Kabupaten Bulukumba • Pemerintah provinsi mengajukan surat minat kepada KINERJA. • KINERJA merespon dengan memberikan 5 kabupatenkota yang akan mendapat dukungan. • Dilakukan serangkaian pertemuan formal dan informal untuk membangun pemahaman, hubungan, dan kepercayaan dari para pengambil keputusan di daerah. • Dilakukan workshop tingkat provinsi dengan peserta dari stakeholders provinsi dan 5 kabkota terpilih untuk mensosialisasikan pendekatan dan 3 paket dukungan KINERJA kepada Bappeda, Sekda, DPRD ketua dan komisi B dan E, Dinas Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi yang dihadiri oleh eselon 2, 3 dan 4. KINERJA diwakili oleh STTA dari Jakarta, koordinator provinsi PC dan LPSS dari kabkota penerima bantuan. Diakhiri dengan penandatanganan MoU antara KINERJA dengan Bapak Bupati. • Pada workshop di provinsi, KINERJA meminta daerah untuk memilih 1 paket dukungan pada tahun pertama, kemudian dilanjutkan dengan paket lainnya pada tahun kedua. • Workshop di Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba memilih puskesmas yang ada di dataran tinggi, dan perkotaan dengan wilayah pantai menjadi dampingan Kinerja. • Fase implementasi dengan pendampingan kepada pemberi layanan tingkat dinas kesehatan dan puskesmas serta kelompok masyarakat dilakukan oleh OMP bersama LPSS, • Setelah dua tahun, MSF Bulukumba melakukan advokasi anggaran ke DPRD untuk peningkatan sarana di puskesmas seperti tempat berteduh pasien, ruang tunggu, kebersihan toilet serta fasilitas lain yang dibutuhkan dalam survei kepuasan pasien. • Bappeda kemudian mengundang MSF untuk terlibat dalam proses perencanaan di Musrembang Kecamatan berlanjut ke Musrembang Kabupaten sebagai wujud partisipasi masyarakat.