Lampiran A - Uraian Substansi
92
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Kemitraan Bidan dan
Dukun untuk Mendukung
Program Persalinan
Aman
Tujuan
Modul ini menguraikan tentang pendekatan yang digunakan KINERJA dalam kemitraan bidan dan
dukun sebagai salah satu langkah penting dalam mendukung keberhasilan program Persalinan
Aman. Penjabaran materi modul diawali dengan pemaparan tentang pengertian, tujuan, hingga
langkah-langkah pengembangan kemitraan yang saling menguntungkan dengan memperhatikan
keseimbangan unsur demand dan supply. Modul ini disusun dengan dua tujuan, yaitu sebagai
rujukan bagi fasilitator dalam melakukan pelatihan dan pendampingan, maupun sebagai panduan
bagi pelaksanaan kegiatan yang dapat diterapkan di dinas kesehatan dan puskesmas agar kinerja
program lebih baik melalui praktek-praktek yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan dan
inovatif.
Sasaran Pengguna
1. Organisasi Mitra Pelaksana OMP 2. KonsultanPelatih
3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan
5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa
6. Dukun bayi 7. Masyarakat yang peduli kesehatan kader
kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban.
Modul 3
........ pendekatan yang
digunakan KINERJA dalam kemitraan
bidan dan dukun ........
93
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
6. Mampu memberikan pemahaman tentang pelaksanaan monitoring dan evaluasi penerapan
kemitraan bidan dan dukun sesuai kesepakatan.
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Mampu memahami pola kemitraan bidan dan
dukun yang efektif, partisipatif dan tranparan yang telah dilakukan di daerah lain praktek
baik 2. Mampu menyusun pola kemitraan bidan dan
dukun sesuai dengan kearifan lokal secara partisipatif
3. Mewujudkan kesepakatan kemitraan bidan dan dukun yang dituangkan dalam MoU atau
maklumat dengan melibatkan masyarakat MSF 4. Mampu mengimplementasikan pola kemitraan
bidan dan dukun yang telah disepakati 5. Melakukan monitoring dan evaluasi penerapan
kemitraan bidan dan dukun sesuai kesepakatan oleh Puskesmas dan MSF
6. Menerapkan strategi untuk menjamin keberlanjutan implementasi Kemitraan Bidan
dan Dukun yang transparan dan akuntabel.
Pokok Bahasan
1. Latar belakang kemitraan bidan dan dukun 2. Tujuan kemitraan bidan dan dukun
3. Persyaratan kemitraan bidan dan dukun 4. Peran dan tanggung jawab para pihak
5. Tahapan kemitraan bidan dan dukun.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Tujuan modul ini adalah agar seluruh pihak yang terkait mampu mendampingi puskesmas dan
mewujudkan kemitraan bidan dan dukun yang partisipatif, akuntabel dan inovatif.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers TOT:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan.
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Mampu menawarkan pola kemitraan bidan dan
dukun yang efektif, partisipatif dan transparan yang telah dilakukan di daerah lain praktek
baik 2. Mampu mendesaian pola kemitraan bidan dan
dukun sesuai dengan kearifan lokal 3. Mampu memberikan penguatan terhadap
implementasi kemitraan bidan dan dukun yang transparan dan akuntabel
4. Mampu melakukan fasilitasi pencapaian kesepakatan kemitraan bidan dan dukun yang
dituangkan dalam MoU atau maklumat 5. Mampu melakukan pendampingan kemitraan
bidan dan dukun yang lebih efektif, partisipatif dan tranparan
Lampiran A - Uraian Substansi
94
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Metode
Sesi pelatihan:
1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab
3. Latihan kelompok 4. Presentasi hasil latihan.
Sesi pelaksanaan:
1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas
Dinas Kesehatan 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan
lintas sektor dan para pemangku kepentingan.
Alat dan bahan
1. LCD Projector 2. Laptop
3. FlipchartKertas PlanoMetaplanwhite board 4. Alat tulis
5. Materi Presentasi.
Waktu
Sesi pelatihan: Satu hari
Waktu Pokok Bahasan
1 x 45 menit Pembukaan
Bina Suasana 1 x 45 menit
Self-assessment: Deskripsi pelaksanaan kegiatan kemitraan
bidan dan dukun saat ini
2 x 45 menit Penyajian materi: Kemitraan bidan
dan dukun Diskusi dan tanya jawab
3 x 45 menit Role play 1 x 45 menit
Rencana tindak lanjut Penutupan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
1. Pengantar
a Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan peran penting kemitraan
bidan dan dukun dalam kerangka program Persalinan Aman.
b Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan
selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit. Pokok bahasan yang akan dibahas
adalah kemitraan bidan dan dukun sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan
Program persalinan aman yang partisipatif, akuntabel, responsif, transparan, dan
95
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
inovatif dari sisi demand dan supply. Di akhir sesi, akan dilakukan role play
pengembangan kemitraan bidan dan dukun untuk semakin meningkatkan kemampuan
peserta. c Fasilitator melakukan bina suasana untuk
mencairkan situasi, sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan
misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan motivation game.
2. Proses pelatihan
a Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang sesuai untuk memudahkan
penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari
seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan
topik yang tengah dibahas. b Beri kesempatan kepada setiap peserta
untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar atas pertanyaan peserta
kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas
fasilitator adalah memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan jika ada proses
diskusi yang menyimpang. Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai
berikut:
1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam
pengantar
2. Sesi II: Melaksanakan self-asessment
untuk mengetahui praktek kemitraan bidan dan dukun saat ini. Aspek yang
penting untuk digali adalah mengenai bentuk kemitraan yang sudah ada,
keterlibatan unsur masyarakat, serta pelaksanaan kesepakatan antara bidan
dan dukun.
3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi
tentang Kemitraan bidan dan dukun. Beri penekanan pada faktor kunci
keberhasilan kemitraan tersebut dengan mengambil contoh baik dari daerah lain.
Alokasikan waktu untuk melakukan tanya jawab. Tanya jawab dapat dilakukan
terpisah di akhir sesi, atau menyatu dengan proses penyampaian materi.
4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan
role tentang pengembangan kemitraan bidan dan dukun, sampai dengan
penyusunan nota kesepakatan.
3. Penutup
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan
kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit
yang akan dilakukan baik oleh OMP, LPSS, MSF, maupun Puskesmas dan Dinas Kesehatan
dalam mengembangkan kemitraan bidan dan dukun di derah setempat. Fasilitator menutup
Lampiran A - Uraian Substansi
96
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta menekankan
kembali beberapa hal yang akan dilakukan sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah
disusun.
Uraian Substansi
1. Latar Belakang Kemitraan Bidan dan Dukun
Keberadaan dukun di sebagian besar daerah di Indonesia masih cukup dominan dalam menolong
persalinan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor perilaku, kepercayaan, budaya, agama dan ekonomi
masyarakat. Kematian dan kesakitan ibu hamil, ibu bersalin,ibu
nifas, dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar. Masalah kematian ibu dan bayi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang sangat kompleks dalam pertolongan persalinan. Selain faktor pelayanan
yang memerlukan kemampuan dan ketrampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama
persalinan, juga dipengaruhi oleh masih adanya ibu hamil yang melahirkan di rumah yang ditolong oleh
dukun. Keterbatasan jumlah dan kualitas tenaga kesehatan
bidan, serta kondisi geograis yang sulit sangat berkontribusi terhadap masih dominannya dukun
dalam menolong persalinan. Oleh karena itu keberadaan dukun di banyak daerah
di Indonesia, terutama di wilayah pedesaan dan pedalaman, sangat dibutuhkan dan dipercayai
masyarakat dalam menolong persalinan, dan perawatan ibu dan bayi pasca melahirkan dengan
sentuhan jiwa. Berbeda dengan keberadaan bidan selain dianggap masih muda dan tidak mendapatkan
pelayanan sebagaimana yang biasa diterima jika ditangani dukun jampi-jampidoa-doa, kata-kata
yang memberikan efek tenang, juga dianggap bertarif mahal.
Untuk mewujudkan Persalinan Aman serta pertolongan persalinan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang terampil perlu dikembangkan suatu pola kerjasama yang jelas antara bidan dan dukun.
Hal ini dilakukan untuk menjamin akses masyarakat ke pelayanan kesehatan agar kesehatan ibu dan
bayi tetap terjaga kualitasnya. Dengan demikian, kematian ibu dan bayi diharapkan dapat diturunkan
dengan mengurangi resiko yang mungkin terjadi bila persalinan tidak ditolong oleh tenaga kesehatan
yang kompeten dengan menggunakan pola kemitraan bidan dengan dukun.
Kemitraan bidan dan dukun merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara
bidan dan dukun dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, yang menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan merubah
peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi baik pada masa
kehamilan, persalinan, maupun pada masa nifas,
97
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
berdasarkan kesepakatan yang dibuat antara bidan dan dukun dengan melibatkan masyarakat yang
ada.
2. Tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun
Kemitraan bidan dan dukun adalah upaya untuk meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan, yang tujuannya adalah untuk meningkatkan akses ibu dan bayi yang baru lahir
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui alih peran dukun sebagai penolong
persalinan menjadi mitra bidan, serta mendorong masyarakat untuk menggunakan tenaga kesehatan
yang terampil dan kompeten dalam persalinan. Secara khusus, tujuan Kemitraan Bidan dan Dukun
adalah: 1. Meningkatkan rujukan pemeriksaan kehamilan
dan persalinan oleh petugas dan di fasilitas kesehatan
2. Meningkatkan alih peran dukun dari penolong persalinan menjadi mitra bidan dalam merawat
ibu nifas dan bayinya 3. Meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi kebidanan.
3. Persyaratan Kemitraan Bidan dan Dukun
Pola kemitraan bidan dengan dukun sangat memerlukan keterlibatan berbagai elemen masyarakat
sebagai unsur penting yang mendukung kesuksesan dari program ini.
Kemitraan Bidan dan Dukun akan berhasil jika: • Terdapat hubungan saling mendukung tanpa
menimbulkan kesan persaingan. • Terjalin kerjasama yang harmonis dan tanpa
mengurangi status dukun sebagai tokoh yang dihormati dan berpengalaman di suatu
wilayah yang masih kental akan tradisi sangat percayaterhadap peran dukun.
• Dukun dapat memahami makna dan tujuan program.
• Bidan menghormati peran dukun yang dapat memberikan sentuhan psikologis bagi ibu hamil
dan melahirkan. Keberhasilan ditandai dengan adanya:
• Kesepakatan antara bidan dengan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap
ibuhamil dan bersalin yang datang. • Dukun membantu bidan dalam merawat ibu
setelah bersalin dan bayinya. • Bidan sepakat akan memberikan sebagian
penghasilan dari menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun dengan besaran sesuai
kesepakatan bersama yang disaksikan para pihak sebagai wujud transparansi dan
kesetaraan. • Kesepakatan tersebut harus dituangkan.dalam
peraturan tertulis atau dalam bentuk nota kesepakatan, disaksikan oleh Kepala Desa,
Camat, dan MSF setempat.
Lampiran A - Uraian Substansi
98
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
4. Peran dan Tanggung Jawab Para Pihak
Sebagai penanggung jawab dari program Kemitraan Bidan dan Dukun baik di tingkat kabupatenkota
Dinas Kesehatan dan PuskesmasKecamatan, maka tugas dan tanggung jawab dari para pihak
adalah sebagai berikut:
4.1 Dinas Kesehatan
a Mengidentiikasikan dan menganalisir kondisi yang ada atas peran bidan dan
dukun di tingkat KabupatenKota b Mengembangkan strategi dan membuat
perencanaan c Merumuskan aspek hukum, kelembagaan
dan partisipasi masyarakatuntuk menjamin kualitas pelaksanaan
d Memfasilitasi kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun sosialisasi, desiminasi,
pembekalan teknis dan pelaksanaan kegiatan Persalinan Aman
e Pengelolaan program KIA koordinasi, sinkronisasi lintas sektor, dan unit layanan
terkait dalam pelaksanaan kegiatan Persalinan Aman
f Monitoring dan evaluasi efektiitas Kemitraan Bidan dan Dukun
g Pelaporan kegiatan.
4.2 Puskesmas
a Mengidentiikasikan dan menganalisir kondisi yang ada atas peran bidan
dan dukun di masing-masing wilayah kecamatanpuskesmas
b Berkoordinasi dengan pihak program lintas sektor tingkat kecamatan, dan desa
kelurahan dalam pelaksanaan kegiatan Persalinan Aman
a Membangun jejaring dengan LSM, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta
di DesaKelurahan c Membina dukun yang berada di wilayah
setempat d Melaksanakan kegiatan program Kemitraan
Bidan dan Dukun e Memfasilitasi bidan di desa dalam
pelaksanaan kemitraan f Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
program Kemitraan Bidan dan Dukun g Melaporkan kegiatan kepada lembaga
diatasnya.
4.3 Bidan Bidan KoordinatorPembina wilayah
a Mendata dan memetakan dukun bayi dan ibu hamil
b Berkoordinasi dengan lintas sektor desa kelurahan dan Muspika dalam pelaksanaan
kegiatan Persalinan Aman c Membangun jejaring dengan LSM, PKK,
tokoh agama, tokoh masyarakat dan swasta di DesaKelurahan
d Membina dukun yang berada di wilayah setempat
e Melaksanakan kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun
99
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
g Melakukan evaluasi kegiatan program Kemitraan Bidan dan Dukun
4.4 Multi Stakeholder Forum MSF
a Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan kesepakatan Kemitraan Bidan
dan Dukun b Menyaksikan penandatanganan nota
kesepakatan c Memantau pelaksanaan Kemitraan Bidan
dan Dukun sesuai kesepakatan d Melakukan mediasi bilamana terjadi konlik
antara bidan dan dukun e Memberikan masukan atau rekomendasi
sesuai hasil pemantauan f Camat dan kepala desa berperan aktif
dalam mendukung kemitraan dalam bentuk penganggaran melalui Alokasi Dana Desa
ADD, support kebijakan, sosialisasi kepada masyarakat, serta monitoring dan evaluasi
kegiatan.
5. Tahapan Kemitraan Bidan dan Dukun
Dalam pola kemitraan bidan dan dukun, masing- masing pihak terkait mempunyai peran dan
tanggung jawabnya masing-masing. Secara umum mekanisme yang harus dilakukan untuk terciptanya
kemitraan bidan dukun yang efektif meliputi langkah- langkah: persiapan, pelaksanaan, dan monitoring
dan evaluasi.
5.1 Persiapan
Kegiatan pada tahap persiapan: a Pemetaan potensi dan masalah yang ada
terkait dengan kemitraan bidan dan dukun: • Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir • Cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan atau di fasilitas kesehatan
Contoh:
Persalinan oleh dukun dengan persentase yang lebih dari 5
merupakan indikator diperlukan kemitraan bidan dan dukun.
Dicari akar masalah mengapa masyarakat banyak bersalin di
dukun. Beberapa kemungkinan faktor penyebab:
• Tidak ada bidan • Ada bidan tapi sering tidak di tempat
• Faktor budaya • Faktor ekonomi
• Bidan kurang kompeten • Jumlah dukun lebih banyak daripada
bidan • Komunikasi interpersonal dukun
sangat baik.