109
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
3. Membangun komitmen dalam melaksanakan kantung persalinan.
Pokok Bahasan
1. Pentingnya kantung persalinan 2. Tujuan kantung persalinan
3. Manfaat kantung persalinan 4. Penggunaan kantung persalinan.
Metode
Sesi pelatihan:
1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab
3. Role play.
Sesi pelaksanaan:
1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas
Dinas Kesehatan 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan
lintas sektor dan para pemangku kepentingan.
Alat dan bahan
1. LCD Projector 2. Laptop
3. FlipchartKertas PlanoMetaplanwhite board 4. Alat tulis
5. Materi Presentasi.
Tujuan Umum
Mampu membuat dan melaksanakan kantung persalinan sebagai wujud akuntabilitasdalam
menangani ANC dan persalinan.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers TOT:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan.
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Mampu menjelaskan pentingnya kantung
persalinan bagi terselenggaranya persalinan aman;
2. Memahami tahapan pembuatan kantung persalinan;
3. Mampu memandu dan mendampingi Puskesmas dalam melaksanakan kantung
persalinan seperti analisis kantung persalinan sebagai manajemen program persalinan aman.
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami pentingnya kantung persalinan bagi
terselenggaranya persalinan aman; 2. Mampu membuat dan melaksanakan kantung
persalinan;
Lampiran A - Uraian Substansi
110
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Waktu
Sesi pelatihan: Satu hari
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
1. Pengantar
a Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan peran penting kantung
persalinan dalam program Persalinan Aman. b Fasilitator menjelaskan desain kegiatan
secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 1 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45
menit. Pokok bahasan yang akan dibahas meliputi pentingnya kantung persalinan,
tujuan dan manfaat kantung persalinan, serta penggunaan kantung persalinan salah
satu upaya untuk mewujudkan Program Persalinan Aman yang Akuntabel dan
responsif. Di akhir sesi, akan dilakukan
Waktu Pokok Bahasan
1 x 45 menit Bina Suasana
Self-assessment: Deskripsi pelaksanaan kegiatan kantung
persalinan saat ini
2 x 45 menit Penyajian materi: Kantung
persalinan Diskusi dan tanya jawab
3 x 45 menit Role play 1 x 45 menit
Rencana tindak lanjut Penutupan
role play pelaksanaan kantung persalinan untuk semakin meningkatkan kemampuan
peserta. c Fasilitator melakukan bina suasana untuk
mencairkan situasi, sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan
misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan motivation game.
2. Proses pelatihan
a Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang sesuai untuk memudahkan
penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari
seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan
topik yang tengah dibahas. b Beri kesempatan kepada setiap peserta
untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar atas pertanyaan peserta
kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas
fasilitator adalah memfasilitasi proses diskusi dan mengarahkan jika ada proses
diskusi yang menyimpang. Rincian aktivitas per sesi adalah sebagai berikut:
1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar 2. Sesi II: Melaksanakan self-asessment untuk
mengetahui pelaksanaan kantung persalinan
111
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
saat ini. Aspek yang penting untuk digali adalah mengenai pelaksanaan kantung
persalinan yang sudah ada, serta peluang dan hambatan dalam pelaksanaannya.
3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi
tentang Kantung Persalinan. Penyajian diawali dengan penjelasan mengenai
pengertian, tujuan, dan manfaat kantung persalinan. Penting pula dibahas mengenai
beberapa fakta yang ditemukan terkait pelaksanaan kantung persalinan selama
yang belum sepenuhnya sesuai, sehingga KINERJA memandang perlu dilakukan
revitalisasi. Untuk itu penjelasan mengenai langkah pembuatan dan pemanfaatan
kantung persalinan menjadi bagian yang sangat penting.
4. Sesi IV: Minta peserta untuk melakukan
role play tentang pengisian kantung persalinan dan analisisnya. Dalam sesi
role play peserta dibagi sesuai peran yang diperlukan, yaitu dari sisi penyedia layanan
terdiri dari kepala Puskesmas, bidan koordinator, bidan di desa dan petugas dari
dinas kesehatan, sedang dari sisi pengguna layanan terdiri dari ibu hamil, perwakilan
masyarakat MSF, dan perangkat desa. Skenario yang dirancang adalah: ibu hamil
yang berasal dari berbagai wilayah desa datang ke bidan desa untuk melakukan
ANC, mulai kunjungan K1 hingga K4. Bidan membuat kantung persalinan dan
melengkapinya dengan membuat peta sehingga dapat diketahui sebaran ibu
hamil beserta tingkat risikonya. Bidan desa mengirimkan kartu persalinan ke Puskesmas
sekaligus ketika mengirimkan dokumen laporan ibu. Kantung persalinan direkap
dan dianalisis di tingkat Puskesmas dan dijadikan bahan pembahasan dalam rapat di
tingkat Puskesmas dengan melibatkan unsur masyarakat dan perangkat desa.
3. Penutup
Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan
kontribusi aktif peserta. Rencana tindak lanjut yang dimaksud berupa uraian langkah konkrit
yang akan dilakukan baik oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan dalam melaksanakan
kantung persalinan di derah setempat. Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan
dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta menekankan kembali beberapa hal yang akan
dilakukan sesuai dengan rencana tidak lanjut yang telah disusun.
Uraian Substansi
1. Kantung Persalinan
Pengenalan tentang tanda bahaya kehamilan sedini mungkin merupakan salah satu kegiatan menuju
persalinan aman. Namun, setiap ibu hamil harus diperlakukan waspada sebagai ibu yang selalu
berpotensi risiko baik dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
Lampiran A - Uraian Substansi
112
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Kepatuhan seorang ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya sangat diperlukan agar setiap keluhan
dapat ditangani sedini mungkin sehingga risiko tinggi dapat dikelola dengan baik dan risiko seminimal
mungkin. Peran bidan dalam kesehatan ibu hamil adalah meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam
memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil secara normal dan dapat mendeteksi dini tanda
bahaya kehamilan. Deteksi dini dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan kehamilan secara teratur.
Indikator yang menyatakan kunjungan ibu hamil telah memenuhi standar jumlah kunjungan adalah
cakupan K-4. Cakupan K-4 merupakan kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan paling sedikit 4 kali
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Efektiitas pelayanan antenatal tidak hanya diukur
berdasarkan keberhasilan cakupan K-4 saja, tetapi juga diperlukan keteraturan dalam melakukan
kunjungan, agar informasi yang penting bagi ibu hamil dapat tersampaikan. Salah satu metode
yang dapat digunakan adalah pembuatan kantung persalinan.
Kantung persalinan merupakan suatu alat monitoring program persalinan aman oleh Puskesmas dimana
ringkasan informasi kondisi ibu hamil ditulis singkat pada satu kartu dan kartu itu disimpan
dalam kantung sesuai dengan taksiran persalinan. Dengan demikian, ibu hamil akan punya informasi
yang lengkap berkaitan dengan kehamilannya dari waktu ke waktu, terutama tentang tanda bahaya
kehamilan yang dapat mengancam keselamatan ibu dan janin. Keberadaan kantung persalinan ini dapat
mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi yang terjadi pada ibu menjelang dan saat persalinan,
karena ibu hamil dan bidan dapat melakukan tindakan dan menyusun rencana persalinan yang
aman sesuai dengan kondisi ibu. Kantung persalinan sudah mulai diperkenalkan pada
awal tahun 1990 dalam upaya penurunan kematian ibu. Umumnya, setiap Puskesmas dan Poskesdes
di Indonesia sudah memiliki kantung persalinan. Jadi pada dasarnya kantung persalinan ini bukanlah
suatu alat yang baru. Namun banyak Puskesmas kurang menggunakan informasi dari kantung
persalinan ini. Akibatnya, banyak Puskesmas menelantarkan kantung itu sebagai pajangan saja.
Pada zaman ini, kondisi kantung persalinan itu adalah kurang lebih adalah sebagai berikut:
1.1 Kantung persalinan belum informatif
Kantung tersebut belum dapat menggambarkan daerah kerja Puskesmas dan kondisi ibu hamil
menurut desa. Demikian juga belum bisa menginformasikan tingkat risiko ibu hamil menurut
desa. Alasan yang banyak dikemukaan adalah karena telah ada Kohort Ibu dan PWS KIA sehingga
kantung itu dirasakan tidak bermanfaat. Puskesmas sejak 30 tahun lalu sudah punya PWS
KIA dan Kohort Ibu. Tetapi ketika ada orang yang bertanya “berapa orang yang akan bersalin bulan
Januari di Puskesmas ini? Siapa saja yang berisiko tinggi dan di mana mereka berada?”, pertanyaan
ini biasanya tidak bisa segera dijawab oleh bidan koordinator. Mereka harus buka data yang tersimpan
113
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
dalam kohort ibu dan PWS KIA. Kohort dan PWS masih sangat relevan digunakan untuk data detil
dari ibu. Sedangkan kantung ini menunjukkan ringkasan kondisi ibu hamil dan bersalin di wilayah
kerja Puskesmas. Dalam istilah modern dikenal sebagai informasi dashboard. Kantung persalinan
sesungguhnya merupakan shortcut atau cara cepat agar tahu kondisi ibu hamil dan bersalin di wilayah
kerja puskesmas. KINERJA merevitalisasi kantung persalinan
sehingga kantung dapat menunjukkan secara ringkas kondisi ibu yang hamil dan berisiko di
seluruh wilayah kerja Puskesmas.
1.2 Kantung Persalinan belum lengkap
Sementara ibu hamil yang tidak berkunjung ke Puskesmas, Puskesmas tidak memiliki informasi
tentang ibu tersebut. Puskesmas berasumsi bahwa informasi ibu hamil di desa menjadi tanggung jawab
bidan desa untuk membuat kantung persalinan di PolindesPoskesdes dan memonitor itu. Hal
ini mengakibatkan jika ada desa di mana tidak ada bidan, kondisi ibu di desa tersebut tidak
terinformasikan. Atau kondisi ibu hamil di desa yang ada bidanpun tidak dapat dikelola dengan baik
karena tidak terinformasikan secara singkat kepada pimpinan puskesmas.
Kinerja berharap data seluruh ibu hamil ada dalam kantung persalinan Puskesmas. Bidan desa tetap
membuat kartu ibu yang akan diisi dalam kantung persalinan di PolindesPoskesdes dan Puskesmas.
Setiap ibu yang telah memeriksa dirinya ke Puskesmas maka informasi ibu diteruskan kepada
bidan di desa dalam pertemuan bulanan agar tidak terjadi perhitungan ganda.
1.3 Kantung persalinan belum rutin
Alasannya adalah kurang waktu untuk membuatnya, dan kantung yang telah diisi juga tidak pernah
menjadi perhatian dari kepala Puskesmas. Akhirnya, bidan koordinator sering membiarkan kantung
persalinan kosong dan menjadi pajangan saja. KINERJA membantu bidan koordinator dan kepala
Puskesmas untuk membuat kantung persalinan yang ringkas, dan menganalisis informasinya setiap
bulan. Informasi ini disampaikan dalam pertemuan internal Puskesmas dengan program terkait dan
bidan di desa. Misal, bidan desa A tidak boleh ke luar desa dengan alasan cuti atau lainnya dalam
bulan ini karena ada ibu bersalin di desanya. Jika dia harus ke luar dari desa karena hal yang
sangat mendesak, maka harus diberitahu kepada Puskesmas dan Puskesmas mencarimenunjuk
bidan desa lain untuk menggantikan bidan tersebut. Selain informasi disampaikan secara internal,
informasi ini disampaikan juga kepada eksternal dalam pertemuan rutin dengan masyarakat multi-
stakeholder forum tingkat kecamatan.
1.4 Kantung persalinan belum transparan
Sehingga banyak informasi ibu hamil kurang mendapat dukungan dari desa. Sebetulnya, hasil
Lampiran A - Uraian Substansi
114
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
analisis kantung persalinan ini juga disampaikan kepada masyarakat multi-stakeholder forum.
Kinerja menguatkan Puskesmas agar Puskesmas mampu menyampaikan hasil analisis kantung
persalinan kepada masyarakat MSF dalam kalimat yang mudah dipahami orang awam.
Misal, jumlah ibu hamil bulan ini ada 15 orang. Tetapi yang periksa kehamilan pada kunjungan
ke 2 umur kehamilan 4-6 bulan K2 baru 4 orang. Mohon yang belum periksa di desa A, B,
C dan D diminta untuk memeriksa diri. Hal lain yang disampaikan adalah ada sekian
ibu hamil yang punya risiko tinggi di daerah A, B, C dan D. Mohon MSF memberitahukan orang-
orang yang punya kendaraan untuk bersedia mengantarnya ke puskesmas atau RS jika ibu
itu perlu rujukan ke Puskesmas atau rumah sakit. Hal lain lagi yang mesti disampaikan
adalah ada ibu yang bersalin di luar daerah tidak melapor kepada bidan setempat atau masih ada
ibu bersalin yang ditolong oleh dukun. Padahal dukun di daerah itu sudah membuat MoU.
Mengapa dukun masih menolong persalinan? Hal-hal seperti ini yang perlu dilaporkan kepada
masyarakat. Bukan cakupan Puskesmas saja yang disampaikan kepada masyarakat.
Hindari penggunaan istilah-istilah atau singkatan kesehatan seperti K1, ANC, PNC dan
sebagainya.
2. Tujuan Kantung Persalinan
Kantung persalinan adalah alat monitoring oleh Puskesmas Kepala Puskesmas dan Bidan
Koordinator dalam meningkatkan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan dalam rangka
untuk pelaksanaan antenatal care ANC yang memadai.
Tujuan khusus dari kantung persalinan adalah: 1. Memantau kemajuan kehamilan untuk
memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembangnya bayi;
2. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan;
3. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin; 4. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan
normal dan pemberian ASI Eksklusif; 5. Mengetahui saat yang paling dibutuhkan
keberadaan bidan desa di daerah tugasnya.
3. Manfaat Kantung Persalinan
Pembuatan kantung persalinan dapat bermanfaat bagi manajemen program persalinan aman melalui:
1. Mengetahui status kehamilan ibu dan tingkat risiko;
2. Mengetahui taksiran persalinan; 3. Mengetahui penolong serta pendamping
persalinan; 4. Mengetahui tempat persalinan;
5. Mengetahui apa yang mesti dipersiapkan oleh keluarga dan tenaga kesehatan;
115
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
6. Monitoring keberadaan bidan di desa pada saat yang tepat.
7. Mempercepat berfungsinya desa siaga; 8. Meningkatkan cakupan pelayanan antenatal
care sesuai standard; 9. Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan terampil; 10. Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun;
11. Dapat ditanganinya kejadian komplikasi secara dini;
12. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi.
4. Penggunaan Kantung Persalinan
Kartu Kantung Persalinan mulai dibuat pada saat ibu memeriksakan kehamilan pada kunjungan
pertama K1. Pada kunjungan selanjutnya K2, K3 dan K4, bidan harus tetap melakukan komunikasi
baik dengan ibu hamil yang kehamilan normal tidak bermasalah maupun ibu hamil yang mengalami
komplikasi selama masa kehamilan. Beberapa hal, informasi dan temuan dari hasil
pemeriksaan seharusnya dituliskan atau dicatat pada kartu persalinan dan disimpan dalam
Kantung Persalinan sesuai dengan bulan Taksiran Persalinan, seperti:
• Identitas ibu nama, umur, alamat • Hari pertama haid terakhir HPHT
• Taksiran persalinan • Riwayat pemeriksaan kehamilan antenatal care
ANC • Faktor resiko pada ibu
• Rencana penolong persalinan. Data ibu hamil harus dicatat pada kartu hamil yang
di katagorikan dalam 3 kartu berwarna yaitu: • KARTU HIJAU adalah untuk data ibu hamil
dengan resiko rendah • KARTU KUNING adalah untuk data ibu hamil
dengan resiko sedang • KARTU MERAH adalah untuk data ibu hamil
dengan resiko tinggi. Dari kartu di dalam Kantung Persalinan, yang
berwarna kuning dan merah akan menjadi fokus perhatian yang lebih dari petugas kesehatan
DokterBidan. Di atas Kantung Persalinan seharusnya
digambarkan peta desa wilayah kerja puskesmas. Data ibu seperti nama, taksiran persalinan dan jenis
resiko ditulis di atas peta tersebut. Sebaran dukun bersalin juga digambarkan di atas peta itu termasuk
dukun yang bermitra dan tidak bermitra dengan bidan. Agar peta tersebut tidak harus diganti-
ganti maka peta itu dilapisi plastik atau dibuat dari styrofoam agar mudah ditusuk dengan jarum pentul.
Bidan atau staf yang bertugas di Ruang KIA melakukan tata tertib adminstrasi secara
keseluruhan, bidan diwajibkan untuk mengumpulkan data seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya.Setiap
bulan, bidan koordinator dan kepala Puskesmas menganalisis kondisi ibu hamil. Hal-hal yang
perlu dianalisis adalah desa mana saja yang akan melahirkan pada bulan bersangkutan, siapa yang
berisiko tinggi, bagaimana rencana persalinan, bagaimana riwayat pemeriksaan kehamilan, berapa