Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman

Lampiran A - Uraian Substansi 60 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman sehingga mereka dapat menjadi pendorong aktif untuk terjadinya layanan publik yang lebih baik. Kegiatan dukungan KINERJA sebagai berikut: a Peningkatan kesadaran dalam hak sipil termasuk hak reproduksi dan hak konsumen, sehingga mereka dapat meminta layanan yang seharusnya mereka diberikan, serta mengkritisi layanan publik yang kurang sesuai standar nasional b Mempromosikan keterlibatan warga dalam perencanaan dan monitoring pelayanan publik melalui Multi Stakeholder Forum MSF atau forum masyarakat lain yang sudah ada sebelumnya c Advokasi kebijakan dan analisis situasi sebagai masukan bagi para pembuat kebijakan d Revitalisasi lembaga lokal untuk memperkuat kemitraan dalam mengorganisir warga, mediasi pemantauan dan advokasi e Inisiasi dan advokasi bagi penyusunan Janji Perbaikan Layanan f Dukungan kampanye media untuk layanan publik yang baik g Pengembangan jaringan dengan lembaga terkait DPRD, Ombudsman dan KIP tingkat provinsi dan nasional dalam penyelesaian sengketa pelayanan publik. e Perspektif Gender Dalam Tata Kelola Layanan Publik Bidang Kesehatan Untuk meningkatkan kesetaraan gender dan mengakomodir suara kelompok minoritas, KINERJA mengintegrasikan perspektif gender di seluruh aspek program dan paket dukungan KINERJA melalui beberapa strategi pendekatan teknis yang luas. Pendekatan pertama, dengan melibatkan perempuan dan remaja secara luas dalam a pengambilan keputusan tentang pemilihan intervensi di daerah sasaran; b menjadi bagian dari kelompok kerja yang terlibat aktif mulai dari proses perencanaan sampai pada pelaksanaan; c menjadi kelompok yang tercakup dalam survei awal; d target kelompok dipilih untuk intervensi layanan; dan e kelompok yang tercakup dalam pengawasan, pemantauan dan evaluasi. Pendekatan kedua adalah dengan membangun keterlibatan aktif bapak-bapak dalam mendukung gerakan KIA. Pendekatan ketiga adalah memastikan bahwa KINERJA memfokuskan programnya pada layanan yang sangat relevan dengan perempuan– ini merupakan tugas yang mudah dengan adanya mandat untuk bekerja di bidang KIA, dimana penerima manfaat utama dari layanan publik yang berkualitas adalah perempuan dan anak. Di bawah ini adalah contoh pengintegrasian gender dalam kegiatan KIA paket dukungan KINERJA. 1. Memantau kinerja para mitra khususnya OMP untuk mempersyaratkan keterlibatan dan kualitas kesetaraan gender dalam semua aspek perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi kegiatanprogram kesehatan. 61 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 2. Memastikan keterlibatan yang proporsional antara laki-laki dan perempuan dalam pelaksanaan program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, misalnya dengan Gerakan Bapak Peduli ASI. 3. Menyediakan pelatihan yang ditargetkan untuk perempuan dan laki-laki untuk meningkatkan peran serta mereka dalam kesehatan ibu hamil dan perawatan bayibaru lahir. 4. Memastikan bahwa perempuan dan laki- laki memiliki akses yang seimbang dalam memperoleh layanan kesehatan melalui kerja sama dengan pemerintah lokal dan penyedia layanan kesehatan. 5. Menyediakan data terpilah gender dalam monitoring, evaluasi dan penilaian hasil serta dampak program kesehatan. f Penguatan Multi Stakeholder Forum MSF untuk Pengawasan Layanan Publik KINERJA bekerja melalui MSF yang ada di tingkat kabupatenkota dan kecamatan puskesmas sebagai target antara. Para anggota MSF terdiri dari Organisasi Masyarakat Sipil OMS, akademisi, eksekutif, DPRD, tokoh masyarakatagamaadat, pemerhati penggiat isu sektoral terkait, dan sektor swasta. KINERJA mengharapkan bahwa kelompok-kelompok tersebut nantinya akan bekerja dengan masyarakat untuk peningkatan kesadaran dan juga secara bersama melakukan advokasi kebijakan. MSF berfungsi dalam pengelolaan pelayanan publik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sampai pada advokasi. MSF sebagai mitra pemerintah berperan sebagai mediator, advokator, fasilitator dan motivator dalam pengelolaan program kesehatan. Kegiatan: • Pertemuan reguler MSF tingkat kabupaten kota dan atau kecamatanunit layanan, dan pertemuan bersama puskesmas dan dinas kesehatan daerah. • Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi program kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan survei pengaduan, perumusan Janji Perbaikan Layanan, dan rekomendasi perbaikan layanan serta mengawal implementasinya, serta pengelolaan komplain unit. • Melakukan analisis mendalam terhadap hasil pemantauan program kesehatan dan merumuskan rekomendasi untuk perubahan kebijakan • Memberikan masukan terkait dengan perumusan kebijakan daerah. Partisipan MSF: • Partisipan intiutama diperoleh dari hasil identiikasi dan analisis stakeholder, dapat terdiri dari: tokoh terkemuka dari Organisasi Lampiran A - Uraian Substansi 62 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Masyarakat Sipil, akademisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, sektor swasta, kader posyandu, dan kelompok ibu-ibu. • Partisipan lain yang peduli terhadap sektor kesehatan. Hasil yang Diharapkan: Peningkatan keterlibatan unsur-unsur masyarakat dalam proses pengelolaan pelayanan kesehatan yang setara gender. Panduan lengkap tentang MSF dapat dilihat pada seri pembelajaran dan modul MSF USAID-KINERJA. g Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik melalui Survei Pengaduan Janji Perbaikan Layanan Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diamanatkan dalam regulasi di Indonesia, misalnya UU No. 252009 tentang pelayanan publik, PP No. 962012 menekankan pada peran Penyelenggara, dan Pembina Pelayanan Publik dan Penanggung Jawab di Unit Pelayanan Publik dan Permenpan No 132009. Survei Pengaduan adalah salah satu alat yang terbukti efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Instrumen survei pengaduan ini berfungsi sebagai ‘general check up’ untuk melihat kualitas pelayanan yang selama ini diberikan oleh unit layanan. Di samping itu, survei pengaduan dapat menjadi bahan advokasi kepada pemerintah daerah pengambil kebijakan untuk mendapatkan respon positif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Di sisi lain, survei tersebut juga dapat berfungsi sebagai media akuntabilitas untuk unit layanan kesehatan. Survei ini harus dilakukan melalui cara partisipatif dengan melibatkan minimal 30 pengguna layanan, termasuk suami atau bapak yang mengantar ibu hamilibu bersalianibu nifasibu menyusui, dan kelompok rentan seperti kelompok difabel. Contoh Praktek Baik Contoh Penerapan Tata Kelola Kesehatan yang baik di beberapa KabupatenKota: 1. Pejabat pemerintah merumuskan kebijakan, rencana, peraturan, prosedur dan standar berdasarkan bukti tentang efektivitas intervensi kesehatan, alokasi sumber daya, pola belanja dan sebagainya. 2. Pejabat pemerintah membuat keputusan tentang alokasi sumber daya untuk layanan kesehatan berdasarkan bukti mengenai kebutuhan dan efektivitas layanan dan sesuai dengan kebijakan. 63 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 3. Pembuat regulasikebijakan secara teratur mencari masukan dari para ahli teknis dalam organisasi pemerintah dan masyarakat sipil dan pengguna pelayanan kesehatan sebagai masukan ke dalam undang-undang tentang kesehatan, termasuk peran dari masyarakat, masyarakat sipil dan swasta untuk sektor swasta. 4. Penyedia layanan secara teratur meninjau dan memperbarui layanan yang mereka berikan atas dasar bukti tentang efektivitas pelayanan kesehatan, kebutuhan pasien dan masalah kesehatan. 5. Protokol, standar, dan kode prilaku, termasuk prosedur sertiikasi untuk lembaga pelatihan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan penyedia layanan kesehatan, telah dikembangkan untuk semua aktor yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan dan telah banyak disebarluaskan. 6. Organisasi sektor publik, relawan dan swasta ada untuk memantau kepatuhan terhadap protokol, standar, dan kode perilaku di depan umum, LSM, dan organisasi kesehatan swasta penyedia layanan. 7. Struktur misalnya, lembaga regulator dengan sumber daya manusia yang sesuai dan prosedur untuk pengawasan memungkinkan penyedia, pasien dan stakeholder terkait lainnya untuk mencari keadilan ketika peraturan, protokol, standar, dan atau kode etik tidak dipenuhi. 8. Pembiayaan, layanan penyediaan dan pengaturan pengawasan menawarkan insentif untuk pemerintah, LSM dan pemberi layanan swasta untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan kesehatan. 9. Struktur dan prosedur tersedia untuk mendorong para ahli teknis publik dan masyarakat lokal untuk meninjau dan menanggapi pada prioritas kesehatan, keputusan alokasi sumber daya dan kualitas layanan selama proses perencanaan strategis pemerintah. 10. Alokasi dan pemanfaatan sumber daya secara teratur dilacak, dan informasi hasil tersedia untuk ditinjau oleh publik dan pemangku kepentingan terkait. 11. Sistem tersebut ada untuk melaporkan, menyelidiki dan mengadili misalokasi dan penyalahgunaan sumber daya. 12. Pemerintah dan organisasi-organisasi kesehatan penyedia teratur mengorganisir dan mengadakan forum untuk meminta masukan dan pendapat dari para pemangku kepentingan publik dan penerima manfaat kelompok rentan, kelompok dengan masalah kesehatan tertentu, dll tentang prioritas, layanan dan sumber daya kesehatan. 13. Organisasi masyarakat sipil termasuk organisasi profesional-misalnya, khusus yang berhubungan dengan kesehatan LSM dan media memberikan pengawasan dari masyarakat, LSM dan organisasi penyedia swasta dalam cara mereka memberikan dan membiayai pelayanan kesehatan. 14. Para pelaku atau pemangku berkepentingan terkait memiliki kesempatan teratur untuk bertemu dengan manajemen organisasi pelayanan kesehatan rumah sakit, pusat kesehatan, klinik untuk mengangkat isu-isu tentang eisiensi layanan atau kualitas. Lampiran A - Uraian Substansi 64 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 15. Para pelaku dan pemangku berkepentingan terkait memiliki sarana keuangan, alat, materi, dan kemampuan untuk mendukung dan berpartisipasi secara efektif dengan pejabat publik dalam pembentukan kebijakan, rencana dan anggaran untuk pelayanan kesehatan. 16. Informasi tersedia untuk umum tentang kualitas dan biaya pelayanan kesehatan untuk membantu pasien membuat pilihan terhadap unit layanan kesehatan yang mana paling sesuai dengan kebutuhan dan kemauannya. 17. Prosedur atau sistem yang ada untuk mengurangi, menghilangkan dan mengontrol bias dan ketidakadilan dalam mengakses pelayanan kesehatan. 18. Struktur ada untuk masyarakat sipil dan sektor swasta untuk berpartisipasi secara setara dalam proses perencanaan dan penganggaran untuk program kesehatan di tingkat nasional dan lokal. Contoh Bahan Presentasi Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses di ile dalam CD yang terlampir. 65 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Lampiran A - Uraian Substansi 66 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 67 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 69 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 22 Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA Lampiran A - Uraian Substansi 70 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk Mendukung Pelayanan KIA Deskripsi Modul Modul ini membahas tentang proses perencanaan tingkat puskesmas dengan mengutamakan pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi program Persalinan Aman. Inovasi dan nilai perencanaan tingkat puskesmas adalah pelibatan unsur pengguna layanan pada proses penyusunan rencana puskesmas sehingga kualitas perencanaan menjadi lebih baik karena adanya aspek partisipasi sosial MSF dan transparansi puskesmas muncul. Dengan demikian kualitas rencana yang dihasilkan diharapkan akan lebih baik karena aspek social accessibility dan visibility mejadi lebih baik. Modul ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi fasilitator maupun para pelaksana di lapangan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan program kesehatan di puskesmas. Sistematika modul dikemas secara terintegrasi antara kegiatan pelatihan dan pelaksanaan di lapangan untuk mengakomodasi sisi supply dan demand. Uraian di bawah ini menjelaskan: • Langkah-langkah perencanaan program kesehatan • Cara penyusunan perencanaan secara partisipatif • Perencanaan kegiatan • Pengalokasian dana • Pelaksanaan kegiatan • Monitoring dan evaluasi kegiatan. Modul 2 ....... mengutamakan pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi program Persalinan Aman. 71 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Memahami langkah-langkah perencanaan program kesehatan 2. Mampu mendampingi puskesmas dalam menyusun perencanaan secara partisipatif meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian dana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring dan evaluasi kegiatan. Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami unsur governance yang mengisi proses perencanaan 2. Mampu menguatkan proses perencanaan yang lebih berbasis fakta lapangan 3. Mampu mengalokasikan sumber daya yang terbatas dan fokus 4. Mampu menjelaskan model implemenatasi health governance pada tingkat puskesmas dalam penguatan manajemen puskesmas 5. Mampu menjelaskan dan melakukan pendampingan perencanaan BOK yang lebih efektif, partisipatif dan tranparan; 6. Mampu memberikan penguatan terhadap implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun serta revitalisasi kantung persalinan yang lebih efektif. 7. Memahami dan mampu mendampingi puskesmas untuk menyusunmodiikasi SOP persalinan aman Ante-natal care, persalinan, post natal care, IMD dan ASI Eksklusif. Sasaran Pengguna 1. Organisasi Mitra Pelaksana OMP 2. KonsultanPelatih 3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan 5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa 6. Masyarakat yang peduli kesehatan kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh masyarakat, asosiasi, paguyuban. Tujuan Pembelajaran Tujuan Umum Setelah mengikuti sesi ini, peserta akan mamahami penguatan manajemen Puskesmas dari sisi tata kelola pelayanan health governance sehingga mampu mendampingi puskesmas dan dinas kesehatan dalam penguatan manajemen puskesmas. Tujuan Khusus Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers TOT: Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan. Lampiran A - Uraian Substansi 72 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Waktu Sesi pelatihan: Dua hari Hari I: Waktu Pokok Bahasan 2 x 45 menit Pembukaan Penjelasan singkat tentang Program KINERJA-USAID Bina Suasana Self-assessment: kekuatan dan kelemahan proses perencanaan Puskesmas saat ini 3 x 45 menit Penyajian materi: Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas Diskusi dan tanya jawab 3 x 45 menit Penyajian materi: Peran BOK dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif Perencanaan dan pengawasan yang partisipatif Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel Diskusi dan tanya jawab Hari 2: Waktu Pokok Bahasan 2 x 45 menit Review materi hari I 3 x 45 menit Permainan peran: Penyusunan rencana program KIA untuk Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif dengan melibatkan MSF Analisis situasi Penyusunan RUK pengenalan masalah, prioritas masalah, analisis penyebab masalah, penyusunan alternatif pemecahan masalah, penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Penyusunan RPK Pokok Bahasan 1. Perencanaan Tingkat Puskesmas 2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas 3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas Metode Sesi pelatihan: 1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab 3. Latihan kelompok 4. Presentasi hasil latihan Sesi pelaksanaan: 1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas 3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan Alat dan bahan 1. LCD Projector 2. Laptop 3. Flipchartkertas planometaplanwhiteboard 4. Alat tulis 5. Materi presentasi 73 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman 3 x 45 menit Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Penutupan Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan a Pengantar 1. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya perencanaan puskesmas yang baik untuk mendukung pencapaian program Persalinan Aman. 2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari.Pokok bahasan yang akan dibahas adalah Perencanaan Tingkat Puskesmas PTP, tahapan PTP, dan BOK dalam program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif. Fasilitator mengawali dengan memberikan penjelasan, diikuti dengan permainan peran proses perencanaan 3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk mencairkan situasi, sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan motivation game. 4. Melaksanakan self-assessment penilaian diri untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan proses perencanaan tingkat puskesmas yang dilakukan saat ini. b Proses pelatihan 1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang inovatif dan sesuai untuk memudahkan penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan topik yang tengah dibahas. 2. Beri kesempatan kepada setiap peserta terutama perempuan dan kelompok rentan untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan dulu komentar atas pertanyaan peserta kepada peserta yang lain, agar suasana diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah mengarahkan proses diskusi jika ada tanggapandiskusi yang menyimpang. c Sesi-sesi Hari I

1. Sesi I: Sudah dijelaskan dalam pengantar.

Minta peserta untuk berkelompok dan mendiskusikan proses penyusunan perencaaan di puskesmas khususnya untuk program Persalinan Aman saat ini. Beberapa hal yang bisa disoroti diantaranya: proses penyusunan perencanaan, keterlibatan unsur masyarakat laki dan perempuan, remaja dan stakeholder lain seperti lintas sektor dalam proses perencanaan, serta hambatan yang ditemui. Lampiran A - Uraian Substansi 74 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman

2. Sesi II: Narasumber menyajikan materi

tentang PTP, yang meliputi pengertian, manfaat, dan tahapan PTP. Pada saat menjelaskan setiap tahapan teknis dalam penyusunan rencana usulan kegiatan sebaiknya dilakukan praktek untuk meningkatkan keterampilan peserta.

3. Sesi III: Narasumber menyajikan materi

tentang Peran BOK dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Pengelolaan BOK yang patisipatif dilakukan melalui perencanaan dan pengawasan BOK yang partisipatif, serta laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel. Perlu disampaikan bahwa unsur utama yang menunjukkan partisipasi aktif adalah adanya keterlibatan masyarakat melalui MSF dari mulai puskesmas menyusun perencanaan, melaksanakan program, hingga saat monitoring dan evaluasinya. Jelaskan segi positif dan tantangan dari pendekatan tersebut. d Sesi-sesi Hari II

1. Sesi I: Minta peserta untuk mereview materi

yang telah dibahas pada hari I. Review dapat dilakukan secara bergiliran dengan permainan yang membangun semangat, sehingga setiap peserta mempunyai kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya.

2. Sesi II: Minta peserta melakukan permainan

peran permainan peran tentang proses perencanaan tingkat puskesmas. Jika peserta berjumlah besar, dapat dibagi menjadi beberapa kelompok. Atur peserta sesuai dengan peran yang diharapkan, yaitu sebagai kepala puskesmas, pemegang program, staf pelaksana, serta unsur masyarakat MSF. Proses permainan peran dilakukan dengan mengikuti setiap tahapan perencanaan puskesmas yang telah dijelaskan pada hari sebelumnya. Usahakan semua peserta bisa berpartisipasi aktif. Tugas fasilitator adalah memantau dan mengarahkan proses, dan memberi masukan jika ada proses yang kurang sesuai. e Penutup Setelah semua sesi berakhir, susun rencana tindak lanjut pelatihan dengan melibatkan kontribusi aktif peserta. Fasilitator menutup sesi dengan menarik kesimpulan dari hasil presentasi dan tanya jawab, serta menekankan kembali beberapa hal yang akan dilakukan sesuai dengan rencana tindak lanjut yang telah disusun. Fasilitator mematiskan bahwa dalam tindak lanjut yang dibuat terdapat keterlibatan aktif yang seimbang antara laki dan perempuan baik dari unsur pemberi layanan, masyarakat maupun MSF. 75 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman Uraian Substansi

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas

Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal, puskesmas harus melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk menghasilkan keluaran puskesmas yang efektif dan eisien. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.128MENKESSK II2004, Manajemen Puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan P1, penggerakan dan pelaksanaan P2, serta pengawasan, pengendalian, dan penilaian P3. Seluruh kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan. Perencanaan Tingkat Puskesmas PTP sebagai fungsi manajemen pertama di Puskesmas memegang peranan yang sangat strategis bagi keberhasilan program kesehatan. PTP yang baik akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan upaya kesehatan secara efektif dan eisien 2. Memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban 3. Dapat diketahui hambatan, dukungan dan potensi yang ada dalam pelaksanaan program sehingga pelaksanaannya lebih mudah. Perencanaan adalah suatu proses sistematik untuk mengenali masalah, memprioritaskan masalah, menganalisis penyebab masalah, menyusun dan memilih alternatif pemecahan masalah, menetapkan strategi intervensi, memformulasikan tujuan goals dan sasaran objectives yang realistik untuk meminimalisasi masalah, dan merinci program dalam kegiatan. Perencanaan Tingkat Puskesmas adalah suatu proses penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang yang dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Rencana tahunan Puskesmas dibedakan atas dua macam, yaitu rencana tahunan upaya kesehatan wajib dan rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.

2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas

Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas secara garis besar terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap persiapan, analisis situasi, penyusunan rencana usulan kegiatan RUK, dan penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan RPK. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

2.1 Tahap persiapan

Dilakukan untuk mempersiapkan peserta yang terlibat dalam proses penyusunan PTP agar memperoleh kesamaan persepsi dan Lampiran A - Uraian Substansi 76 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman pemahaman untuk melaksanakan penyusunan rencana. Adapun beberapa hal yang perlu dilakukan: a Kepala Pukesmas membentuk tim penyusun PTP yang anggotanya terdiri dari staf Puskesmas b Dipersyaratkan untuk melibatkan masyarakat MSF sebagai bagian dari tim penyusun PTP serta kelompok berkepentingan lain yang ada di masyarakat, misalnya kelompok peduli ASI. Tujan melibatkan masyarakat ini adalah untuk memperoleh pemikiran inovatif dan gambaran nyata pelaksanaan dan kebutuhan program dari perspektif pengguna layanan. c Jelaskan pedoman PTP kepada tim demi keberhasilan penyusunan PTP. d Bersama-sama tim mempelajari kebijakan dan pengarahan yang diberlakukan oleh Dinas Kesehatan daerah, provinsi, dan pusat.

2.2 Tahap Analisis Situasi

Dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan dan permasalahan yang dihadapi Puskesmas melalui proses analisis berbagai data terkait. Ada dua kelompok data yang perlu dikumpulkan, yaitu data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari: a Peta wilayah kerja dan fasilitas pelayanan kesehatan terkait Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif b Data sumber daya terdiri atas ketenagaan, obat-obatan dan bahan habis pakai, peralatan, sumber pembiayaan, sarana dan prasarana untuk program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif c Data peran serta masyarakat d Data penduduk dan sasaran program terkait dengan program Persalinan Aman, IMD, dan ASI Eksklusif. Data khusus berupa hasil penilaian kinerja puskesmas yang terdiri atas: a Jumlah dan penyebab kematian ibu dan bayi b Kunjungan kesakitan pada kelompok ibu dan bayi c Pola penyakit 10 besar penyakit kelompok ibu dan bayi d Status kesehatan secara umum e Kejadian luar biasa terutama yang terjadi pada kelompok ibu dan bayi f Cakupan program Persalinan Aman, IMD, dan ASI Eksklusif 3 tahun terakhir per desa g Hasil survei terkait Persalinan Aman, IMD, dan ASI Eksklusif bila ada Berbagai data tersebut dapat berasal dari sumber pencatatan dan pelaporan puskesmas, lintas sektor misal kecamatan, institusi pelayanan kesehatan swasta, serta masyarakat. Seluruh data tersebut diolah dan dianalisis untuk dapat diketahui proil kekuatan dan kelemahan puskesmas dalam menjalankan program 77 www.kinerja.or.id Tata Kelola Persalinan Aman musyawarah Kesehatan Masyarakat. Prosesnya meliputi: • Identiikasi masalah, yaitu dilakukan dengan membandingkan antara pencapaian kinerja puskesmas pada program Persalinan Aman saat ini dengan target kinerja yang diharapkan. • Merumuskan masalah dalam sebuah pernyataan masalah yang komprehensif, mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena, seberapa besar, dimana dan bilamana masalah itu terjadi. • Menetapkan urutan prioritas masalah. Hal ini dilakukan mengingat adanya keterbatasan sumber daya untuk mengatasi masalah tersebut secara bersama, baik karena keterbatasan SDM, dana, peralatan, maupun teknologi. Untuk memudahkan proses, penentuan prioritas masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode skoring, seperti Urgency-Seriousness- Growth USG, Capability-Acceptability- Readiness-Leverage CARL, Multiple Criteria Utility Assessment MCUA, pohon masalah problem tree, tulang ikan ishbone, ataupun Hanlon. • Mencari akar penyebab masalah, untuk dapat mengetahui akar penyebab dari setiap masalah yang ada. Dapat digunakan diagram sebab akibat dari ishikawadiagram tulang ikan, pohon masalah ataupun pendekatan sistem. Kemungkinan penyebab bisa berasal dari input manusia, dana, barang, materi, metode, alat, masyarakat, teknologi, proses pelaksanaan perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian serta lingkungan sosial, budaya, ekonomi, lingkungan isik. PA, IMD dan ASI Eksklusif selama ini dan bagaimana akan kedepannya.

2.3 Tahap penyusunan rencana usulan kegiatan RUK

Rencana usulan kegiatan berisi uraian tentang berbagai kegiatan yang dilakukan puskesmas untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi puskesmas. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RUK adalah: a Mempertahankan kegiatan yang sudah dicapai pada periode sebelumnya dan memperbaiki program yang masih bermasalah b Menyusun rencana kegiatan baru yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan KIA di wilayah tersebut dan kemampuan Puskesmas dan sumber daya lokal yang tersedia, serta keterlibatan pihak swasta. Tahapan penyusunan RUK adalah sebagai berikut. a Analisis masalah Analisis masalah dilakukan melalui kesepakatan kelompok tim penyusun perencanaan yaitu Tim internal puskesmas bersama MSF ataupun Konsil Kesehatan Kecamatan atau BMKM badan