Strategi Pendekatan KINERJA dalam Persalinan Aman
Lampiran A - Uraian Substansi
60
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
sehingga mereka dapat menjadi pendorong aktif untuk terjadinya layanan publik yang lebih baik.
Kegiatan dukungan KINERJA sebagai berikut: a Peningkatan kesadaran dalam hak
sipil termasuk hak reproduksi dan hak konsumen, sehingga mereka dapat
meminta layanan yang seharusnya mereka diberikan, serta mengkritisi layanan publik
yang kurang sesuai standar nasional b Mempromosikan keterlibatan warga dalam
perencanaan dan monitoring pelayanan publik melalui Multi Stakeholder Forum
MSF atau forum masyarakat lain yang sudah ada sebelumnya
c Advokasi kebijakan dan analisis situasi sebagai masukan bagi para pembuat
kebijakan d Revitalisasi lembaga lokal untuk
memperkuat kemitraan dalam mengorganisir warga, mediasi pemantauan dan advokasi
e Inisiasi dan advokasi bagi penyusunan Janji Perbaikan Layanan
f Dukungan kampanye media untuk layanan publik yang baik
g Pengembangan jaringan dengan lembaga terkait DPRD, Ombudsman dan KIP tingkat
provinsi dan nasional dalam penyelesaian sengketa pelayanan publik.
e Perspektif Gender Dalam Tata Kelola Layanan Publik Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan kesetaraan gender dan mengakomodir suara kelompok minoritas,
KINERJA mengintegrasikan perspektif gender di seluruh aspek program dan paket dukungan
KINERJA melalui beberapa strategi pendekatan teknis yang luas.
Pendekatan pertama, dengan melibatkan perempuan dan remaja secara luas dalam a
pengambilan keputusan tentang pemilihan intervensi di daerah sasaran; b menjadi bagian
dari kelompok kerja yang terlibat aktif mulai dari proses perencanaan sampai pada pelaksanaan;
c menjadi kelompok yang tercakup dalam survei awal; d target kelompok dipilih untuk
intervensi layanan; dan e kelompok yang tercakup dalam pengawasan, pemantauan dan
evaluasi. Pendekatan kedua adalah dengan membangun keterlibatan aktif bapak-bapak
dalam mendukung gerakan KIA. Pendekatan ketiga adalah memastikan bahwa KINERJA
memfokuskan programnya pada layanan yang sangat relevan dengan perempuan– ini
merupakan tugas yang mudah dengan adanya mandat untuk bekerja di bidang KIA, dimana
penerima manfaat utama dari layanan publik yang berkualitas adalah perempuan dan anak.
Di bawah ini adalah contoh pengintegrasian gender dalam kegiatan KIA paket dukungan
KINERJA. 1. Memantau kinerja para mitra khususnya
OMP untuk mempersyaratkan keterlibatan dan kualitas kesetaraan gender dalam
semua aspek perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi kegiatanprogram
kesehatan.
61
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
2. Memastikan keterlibatan yang proporsional antara laki-laki dan perempuan dalam
pelaksanaan program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif, misalnya dengan
Gerakan Bapak Peduli ASI. 3. Menyediakan pelatihan yang ditargetkan
untuk perempuan dan laki-laki untuk meningkatkan peran serta mereka dalam
kesehatan ibu hamil dan perawatan bayibaru lahir.
4. Memastikan bahwa perempuan dan laki- laki memiliki akses yang seimbang dalam
memperoleh layanan kesehatan melalui kerja sama dengan pemerintah lokal dan
penyedia layanan kesehatan. 5. Menyediakan data terpilah gender dalam
monitoring, evaluasi dan penilaian hasil serta dampak program kesehatan.
f Penguatan Multi Stakeholder Forum MSF untuk Pengawasan
Layanan Publik
KINERJA bekerja melalui MSF yang ada di tingkat kabupatenkota dan kecamatan
puskesmas sebagai target antara. Para anggota MSF terdiri dari Organisasi Masyarakat Sipil
OMS, akademisi, eksekutif, DPRD, tokoh masyarakatagamaadat, pemerhati penggiat
isu sektoral terkait, dan sektor swasta. KINERJA mengharapkan bahwa kelompok-kelompok
tersebut nantinya akan bekerja dengan masyarakat untuk peningkatan kesadaran dan
juga secara bersama melakukan advokasi kebijakan. MSF berfungsi dalam pengelolaan
pelayanan publik mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan sampai pada
advokasi. MSF sebagai mitra pemerintah berperan
sebagai mediator, advokator, fasilitator dan motivator dalam pengelolaan program
kesehatan.
Kegiatan:
• Pertemuan reguler MSF tingkat kabupaten kota dan atau kecamatanunit layanan, dan
pertemuan bersama puskesmas dan dinas kesehatan daerah.
• Berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan perencanaan, implementasi, monitoring
dan evaluasi program kesehatan, termasuk dalam pelaksanaan survei pengaduan,
perumusan Janji Perbaikan Layanan, dan rekomendasi perbaikan layanan serta mengawal
implementasinya, serta pengelolaan komplain unit.
• Melakukan analisis mendalam terhadap hasil pemantauan program kesehatan dan
merumuskan rekomendasi untuk perubahan kebijakan
• Memberikan masukan terkait dengan perumusan kebijakan daerah.
Partisipan MSF:
• Partisipan intiutama diperoleh dari hasil identiikasi dan analisis stakeholder, dapat
terdiri dari: tokoh terkemuka dari Organisasi
Lampiran A - Uraian Substansi
62
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Masyarakat Sipil, akademisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, sektor swasta,
kader posyandu, dan kelompok ibu-ibu. • Partisipan lain yang peduli terhadap sektor
kesehatan.
Hasil yang Diharapkan:
Peningkatan keterlibatan unsur-unsur masyarakat dalam proses pengelolaan pelayanan kesehatan
yang setara gender. Panduan lengkap tentang MSF dapat dilihat pada
seri pembelajaran dan modul MSF USAID-KINERJA.
g Partisipasi Masyarakat dalam Pelayanan Publik melalui Survei
Pengaduan Janji Perbaikan Layanan
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan yang diamanatkan dalam regulasi di Indonesia, misalnya
UU No. 252009 tentang pelayanan publik, PP No. 962012 menekankan pada peran Penyelenggara,
dan Pembina Pelayanan Publik dan Penanggung Jawab di Unit Pelayanan Publik dan Permenpan No
132009. Survei Pengaduan adalah salah satu alat yang
terbukti efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik. Instrumen survei pengaduan ini berfungsi sebagai ‘general check up’ untuk melihat
kualitas pelayanan yang selama ini diberikan oleh unit layanan.
Di samping itu, survei pengaduan dapat menjadi bahan advokasi kepada pemerintah daerah
pengambil kebijakan untuk mendapatkan respon positif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan
publik. Di sisi lain, survei tersebut juga dapat berfungsi
sebagai media akuntabilitas untuk unit layanan kesehatan. Survei ini harus dilakukan melalui
cara partisipatif dengan melibatkan minimal 30 pengguna layanan, termasuk suami atau bapak
yang mengantar ibu hamilibu bersalianibu nifasibu menyusui, dan kelompok rentan seperti kelompok
difabel.
Contoh Praktek Baik
Contoh Penerapan Tata Kelola Kesehatan yang baik di beberapa KabupatenKota:
1. Pejabat pemerintah merumuskan kebijakan, rencana, peraturan, prosedur dan standar
berdasarkan bukti tentang efektivitas intervensi kesehatan, alokasi sumber daya, pola belanja
dan sebagainya. 2. Pejabat pemerintah membuat keputusan tentang
alokasi sumber daya untuk layanan kesehatan berdasarkan bukti mengenai kebutuhan
dan efektivitas layanan dan sesuai dengan kebijakan.
63
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
3. Pembuat regulasikebijakan secara teratur mencari masukan dari para ahli teknis dalam
organisasi pemerintah dan masyarakat sipil dan pengguna pelayanan kesehatan sebagai
masukan ke dalam undang-undang tentang kesehatan, termasuk peran dari masyarakat,
masyarakat sipil dan swasta untuk sektor swasta.
4. Penyedia layanan secara teratur meninjau dan memperbarui layanan yang mereka berikan
atas dasar bukti tentang efektivitas pelayanan kesehatan, kebutuhan pasien dan masalah
kesehatan. 5. Protokol, standar, dan kode prilaku, termasuk
prosedur sertiikasi untuk lembaga pelatihan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan penyedia
layanan kesehatan, telah dikembangkan untuk semua aktor yang terlibat dalam pemberian
pelayanan kesehatan dan telah banyak disebarluaskan.
6. Organisasi sektor publik, relawan dan swasta ada untuk memantau kepatuhan terhadap
protokol, standar, dan kode perilaku di depan umum, LSM, dan organisasi kesehatan swasta
penyedia layanan. 7. Struktur misalnya, lembaga regulator dengan
sumber daya manusia yang sesuai dan prosedur untuk pengawasan memungkinkan
penyedia, pasien dan stakeholder terkait lainnya untuk mencari keadilan ketika peraturan,
protokol, standar, dan atau kode etik tidak dipenuhi.
8. Pembiayaan, layanan penyediaan dan pengaturan pengawasan menawarkan insentif
untuk pemerintah, LSM dan pemberi layanan swasta untuk meningkatkan kinerja dalam
pelayanan kesehatan. 9. Struktur dan prosedur tersedia untuk mendorong
para ahli teknis publik dan masyarakat lokal untuk meninjau dan menanggapi pada prioritas
kesehatan, keputusan alokasi sumber daya dan kualitas layanan selama proses perencanaan
strategis pemerintah. 10. Alokasi dan pemanfaatan sumber daya secara
teratur dilacak, dan informasi hasil tersedia untuk ditinjau oleh publik dan pemangku
kepentingan terkait. 11. Sistem tersebut ada untuk melaporkan,
menyelidiki dan mengadili misalokasi dan penyalahgunaan sumber daya.
12. Pemerintah dan organisasi-organisasi kesehatan penyedia teratur mengorganisir dan mengadakan
forum untuk meminta masukan dan pendapat dari para pemangku kepentingan publik dan penerima
manfaat kelompok rentan, kelompok dengan masalah kesehatan tertentu, dll tentang prioritas,
layanan dan sumber daya kesehatan. 13. Organisasi masyarakat sipil termasuk
organisasi profesional-misalnya, khusus yang berhubungan dengan kesehatan LSM
dan media memberikan pengawasan dari masyarakat, LSM dan organisasi penyedia
swasta dalam cara mereka memberikan dan membiayai pelayanan kesehatan.
14. Para pelaku atau pemangku berkepentingan terkait memiliki kesempatan teratur untuk
bertemu dengan manajemen organisasi pelayanan kesehatan rumah sakit, pusat
kesehatan, klinik untuk mengangkat isu-isu tentang eisiensi layanan atau kualitas.
Lampiran A - Uraian Substansi
64
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
15. Para pelaku dan pemangku berkepentingan terkait memiliki sarana keuangan, alat, materi,
dan kemampuan untuk mendukung dan berpartisipasi secara efektif dengan pejabat
publik dalam pembentukan kebijakan, rencana dan anggaran untuk pelayanan kesehatan.
16. Informasi tersedia untuk umum tentang kualitas dan biaya pelayanan kesehatan untuk
membantu pasien membuat pilihan terhadap unit layanan kesehatan yang mana paling sesuai
dengan kebutuhan dan kemauannya. 17. Prosedur atau sistem yang ada untuk
mengurangi, menghilangkan dan mengontrol bias dan ketidakadilan dalam mengakses
pelayanan kesehatan. 18. Struktur ada untuk masyarakat sipil dan sektor
swasta untuk berpartisipasi secara setara dalam proses perencanaan dan penganggaran untuk
program kesehatan di tingkat nasional dan lokal.
Contoh Bahan Presentasi
Yang berikut adalah beberapa slide dari presentasi USAID-KINERJA. Seluruh presentasi dapat diakses
di ile dalam CD yang terlampir.
65
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Lampiran A - Uraian Substansi
66
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
67
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
69
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
22
Perencanaan Puskesmas yang Partisipatif untuk
Mendukung Pelayanan KIA
Lampiran A - Uraian Substansi
70
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Perencanaan Puskesmas
yang Partisipatif
untuk Mendukung
Pelayanan KIA
Deskripsi Modul
Modul ini membahas tentang proses perencanaan tingkat puskesmas dengan mengutamakan
pendekatan partisipatif dalam rangka optimalisasi program Persalinan Aman. Inovasi dan nilai
perencanaan tingkat puskesmas adalah pelibatan unsur pengguna layanan pada proses penyusunan
rencana puskesmas sehingga kualitas perencanaan menjadi lebih baik karena adanya aspek partisipasi
sosial MSF dan transparansi puskesmas muncul. Dengan demikian kualitas rencana yang dihasilkan
diharapkan akan lebih baik karena aspek social accessibility dan visibility mejadi lebih baik.
Modul ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi fasilitator maupun para pelaksana di lapangan untuk
meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan program kesehatan di puskesmas.
Sistematika modul dikemas secara terintegrasi antara kegiatan pelatihan dan pelaksanaan di
lapangan untuk mengakomodasi sisi supply dan demand.
Uraian di bawah ini menjelaskan: • Langkah-langkah perencanaan program
kesehatan • Cara penyusunan perencanaan secara
partisipatif • Perencanaan kegiatan
• Pengalokasian dana • Pelaksanaan kegiatan
• Monitoring dan evaluasi kegiatan.
Modul 2
....... mengutamakan
pendekatan partisipatif dalam
rangka optimalisasi program Persalinan
Aman.
71
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Setelah mengikuti TOT, peserta akan: 1. Memahami langkah-langkah perencanaan
program kesehatan 2. Mampu mendampingi puskesmas dalam
menyusun perencanaan secara partisipatif meliputi perencanaan kegiatan, pengalokasian
dana, pelaksanaan kegiatan dan monitoring dan evaluasi kegiatan.
Tujuan bagi peserta dalam pelatihan instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan: 1. Memahami unsur governance yang mengisi
proses perencanaan 2. Mampu menguatkan proses perencanaan yang
lebih berbasis fakta lapangan 3. Mampu mengalokasikan sumber daya yang
terbatas dan fokus 4. Mampu menjelaskan model implemenatasi
health governance pada tingkat puskesmas dalam penguatan manajemen puskesmas
5. Mampu menjelaskan dan melakukan pendampingan perencanaan BOK yang lebih
efektif, partisipatif dan tranparan; 6. Mampu memberikan penguatan terhadap
implementasi Kemitraan Bidan dan Dukun serta revitalisasi kantung persalinan yang lebih efektif.
7. Memahami dan mampu mendampingi puskesmas untuk menyusunmodiikasi SOP
persalinan aman Ante-natal care, persalinan, post natal care, IMD dan ASI Eksklusif.
Sasaran Pengguna
1. Organisasi Mitra Pelaksana OMP 2. KonsultanPelatih
3. Fasilitator kesehatan 4. Staf Dinas Kesehatan
5. Kepala Puskesmas, bidan koordinator dan bidan desa
6. Masyarakat yang peduli kesehatan kader kesehatan, PKK, tokoh agama, tokoh
masyarakat, asosiasi, paguyuban.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Setelah mengikuti sesi ini, peserta akan mamahami penguatan manajemen Puskesmas
dari sisi tata kelola pelayanan health governance sehingga mampu mendampingi puskesmas dan
dinas kesehatan dalam penguatan manajemen puskesmas.
Tujuan Khusus
Tujuan bagi peserta dalam Training of Trainers TOT:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta akan mampu menjadi fasilitator untuk memberikan
pelatihan kepada instansi pemerintah dan unit pelayanan kesehatan.
Lampiran A - Uraian Substansi
72
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
Waktu
Sesi pelatihan: Dua hari
Hari I: Waktu
Pokok Bahasan
2 x 45 menit Pembukaan
Penjelasan singkat tentang Program KINERJA-USAID
Bina Suasana Self-assessment: kekuatan dan
kelemahan proses perencanaan Puskesmas saat ini
3 x 45 menit Penyajian materi: Tahapan
Perencanaan Tingkat Puskesmas Diskusi dan tanya jawab
3 x 45 menit Penyajian materi: Peran BOK
dalam program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif
Perencanaan dan pengawasan yang partisipatif
Laporan pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel
Diskusi dan tanya jawab
Hari 2: Waktu
Pokok Bahasan
2 x 45 menit Review materi hari I
3 x 45 menit Permainan peran: Penyusunan
rencana program KIA untuk Persalinan Aman, IMD dan ASI
Eksklusif dengan melibatkan MSF
Analisis situasi Penyusunan RUK pengenalan
masalah, prioritas masalah, analisis penyebab masalah, penyusunan
alternatif pemecahan masalah, penyusunan rencana pelaksanaan
kegiatan
Penyusunan RPK
Pokok Bahasan
1. Perencanaan Tingkat Puskesmas 2. Tahapan Perencanaan Tingkat Puskesmas
3. Pengintegrasian Perencanaan BOK dalam Perencanaan Tingkat Puskesmas
Metode
Sesi pelatihan:
1. Pemaparan materi 2. Diskusi dan tanya jawab
3. Latihan kelompok 4. Presentasi hasil latihan
Sesi pelaksanaan:
1. Sosialisasi materi 2. Pembentukan kelompok kerja di Puskesmas
3. Diskusi kelompok terfokus dengan melibatkan lintas sektor dan para pemangku kepentingan
Alat dan bahan
1. LCD Projector 2. Laptop
3. Flipchartkertas planometaplanwhiteboard 4. Alat tulis
5. Materi presentasi
73
www.kinerja.or.id
Tata Kelola Persalinan Aman
3 x 45 menit Penyusunan Rencana Tindak
Lanjut Penutupan
Proses Fasilitasi Kegiatan Pelatihan
a Pengantar
1. Fasilitator membuka sesi dengan menyampaikan pentingnya perencanaan
puskesmas yang baik untuk mendukung pencapaian program Persalinan Aman.
2. Fasilitator menjelaskan desain kegiatan secara umum, yaitu akan diselenggarakan
selama 2 hari, dengan alokasi waktu 8 x 45 menit per hari.Pokok bahasan yang
akan dibahas adalah Perencanaan Tingkat Puskesmas PTP, tahapan PTP, dan BOK
dalam program Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini, dan ASI Eksklusif. Fasilitator
mengawali dengan memberikan penjelasan, diikuti dengan permainan peran proses
perencanaan 3. Fasilitator melakukan bina suasana untuk
mencairkan situasi, sebelum memulai pelatihan. Kegiatan yang bisa dilakukan
misalnya: perkenalan, mapping harapan peserta dan motivation game.
4. Melaksanakan self-assessment penilaian
diri untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan proses perencanaan tingkat
puskesmas yang dilakukan saat ini.
b Proses pelatihan
1. Fasilitator atau nara sumber menyajikan materi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Gunakan media pembelajaran yang inovatif dan sesuai untuk memudahkan
penangkapan peserta. Bahan presentasi dapat menggunakan bahan yang tersedia
dalam modul ini. Gunakan metode interaktif, dengan mengutamakan peran aktif dari
seluruh peserta. Minta peserta untuk menyampaikan pendapatnya terkait dengan
topik yang tengah dibahas. 2. Beri kesempatan kepada setiap peserta
terutama perempuan dan kelompok rentan untuk mengajukan pertanyaan. Tawarkan
dulu komentar atas pertanyaan peserta kepada peserta yang lain, agar suasana
diskusi tidak hanya berjalan 1 arah. Tugas fasilitator adalah mengarahkan proses
diskusi jika ada tanggapandiskusi yang menyimpang.
c Sesi-sesi Hari I