Universitas Indonesia
pihak berwajib selama kurang lebih 21 hari. Rosiman dan Mansyur Azis yang tidak ditahan akibat peristiwa itu, dipanggil ke Jakarta menemui Jenderal A.H. Nasution
untuk menjelaskan duduk perkara peristiwa tersebut. Pemerintah pusat menyebut peristiwa itu sebagai peristiwa rasialis. Sehingga selepasnya dari tahanan, Effendi
Nasution dipanggil ke Jakarta menghadap Bung Karno. Di Jakarta ia disambut Jenderal Sukendro, yang saat itu menjabat Ketua Umum IPKI, dan bersamanya
menghadap Bung Karno. Bung Karno sempat menuduh Effendi Nasution sebagai Rasialis. Namun
Effendi tetap menyatakan tidak, Effendi menyatakan keanekaragaman anggotanya di dalam organisasi Pemuda Pancasila yaitu “Ada China, Keling, Menggali
22
yang menjadi anggota saya. Mana mungkin saya rasialis”, jelas Effendi. Presiden
Soekarno sendiri menerima penjelasan Effendi Nasution setelah hampir dua jam dialog terjadi di antara mereka. Di akhir pertemuan Soekarno berpesan kepada
Effendi, “Effendi Saya harap kamu bantu Saya untuk mengamankan kawasan Sumatera Utara”.
23
Penjelasan serupa dia ajukan kepada Jenderal Nasution dan juga Jenderal Alamsyah Ratuprawiranegara. Sehingga ketika rapat Front Nasional
diadakan, keluar pernyataan resmi dari pemerintah, bahwa peristiwa 10 Desember 1965 bukan peristiwa rasial melainkan hanya peristiwa kriminal biasa.
2.2. Pemuda Pancasila Masa Orde Baru
Keluarnya Supersemar 1966 membawa nafas baru bagi penumpasan PKI. Pejabat Presiden Jenderal Soeharto memerintahkan pembubaran PKI dan atas
perintah tersebut Komando Aksi mengarahkan serangannya antara lain ke Kampung Kolam. Serangan ini konon diawali oleh Pemuda Pancasila dari Ranting
Sei Kera. Serangan ini mendapat tantangan sehingga tertangkapnya dua orang penyerang, yakni Adlin Prawira anggota Pemuda Pancasila merangkap anggota
HMI dan M. Yakob. Menurut keterangan yang diperoleh, M. Yacob adalah seorang anak yang masih di bawah umur. Ketika rencana penyerangan Kampung
Kolam disusun, M. Yacob minta ikut tetapi dilarang oleh anggota yang sudah dewasa. Namun tanpa diduga-duga, remaja M. Yacob ternyata menyusup di antara
22
Keling dan Menggali digunakan dalam bahasa sehari-hari warga kota Medan kepada orang India Tamil atau orang Keling. Di Medan kaum Keling dan Menggali banyak tinggal di Jalan Zainul Arifin
atau lebih dikenal dengan istilah Kampung Keling.
23
Syamsul Bahri Nasution dan Saifuddin Mahyudin. 1999. The Lion….. hal. 217-235.
Universitas Indonesia
rombongan dan terlibat dalam aksi penyerangan. Ia bersama Adlin menemui ajalnya setelah terlebih dahulu disiksa. Mayatnya ditemukan 12 hari kemudian
dalam keadaan sangat mengenaskan. Telinga dan alat vitalnya hilang serta mata terburai dengan posisi terikat ke sepotong besi rel lori yang ditenggelamkan ke
dalam air parit, di bawah rakit batang pisang sebagai pelampungnya. Untuk mengelabui pencari mayat “pahlawan” Orde Baru ini, PKI meletakkan bangkai
kambing di atas rakit pohon pisang yang mengapung-apung tersebut. Kecuali penumpasan antek-antek komunis di Kampung Kolam, Komando
Aksi terlibat aktif dalam pengambilalihan gedung-gedung pusat kegiatan partai terlarang PKI.
24
Menyusul Supersemar, organisasi masyarakat se-Sumatera Utara berkumpul di Kodim guna membentuk Kesatuan Aksi Masyarakat Pengganyang
Antek-antek Komunis KAMPAK. Dalam kesatuan ini Pemuda Pancasila kembali terlihat mendominasi. Kesatuan ini pada dasarnya dibentuk dalam rangka
implementasi kehendak rakyat Sumatera Utara untuk mendukung pemerintah Orde Baru.
Perubahan konstelasi politik nasional pertama yang paling mendasar selama usia kemerdekaan adalah bergantinya Orde Lama ke Orde Baru. Perubahan tatanan
politik yang menjadi kerangka seluruh kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara itu bukan hanya memberi jalan bagi hubungan politik di dalam maupun
luar negeri. Tetapi perubahan tersebut juga dapat melahirkan suasana yang dapat menentukan mati hidupnya sebuah partai politik. Kondisi itu seringkali timbul di
luar perkiraan dan ramalan-ramalan sebelumnya. Sebabnya tidak lain karena gejala sosial politik yang terjadi bisa berjalan di luar aturan-aturan normal yang dapat
diantisipasi. Pemuda Pancasila selaku organisasi massa dengan mudah dapat terimbas
oleh perubahan-perubahan tatanan sosial politik yang terbentuk. Sifat rentan yang dimilikinya itu terkait erat dengan kedudukannya sebagai salah satu orderbouw
partai politik IPKI. Sehingga jika kesehatan “induknya” terganggu maka terganggu pula kesehatan “anaknya”. Dengan kata lain permasalahan yang dialami IPKI akan
sekaligus menjadi masalah Pemuda Pancasila.
24
Ada sejumlah gedung yang dapat diidentifikasi digunakan oleh PKI, yaitu Gedung BAPERKI Jalan Merbabu, Meranti, Universitas RES Publika CGMI, Penjara Jalan Gandi, Gedung PKI Jalan
Sisingamangaraja, Kantor SOBSI Jalan Simpang Iskandar Muda, Sekretariat PKI Kodya Medan di Jalan Terendam, Kantor BAPERKI Jalan Tilak, Mess PKI Jalan Bromo, Rumah kediaman Tan Holan
Jalan Gandi, Kantor CV. Kartam sekarang, Kantor MPW Pemuda Pancasila sekarang dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Di puncak-puncak kejayaannya, usai masa penumpasan sisa-sisa Gerakan 30 September 1965, Pemuda Pancasila sempat mengadakan KongresMusyawarah
Besar yang pertama tahun 1968 di Medan. Beberapa wilayah Pemuda Pancasila yang tersebar di seluruh Indonesia, hadir pada kesempatan itu. Kota Medan yang
dikenal karena keberanian basis massa Pemuda Pancasila menghadapi PKI, menjadi bukti kepercayaan pengurus pusat memilihnya sebagai tuan rumah
penyelenggaraan kongres pertama. Sementara Pemuda Pancasila di daerah-daerah lain, termasuk Jakarta, belum tentu memiliki kekuatan massa yang sama seperti
kekuatan yang telah didapat Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Maka pada saat kongres berlangsung, tujuan utama adalah menaikkan popularitas Effendi Nasution
sebagai tokoh Pemuda Pancasila yang sedang sangat tenar ketika itu. Hampir dalam semua kegiatan, Effendi Nasution, ikut terlibat dan bertindak sebagai
pemimpin aksi. Ketenaran tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara ini tidak dapat
dipungkiri sebagai salah satu modal yang telah membawanya berkantor di Gedung DPRGRMPRSBP-MPRS tahun 1968 mewakili unsur pemuda. Namun berkat
ketenarannya itu pula pekerjaannya menjadi semakin banyak. Ia Ketua Umum DPW Pemuda Pancasila dan dia pula anggota DPR. Keputusan Effendi Nasution
menunaikan tugas rangkap di Jakarta, bukanlah tanpa resiko baik kepada dirinya sendiri maupun kepada organisasi Pemuda Pancasila di Sumatera Utara. Di masa-
masa ia harus meninggalkan Sumatera Utara, disitu pula Walikota Medan, Aminurrasyid, yang tersangkut peristiwa G 30S tidak mungkin lepas dari
perhatiannya. Ia pun terlibat dalam kompetisi dan percaturan politik pemerintahan kota ketika itu. Akibat keterlibatannya itu pula, tugas-tugasnya di Jakarta tidak
dapat diselesaikan sesuai periode yang ditentukan. Keterlibatan Effendi Nasution dalam pemilihan Walikota Medan adalah
mendukung Syurkani sebagai calon walikota yang ingin dimenangkan. Lawan Syurkani dalam pemilihan itu berasal dari kelompok tentara yaitu Letkol MS
Rangkuti. Ketika itu pemilihan dilakukan melalui pemungutan suara anggota DPRD Kota Medan. Dukungan Pemuda Pancasila dalam pemilihan itu terbelah
dalam dua kubu yaitu pengurus wilayah mendukung Syurkani, sedangkan pimpinan cabang Medan mendukung Letkol MS Rangkuti. Perbedaan dukungan itu lebih
disebabkan karena adanya pertikaian etnis calon walikota di antara para
Universitas Indonesia
pendukungnya. Akhirnya, Syurkani terpilih sebagai Walikota Medan melalui proses pemilihan suara anggota DPRD Medan yang dinilai mendapat tekanan dari
kelompok preman. Kelompok yang kalah kemudian menyebarkan isu bahwa kemenangan Syurkani karena adanya intimidasi terhadap anggota DPRD Medan.
DPC Pemuda Pancasila Kotamadya Medan termasuk kelompok yang menyebarkan isu tersebut. Atas sikap itu, pimpinan wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara
memberikan sanksi kepada pengurus cabang Medan dengan membekukan DPC Pemuda Pancasila Kotamadya Medan dan ketuanya diberikan sanksi skorsing dan
pemecatan. Selama rentang waktu 1968 hingga 1971 kegiatan Pemuda Pancasila
mengalami kemunduran di seluruh Indonesia. Ketika itu Angkatan Bersenjata sedang menyusun “skenario” besar untuk menata sistem pemerintahan Orde Baru.
Di antaranya adalah menggarap partai politik, golongan Islam, mensahkan RUU Pemilu tahun 1969 yang menjamin posisi ABRI menjadi anggota DPR dan DPRD
tanpa dipilih, mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 tentang pelarangan pegawai negeri menjadi anggota partai politik, membesarkan Golongan
Karya, dan lain-lainnya. Skenario tersebut secara tidak langsung mengeluarkan IPKI dari kekuatan politik yang selama ini telah mendukung ABRI. Hasilnya
adalah IPKI tidak memperoleh satu kursi parlemen pun dalam Pemilu 1971. Menurut penjelasan tokoh-tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara,
kekalahan IPKI dalam Pemilu 1971 seharusnya tidak menyebabkan menurunnya kegiatan Pemuda Pancasila jika Pemuda Pancasila itu berani melepaskan
keterikatannya dari IPKI. Gagasan ingin melepaskan keterikatan kepada IPKI ini lama menjadi bahan renungan dan pertimbangan tokoh Pemuda Pancasila Sumatera
Utara. Semakin hari gagasan itu semakin menguat dan setelah 1973, IPKI bersepakat memfusikan diri ke dalam sebuah partai yakni Partai Demokrasi
Indonesia. Tuntutan independensi organisasi akhirnya menjadi pembicaraan serius di kalangan aktivis Pemuda Pancasila.
Ketika Effendi Nasution memimpin Pemuda Pancasila Sumatera Utara, independensi organisasi menjadi pedoman bagi pengurus untuk menyusun dan
melaksanakan kegiatan. DPP Pemuda Pancasila dalam keadaan vakum, sebagian aktivis dan para anggotanya sudah tak aktif dalam kegiatan organisasi. Atas tekad
dan semangat independensi Pemuda Pancasila dari IPKI maka pada Musyawarah
Universitas Indonesia
Wilayah ke-III, Pemuda Pancasila Sumatera Utara kembali menegaskan independensi organisasi. Pernyataan tersebut memiliki arti sejarah yang sangat
penting bagi perkembangan Pemuda Pancasila saat ini. Keistimewaan pernyataan independensi itu juga akhirnya tidak mengubah ADART Pemuda Pancasila yang
berlaku secara nasional.
25
Dengan kata lain Pemuda Pancasila Sumatera Utara masih menggunakan ADART yang lama dan menjadi rujukan dalam pengambilan
keputusan di tingkat nasional. Keputusan yang diambil itu, seolah-olah menimbulkan kesan telah terjadi
kesepakatan politik dengan pemerintah Orde Baru. Pengertian independen yang dipakai dalam kesempatan tersebut lebih bersifat politis ketimbang yuridis.
Peluang untuk terlepas dari partai IPKI yang kalah pemilu, dilakukan untuk memperoleh akses ke kontestan pemilu yang lain, yang secara mutlak jauh lebih
kuat. Setelah musyawarah usai, disampaikan pernyataan kebulatan tekad satuan- satuan pengurus Pemuda Pancasila di pelbagai wilayah untuk memenangkan
Golkar pada Pemilu 1977. Akan tetapi begitu daftar caleg calon anggota legislatif diumumkan, sebagian pengurus Pemuda Pancasila kecewa karena wakil mereka
tidak terdaftar dalam usulan caleg. Selain menghasilkan keputusan independen, Musyawarah III ini kembali
menetapkan M.Y. Effendi Nasution menduduki jabatan Ketua DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara periode 1974–1978. Namun kebiasaan kembali berulang,
ketua terpilih tidak menyelesaikan tugasnya hingga akhir periode. Ketua terpilih mengundurkan diri dari jabatan ketua tahun 1976 setelah yang bersangkutan
kembali dari menunaikan ibadah haji ke tanah suci Mekkah 1975. Untuk menyelesaikan kepengurusan hingga akhir periode 1978, rapat pleno melakukan
reshuffle menunjuk Amran Y.S. sebagai ketua dan Amril Y.S. sebagai sekretaris. Sejak Pemilu 1971, DPP Pemuda Pancasila tidak pernah melakukan
kegiatan, meskipun Maurits L. Tobing masih tercatat sebagai Ketua DPP Pemuda Pancasila. Ketika susunan pengurus Dewan Pimpinan Wilayah Pemuda Pancasila
Sumatera Utara dilantik, Maurits L. Tobing ikut menghadiri. Namun pada waktu itu statusnya bukan sebagai Ketua DPP Pemuda Pancasila, melainkan sebagai salah
seorang utusanwakil dari Komite Nasional Pemuda Pancasila KNPI. Kenyataan
25
Mercusuar, 22 April 1977.
Universitas Indonesia
ini semakin mempertegas bahwa kepengurusan DPP Pemuda Pancasila dalam keadaan vakum.
Amran YS
26
, penerus kepemimpinan periode 1974-1978, menjabarkan konsep tersebut dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Namun dalam babak awal
kepengurusan, pihaknya masih sangat berhati-hati karena tak lama lagi pemilu akan berlangsung pada tanggal 2 Mei 1977. Segala bentuk perbedaan pendapat dan
sikap individual kepada salah satu kontestan pemilu masih sangat terasa, walaupun Pemuda Pancasila telah berikrar untuk bertekad memenangkan Golkar dalam
Pemilu 1977. Kebijakan pencabutan surat izin cetak untuk pers yang dilakukan oleh
Laksus Kopkamtibda setelah Pemilu 1977 mempunyai implikasi terhadap strategi perjuangan pengurus Pemuda Pancasila Sumatera Utara terkait pendekatan dengan
kelompok media. Ketika aturan tersebut dicabut usai pemilu, serta merta Pengurus Wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara mengeluarkan pernyataan kepada
pemerintah dan ucapan selamat kepada PWI Sumatera Utara. Pernyataan itulah yang mengawali debut kepengurusan pada periode 1974-1978. Sejak itu kegiatan-
kegiatan dan sikap-sikap Pemuda Pancasila, baik di tingkat wilayah maupun di tingkat cabang, muncul lebih sering di media cetak lokal.
Hubungan pengurus Pemuda Pancasila dengan pers tampak lebih intim sehingga kegiatan sekecil apapun di daerah misalnya, mulai terlihat di media.
Popularitas Pemuda Pancasila secara perlahan-lahan menanjak. Mereka ikut menanggapi dan malahan turun langsung menyelesaikan persoalan-persoalan di
masyarakat. Pemuda Pancasila Sumatera Utara sering melontarkan pernyataan tentang tindakan penyelewengan yang terjadi di lingkungan pemerintahan. Sebagai
contoh, pada tahun 1977 Pemuda Pancasila berdelegasi ke gedung DPRD Deli Serdang terkait isu korupsi yang melibatkan bupati daerah itu.
27
Selain itu, sikap protes juga disampaikan Pemuda Pancasila saat berdelegasi ke DPRS Sumatera
Utara tentang penggunaan pukat harimau yang meresahkan masyarakat nelayan.
26
Amran YS dikenal sebagai tokoh pemuda di Sumatera Utara yang ikut dalam aksi pemberantasan PKI di Sumatera Utara. Sebutan “preman” juga melekat dalam diri Amran karena dikenal sebagai pemuda
yang berani dan pandai berkelahi. Para pemuda di Sumatera Utara yang dikenal sebagai “preman” sangat menghormati Amran YS.
27
Sinar Indonesia Baru, 29 Nopember 1977.
Universitas Indonesia
Termasuk mengenai masalah Pabrik Pengolahan Udang PT. Indra Deli di Belawan.
28
Melihat aktivitas Pemuda Pancasila tersebut, pemerintah daerah memberi perhatian secara khusus terkait dengan organisasi. Pemuda Pancasila diminta untuk
menghambat kemungkinan menjalarnya demonstrasi mahasiswa menyambut Sidang MPR 1978. Peristiwa yang menarik perhatian nasional dan internasional
itu, sempat mengkhawatirkan pemerintah daerah Sumatera Utara. Pemuda Pancasila, sebagai salah satu unsur organisasi pemuda, telah menunjukkan loyalitas
kepada pemerintah Orde Baru. Pemuda Pancasila memanfaatkan kesempatan tersebut, dengan cara menggerakkan kekuatan eksponen 66 di daerah Sumatera
Utara menandingi demonstrasi 1978 di Sumatera Utara. Ketika itu, Pemuda Pancasila Sumatera Utara mengeluarkan pernyataan dengan judul Buku Putih dan
langsung memberikannya kepada Menteri Dalam Negeri Amir Machmud, Ketua DPRMPR Adam Malik, dan juga kepada sekretaris pribadi Presiden Soeharto di
Jakarta. Amran Y.S. mengutip salah satu pernyataan Amir Machmud ketika itu, “Saya bangga bahwa masih ada pemuda yang memikirkan negara dan pemerintah
Orde Baru”. Pernyataan ini, tambah Amran, keluar dari mulut Amir Machmud sambil menitikkan air mata.
29
Peristiwa tersebut ikut menaikkan nama Pemuda Pancasila karena di dalam kepengurusan eksponen 66 itu sendiri, terdapat banyak anggota Pemuda Pancasila.
Secara tidak langsung hubungan Pemuda Pancasila dengan pemimpin-pemimpin sipil dan militer di wilayah pemerintahan Sumatera Utara menjadi semakin erat.
Dari relasi itu, Pemuda Pancasila sempat mendapatkan fasilitas khusus berupa sumber dana organisasi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Fasilitas khusus
yang diberikan itu adalah Pemuda Pancasila diberikan kebebasan untuk mengelola beberapa wilayah di Sumatera Utara untuk mendapatkan uang dengan caranya
sendiri. Cara-cara yang dilakukan oleh anggota Pemuda Pancasila seperti mengancam, merusak, dan bahkan membunuh untuk mendapatkan uang menjadi
penyebab dikenalnya Pemuda Pancasila sebagai organisasi yang menggunakan kekerasan di masyarakat.
28
Mimbar Umum, 2 November 1977; Mercusuar, 2 November 1977; Waspada, 2 November 1977; Analisa, 2 November 1977.
29
Wawancara dengan Amran YS, 6 Nopember 2011, pukul 10.00 WIb, di Jalan Ampera Medan.
Universitas Indonesia
Konstelasi organisasi pemuda di Sumatera Utara sedikit berbeda dari sebagian besar kota lain di Indonesia. Pada masa Orde Baru kekuasaan organisasi
pemuda berakar dari kedekatan mereka dengan komandan militer lokal. Perlindungan militer yang terbesar diberikan kepada Pemuda Pancasila ketimbang
organisasi pemuda lainnya di Sumatera Utara. Hal ini memungkinkan mereka untuk menjalankan segala aktivitas yang menguntungkan karena mendapat
perlindungan dari militer. Saat militer mengalami kesulitan untuk mengendalikan aktivitas Pemuda Pancasila berkaitan dengan keuntungan ekonomi, maka harus ada
penyeimbang organisasi pemuda lainnya yang dibentuk dan dibesarkan oleh kalangan tentara sendiri.
Oloan Panggabean, yang sering disapa Olo, adalah mantan anggota Pemuda Pancasila yang memiliki bisnis perjudian di kota Medan. Pada tahun 1969, Olo
keluar dari organisasi Pemuda Pancasila dan memilih profesi sebagai pengusaha, yang dikenal dengan usaha perjudian. Ia dipilih oleh petinggi militer sebagai figur
yang mampu membentuk kekuatan organisasi pemuda selain Pemuda Pancasila. Sejak akhir tahun 1970, Olo pernah mengajak Ucok Majestik untuk ikut
memberikan dukungan bisnis judi yang dikelola dengan teman-temannya. Ketika itu, Olo pun kemudian menawarkan imbalan yang cukup besar kepada Ucok
Majestik berupa uang yang akan diterima setiap bulan jika bersedia memberikan jaminan keamanan dari masyarakat.
30
Namun, Ucok Majestik menolak tawaran Olo tersebut dan tetap saja bertindak sebagai “penguasa” wilayah di kawasan Majestik
Medan. Untuk mendapatkan perlindungan keamanan dari bisnis perjudian, Olo
Panggabean mendirikan organisasi pemuda yang bernama IPK Ikatan Pemuda Karya pada tanggal 28 Agustus 1969. Pada awalnya, pendirian IPK merupakan
kelanjutan dari berdirinya Sentral Organisasi Buruh Pancasila SOB Pancasila pada tanggal 19 Juni 1954 di Jakarta yang berinduk pada Ikatan-Ikatan Pancasila
KODI dan merupakan salah satu pendukung Penegak Amanat Rakyat Indonesia GAKARI. Dalam aktivitasnya, IPK banyak mendapatkan dukungan dari kalangan
tentara khususnya Angkatan Darat di Sumatera Utara. Oleh karena itu, IPK mengambil pusat aktivitas organisasi di Kota Medan sekaligus sebagai tempat
30
Wawancara dengan Yan Paruhuman Lubis atau Ucok Majestik Pini Sepuh Pemuda Pancasila, 5 November 2011, pukul 15.05 Wib di rumah pribadinya, Perumnas Helvetia Medan.
Universitas Indonesia
kedudukan Dewan Pembina dan Dewan Pimpinan Pusat DPP IPK. Kota Medan menjadi pusat pengendali seluruh kebijakan dan kegiatan organisasi IPK yang ada
di hampir seluruh provinsi di Indonesia yang diberi nama Dewan Pimpinan Daerah DPD IPK.
31
Setelah berdiri IPK, Pemuda Pancasila tidak begitu bebas menguasai suatu lokasi wilayah atau lahan yang dapat menghasilkan uang. Pada lokasi wilayah yang
sebelumnya dikuasai oleh anggota Pemuda Pancasila, harus berbagi dengan anggota IPK. Akibatnya sering terjadi benturan kekerasan fisik seperti perkelahian,
penculikan, bahkan pembunuhan di antara kedua anggota organisasi pemuda itu untuk merebut wilayah yang ingin dikuasai. Pertikaian yang terjadi pada umumnya
berada di lokasi wilayah yang berpotensi menghasilkan uang, misalnya lahan parkir kendaraan, pasar atau tempat berjualan dan pusat-pusat perbelanjaan
lainnya. Selain karena penguasaan lahan, pertikaian terjadi disebabkan karena
mempertahankan eksistensi organisasi masing-masing. Sedapat mungkin masing- masing anggota IPK dan Pemuda Pancasila saling menjatuhkan satu sama lain agar
menang di setiap perlawanan. Kemenangan di setiap pertikaian akan dianggap sebagai kemenangan organisasi, dan kelompok yang menang akan disegani pihak
lain. Anggota dari kedua organisasi ini apabila terkena musibah seperti kena bacok, tikaman atau meninggal dunia akan mendapatkan bantuan dana dari organisasinya
masing-masing. Loyalitas anggota dari satu kelompok akan terlihat saat mereka dihadapkan pada satu masalah yang besar dan membawa-bawa nama organisasi.
Maka saat itulah rasa kebersamaan muncul. Penyebab lain dari pertikaian antara IPK dan Pemuda Pancasila adalah
karena rebutan lahan pekerjaan. Adanya kecemburuan dan sakit hati dari para anggota IPK yang banyak dipekerjakan menjadi penjaga pabrik dan satuan
pengaman di perusahaan yang ada di sekitar kota Medan. Akibatnya, anggota Pemuda Pancasila menjadi tersaingi oleh kehadiran anggota IPK yang mengambil
alih wilayah kekuasaannya. Banyak anggota Pemuda Pancasila yang berpindah ke IPK karena merasa tidak diperhatikan oleh organisasinya dan akhirnya
menggembosi keberadaan organisasi Pemuda Pancasila.
31
Wawancara dengan Syamsul Sianturi, 10 Desember 2012 di Medan. Ia adalah salah seorang tokoh dan sesepuh Ikatan Pemuda Karya yang sangat dekat dengan Olo Panggabean.
Universitas Indonesia
Dampak dari pertikaian antara IPK dan Pemuda Pancasila menyebabkan masyarakat menjadi antipati atau benci dan merasa ketakutan terhadap keberadaan
kedua organisasi ini. Sering terjadi apabila ada keributan atau perkelahian, masyarakat yang selalu memberikan informasi kepada pihak keamanan agar cepat
mengambil tindakan yang dianggap dapat meredam keributan tersebut. Masyarakat juga telah membuat kesepakatan di antara mereka, apabila aparat keamanan tidak
dapat mengambil tindakan tegas maka masyarakatlah yang akan bertindak untuk melawan kelompok pemuda yang telah menimbulkan keonaran dan kekacauan di
sekitar daerah mereka tinggal ataupun daerah tempat mereka mencari nafkah.
32
Perlindungan yang diberikan militer kepada IPK dan Pemuda Pancasila memungkinkan mereka untuk menjalankan aktivitas yang sangat menguntungkan
secara ekonomi seperti perjudian dan jaringan perlindungan yang kebal hukum. Perubahan kedudukan militer sejak reformasi tidak berarti juga memutuskan
keterkaitan ini. Pada satu kesempatan, polisi membalas pembunuhan salah satu anggota kesatuannya yang dilakukan anggota IPK dengan cara menembaki rumah
kediaman Olo. Namun, polisi “ditegur” oleh pihak militer atas perintah bos dunia kriminal itu.
33
Persepsi masyarakat tentang kiprah organisasi pemuda lambat laun mengalami pergeseran. Banyak masyarakat yang merasa dirugikan karena
terganggu aktivitas ekonomi dan keamanannya oleh ulah sebagian besar anggota organisasi pemuda termasuk Pemuda Pancasila. Bagi pengurus Pemuda Pancasila
sendiri, persepsi itu akan banyak menimbulkan persoalan untuk pengembangan organisasi, sehingga perlu ada revaluasi, redefinisi serta reaktualisasi peran dan
fungsi organisasi di masyarakat. Sejak dibentuknya hingga saat ini, aktivitas organisasi Pemuda Pancasila banyak melibatkan masyarakat, terlihat dari program
peningkatan aspek kualitas massa. Itulah sebabnya komposisi pengurus hasil musyawarah wilayah tidak lagi seluruhnya berasal dari anak jalanan dan preman,
melainkan kalangan intelektual 20, pengusaha 30, dan massa atau kalangan umum sebesar 50.
Pemuda Pancasila Sumatera Utara berusaha mengubah citra organisasi dari organisasi kekerasan menjadi organisasi masyarakat yang aktif dalam kegiatan-
32
Nina Karina. 2008. Loc.Cit. hal. 105.
33
Loren Ryter. 2000. Loc. Cit.
Universitas Indonesia
kegiatan sosial. Terpilihnya Marzuki
34
dalam Musyawarah Wilayah ke VIII sebagai ketua mengharuskan kegiatan organisasi lebih banyak dilakukan untuk pembinaan
internal terkait anggota dan pengurus organisasi. Orientasi kegiatan periode ini lebih diarahkan pada pemantapan independensi organisasi, penyaluran aspirasi
politik Pemuda Pancasila kepada Golongan Karya, dan pengembangan serta konsolidasi wawasan anggota. Kegiatan-kegiatan organisasi yang pada mulanya
digerakkan oleh pengurus wilayah sudah mulai didelegasikan kepada satuan-satuan pengurus di tingkat bawahnya. Basis-basis kegiatan berada pada satuan-satuan
pengurus yang terkecil yang terkait langsung dengan lingkungan masyarakat. Dukungan politik Pemuda Pancasila yang diberikan kepada pemerintah Orde Baru
menjadi kegiatan penting organisasi.
2.3. Pemuda Pancasila Sumatera Utara Pasca Orde Baru