Universitas Indonesia
11 2. Bagaimana pola mobilisasi kader dan tokoh Pemuda Pancasila yang menjadi
pimpinan partai politik dan anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dalam mendukung calon gubernur dan wakil gubernur yang ingin dimenangkan?
3. Bagaimana model relasi yang dibangun antara pimpinan Pemuda Pancasila Sumatera Utara dengan pejabat birokrasi, pengusaha, dan pengelola media massa
lokal di Sumatera Utara saat berlangsungnya pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menjelaskan alasan-alasan yang dijadikan landasan anggota Pemuda Pancasila
untuk mengintimidasi para pemilih agar memilih Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera
Utara tahun 2008. 2. Menjelaskan model mobilisasi yang dilakukan oleh pimpinan MPW Pancasila
Sumatera Utara Provinsi Sumatera Utara pada saat pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Mobilisasi tersebut berkaitan dengan cara Pemuda Pancasila
Sumatera Utara memberikan perintah kepada anggotanya yang menjadi pimpinan partai politik dan anggota legislatif untuk mempengaruhi pihak lain agar
memenangkan kandidat gubernur yang didukung dalam setiap tahapan pemilihan gubernur. Oleh karena itu, dengan mengetahui model mobilisasi tersebut akan
terlihat jelas signifikansi pengaruh Pemuda Pancasila dalam konstelasi politik lokal di Sumatera Utara.
3. Menjelaskan pola relasi antara kader dan tokoh Pemuda Pancasila dengan birokrat, pengusaha, dan media massa lokal di Provinsi Sumatera Utara terkait pemilihan
gubernur tahun 2008. Dengan mengetahui pola relasi itu akan terlihat pengaruh kekuasaan kader dan tokoh Pemuda Pancasila pada lembaga politik lokal dalam
konteks pola hubungan negara–masyarakat state–society di Sumatera Utara khususnya saat pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008.
Universitas Indonesia
12
1.4. Signifikansi Penelitian
Secara akademis, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran, kiprah, dan proses keterlibatan tokoh Pemuda Pancasila di Sumatera Utara hingga bisa menjadi
pimpinan partai politik, pejabat eksekutif dan legislatif, menjadi pengusaha, dan pengelola media massa lokal. Pembahasan ini diharapkan akan memberikan perspektif
kontemporer mengenai peran, kiprah, dan proses yang dilakukan tokoh Pemuda Pancasila Sumatera Utara untuk mempengaruhi lembaga politik lokal dalam rangka
memenuhi kepentingannya. Penelitian sebelumnya yang hampir sama di Indonesia seperti studi tentang Jawara, Bosisme, dan Premanisme menjelaskan tentang orang kuat
lokal yang muncul dan mengambil alih kontrol atas politik lokal dalam proses otonomi daerah. Penelitian ini akan membahas tentang gejala kekerasan, kekuatan uang dan
pemanfaatan jaringan politik yang muncul bukan hanya mengandalkan kekuatan individu seperti Jawara maupun Bosisme, namun juga mengutamakan kekuatan
organisasi. Kekhususan studi ini berkaitan dengan konteks lokal di Sumatera Utara yaitu bahwa prilaku intimidasi dan uang, dalam politik lokal, dilakukan dengan menggunakan
kekuatan organisasi bukan dengan mengandalkan kekuatan individu. Sedangkan secara praktis penelitian ini dapat memberi penjelasan bagi
pemerhati kajian demokrasi, khususnya yang terjadi di Sumatera Utara terkait dengan organisasi pemuda sebagai kelompok kekerasan yang terlibat dalam perebutan
kekuasaan yang sedang berlangsung pada domain politik lokal yaitu pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008. Dari penjelasan
tersebut akan terlihat apakah peran mereka dapat membantu atau justru mengganggu konsolidasi demokrasi yang sedang berlangsung di tingkat lokal.
1.5. Kajian Pustaka