Pemuda Pancasila dan Birokrasi Lokal

Universitas Indonesia

BAB 5 PEMANFAATAN JARINGAN BIROKRASI, PENGUSAHA LOKAL, MEDIA

DAN PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA UTARA Pemuda Pancasila menjadi salah satu organisasi pemuda yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan menguatnya pemerintah Orde Baru. Setelah reformasi bergulir dan diterapkannya desentralisasi, tidak sedikit kader Pemuda Pancasila menjadi pengurus partai politik, anggota legislatif dan sukes di bidang bisnis. Bagi mereka, kebijakan otonomi daerah menyediakan kesempatan yang lebih menguntungkan bagi aktivitas politik dan bisnis, ketimbang masa Orde Baru. Jaringan yang menyebar ke lembaga birokrasi, pengusaha lokal, dan media massa menjadi semacam penguat mereka untuk tetap menguasai akses politik dan ekonomi di tingkat lokal. Bab ini akan membahas relasi Pemuda Pancasila dengan birokrasi, pengusaha, dan media massa saat berlangsungnya proses pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Relasi yang akan dijelaskan dalam bab ini adalah cara yang dilakukan Pemuda Pancasila memanfaatkan birokrasi, pengusaha, dan media massa untuk memenangkan calon gubernur yang didukung Pemuda Pancasila. Dari pemanfaatan tersebut, akan dianalisis model relasi di antara Pemuda Pancasila dengan birokrasi, pengusaha, dan media cetak lokal pada saat pelaksanaan pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara.

5.1. Pemuda Pancasila dan Birokrasi Lokal

Pada masa pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto melakukan serangkaian kebijakan bidang politik yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas politik. Di antara kebijakan itu terkait dengan strategi korporatisme yaitu setiap kelompok-kelompok kepentingan yang ada di dalam masyarakat harus melebur dalam wadah tunggal. 1 Strategi korporatisme ini disebut oleh Dwight Y King sebagai konsep korporatisme negara dengan ciri bahwa unit-unit pokok organisasi masyarakat dibentuk menjadi organ-organ pembantu dan tergantung sepenuhnya pada negara daripada dengan korporatisme masyarakat. Dalam hal ini, legitimasi dan bekerjanya negara tergantung 1 Lihat Affan Gafar. 1992. Javanese Voters. Yogyakarta: Gajahmada Press. hal 17. 226 Universitas Indonesia pada dukungan dan pengakuan atas unsur-unsur pokok berupa unit-unit persekutuan yang otonom. 2 Manuel Kaisiepo menjelaskan bahwa korporatisme yang terjadi pada masa Orde Baru dapat dipahami sebagai monopolisasi perwakilan kepentingan oleh organisasi- organisasi fungsional, didukung secara resmi, tidak saling bersaing dan diawasi oleh agen-agen negara. Sistem korporatis negara membuat segmentasi masyarakat, secara vertikal, mengungkung individu dan kelompok dalam kerangka struktur yang ditetapkan secara legal dan mendapat legitimasi keberadaan mereka dari dan diintegrasikan oleh suatu pusat birokrasi tunggal. 3 Model korporatisme negara ini membuat pola konfrontasi kelompok yang cenderung membahayakan otonomi kekuasaan eksekutif. Kemudian melakukan mobilisasi masyarakat tanpa diikuti partisipasi masyarakat yang otonom, spontan dan kalkulatif. Berbagai elemen kelompok masyarakat dalam bentuk organisasi-organisasi fungsional diwadahi oleh satu perwakilan saja ketika berhubungan dengan negara. Salah satu kelompok atau organisasi fungsional itu adalah kelompok pemuda yang berwadah dalam Komite Nasional Pemuda Indonesia KNPI dan beraliansi secara strategis dengan kekuatan politik partai yang sedang berkuasa yaitu Golongan Karya. Pada masa Orde Baru, salah satu sumber pemimpin organisasi pemuda yang dapat menjadi pengurus teras KNPI adalah organisasi pemuda yang memiliki kaitan dengan Golongan Karya. Untuk menguatkan dukungan pemerintah Orde Baru, proses rekrutmen dan kaderisasi yang dilakukan Golongan Karya salah satunya bersumber dari kader Pemuda Pancasila, selain sumber-sumber lain yang menjadi underbouw 4 partai penguasa itu. Untuk menguji loyalitas kader Pemuda Pancasila kepada rezim Orde Baru maka serangkaian seleksi dilakukan dari mulai tugas-tugas kepanitiaan kecil hingga kegiatan pengamanan perolehan suara pemilu untuk Golongan Karya. Setiap prestasi yang diraih oleh seorang kader Pemuda Pancasila dalam memobilisasi massa pada penyelenggaraan pemilu diberikan penghargaan secara khusus. Di antara bentuk penghargaan itu adalah menjadi pegawai negeri sipil PNS baik di tingkat pusat 2 Dwight Y. King. “Indonesia New Order as a Bureaucratic Polity, a Newpatrimonial Regime or a Bureaucratic-Authoritarian Regime: What Difference Does it Make?” dalam Interpreting Indonesian Politics. 1982. ed. Anderson dan Kahin. Ithaca: Cornell Southeast Asia Program Publication. hal. 168 3 Manuel Kaisiepo. 1987. “Dari Kepolitikan Birokratik ke Korporatisme Negara di Indonesia”. Dalam Jurnal Ilmu Politik. No. 2-1987. Jakarta: Kerjasama AIPI, LIPI, dan PT. Gramedia. hal. 31. 4 Pada masa Orde Baru, banyak organisasi kemasyarakatan yang menjadi underbow nya Golkar seperti MKGR, SOKSI, AMPI, LDI, dan lain sebagainya. Lihat Akbar Tanjung. 2007. The Golkar Way: Survival Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi. Jakarta: Gramedia. Universitas Indonesia maupun lokal. 5 Pola rekrutmen dan kaderisasi Pemuda Pancasila yang menjanjikan kehidupan lebih baik, menjadi motivasi untuk berprestasi bagi para pemuda yang cerdas dan mampu menunjukkan loyalitas tinggi kepada pemimpin organisasinya. Dampak dari pola mobilisasi yang dilakukan selama Orde Baru, menyebabkan beberapa kader Pemuda Pancasila di Sumatera Utara menjadi PNS dan menduduki posisi penting dalam jabatan birokrasi di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. 6 Keberadaan Pemuda Pancasila menjadi penting juga bagi seorang pejabat pemerintah daerah yang bukan berasal dari anggota Pemuda Pancasila. Selain untuk jaminan mempertahankan jabatan mereka di birokrasi, juga digunakan untuk mengamankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para PNS tersebut. Kenyataan tersebut terjadi karena keberadaan Pemuda Pancasila di Sumatera Utara pada masa Orde Baru digunakan sebagai operator kebijakan politik pemerintah dengan militer sebagai penyanggah utama. Kedudukan seperti itu membuat para pengurus Pemuda Pancasila di Sumatera Utara dapat memberikan pengaruh kepada kepala daerah untuk menentukan posisi jabatan seorang PNS. Relasi kepentingan di antara para pimpinan Pemuda Pancasila Sumatera Utara, birokrat, dan aparat keamanan sudah berlangsung sejak lama untuk mendukung rezim Orde Baru. Relasi kepentingan pemerintah Orde baru terhadap kelompok pemuda di Sumatera Utara yang diorganisir melalui Pemuda Pancasila bukan hanya untuk mengendalikan mereka agar tidak mbalelo terhadap pemerintah, tetapi juga dalam upaya menjadikannya sebagai “mesin politik” untuk memenangkan Golkar. Sebagaimana diketahui bahwa Golkar adalah partai bentukan pemerintah yang juga disebut sebagai “mesin politik” dan “pengumpul suara” dalam setiap pemilu untuk mendukung status quo Orde Baru. Melalui organisasi pemuda di Sumatera Utara itu diharapkan Golkar mendapatkan nilai tambah kekuatan Orde Baru dan agar Golkar dapat dijadikan sebagai pemenang dalam setiap pemilu di Sumatera Utara. 5 Rezim Orde Baru melakukan banyak cara untuk memperoleh mayoritas suara dalam pemilu antara lain dengan melakukan penetrasi birokrasi dan mengharuskan pegawai negeri memilih Golkar. Lihat Karl D. Jackson. 1980. “Bureaucratic Polity: A Theoretical Framework for The Analysis of Power and Communications in Indonesia”. dalam Political Power and Communication in Indonesia. ed. Lucian W. Pye. Berkley: University of California Press. hal. 3-22. Lihat juga Harold Crouch. 1980. “The New Order: The Prospect for Political Stability” dalam Indonesia: The Making of Nation. Ed. J.A.C. Mackie. Canberra: Research School of Pacific Studies, The Australian National University. hal. 659. 6 Keterangan ini diperoleh dari Amran YS dan Marzuki. Pada saat mereka menjabat sebagai Ketua DPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara beberapa kader Pemuda Pancasila yang berprofesi sebagai PNS menjadi pejabat pemerintah di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota. Universitas Indonesia Pentingnya memobilisasi kelompok pemuda di Sumatera Utara disebabkan karena alasan sejarah masa lalu yaitu bahwa pada masa Orde Lama kekuatan pemuda menjadi salah satu penghalang tumbuh suburnya kekuatan komunis di bawah pengaruh PKI dan memperkuat basis dukungan kepada pemerintah Orde Baru. Hasil dari mobilisasi organisasi pemuda, yang salah satunya melalui Pemuda Pancasila, menunjukkan dampak yang cukup luar biasa dalam menjaga stabilitas politik yang selalu menjadi masalah pada awal-awal pemerintah Orde Baru. Meskipun Pemuda Pancasila di Sumatera Utara hanya dijadikan sebagai pelaksana kebijakan Orde Baru di lapangan, tampaknya rezim Orde Baru berhasil menggalang kekuatan kalangan pemuda ini. Hampir tidak ada lagi kalangan pimpinan Pemuda Pancasila yang tidak masuk atau menjadi kekuatan pendukung Golkar dan birokrasi sebagai penyanggah kekuatan politiknya. Ketika terjadi perubahan politik dengan bergulirnya era reformasi dan jatuhnya rezim Orde Baru, tampaknya fenomena itu dibaca juga oleh kalangan tokoh Pemuda Pancasila di Sumatera Utara. Bila pada masa Orde Baru keterlibatan tokoh dan pimpinan Pemuda Pancasila di birokrasi tergantung dari Golkar, sekarang pada era reformasi tokoh Pemuda Pancasila mengajak para kepala daerah di tingkat provinsi dan kabupatenkota sebagai pengurus Pemuda Pancasila pada posisi Majelis Pembina Organisasi MPO tanpa memandang partai politik pendukungnya. Para tokoh dan pimpinan Pemuda Pancasila di Sumatera Utara menyadari bahwa salah satu sumber berlangsungnya aktivitas organisasi dan pendanaan berasal dari pemerintah baik dalam bentuk kemudahan mendapat perizinan maupun anggaran atau proyek pemerintah. Untuk memastikan agar kegiatan operasional tersebut berjalan dengan baik dan berkelanjutan maka MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara sangat berkepentingan menempatkan pejabat birokrasi terkait urusan tersebut dengan melakukan lobi kepada kepala daerah. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan pemilihan kepala daerah, Pemuda Pancasila selalu terlibat aktif dalam memberikan dukungan kepada calon tertentu agar kepentingannya dapat berjalan tanpa hambatan apapun. Dalam kaitan ini seorang narasumber mengatakan, “…saat ini, Pemuda Pancasila punya kepentingan dengan gubernur, bupati, dan walikota. Semampu-mampunya calon yang didukung harus menang karena kami punya kepentingan di birokrasi. Selain untuk mendukung kegiatan organisasi, kami berharap pemerintah bisa lebih baik. Banyak juga kader-kader PP yang ada Universitas Indonesia di birokrasi, itu perlu kami dorong punya karir yang bagus. Kami tidak penting partai politik karena kader kami ada di semua partai politik. Yang penting figur kepala daerahnya bisa bekerja sama di pemerintahan dengan kami…” 7 Narasumber lain juga mengatakan bahwa pada era reformasi ini kader-kader Pemuda Pancasila banyak yang menjabat posisi penting di birokrasi dan menjadi kepala daerah yang didukung dari berbagai partai politik. Anggota Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang menjabat bupatiwalikota terlihat dalam Tabel 5.1 di bawah ini. Tabel 5.1 Anggota Pemuda Pancasila yang Menduduki Jabatan BupatiWalikota di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 Nama Jabatan di Pemuda Pancasila Jabatan Eksekutif Amri Tambunan MPO PP Sumut Bupati Deli Serdang T. Erry Nuradi MPO PP Sumut Bupati Serdang Bedagai Tuani Lumban Tobing MPO PP Sumut Bupati Tapanuli Tengah Bahrumsyah Harahap MPO PP Sumut Bupati Padang Lawas Utara Taufan Gama Simatupang MPO PP Asahan Wakil Bupati Asahan Basrah Lubis MPO PP Palas Bupati Padang Lawas Sutan Oloan Harahap MPO PP Palas Wakil Bupati Padang Lawas Aldinz Rapolo Siregar Ketua MPO PP Tapsel Wakil Bupati Tapsel Anhar A. Monel Ketua MPO PP Binjai Wakil Walikota Binjai Tolo’aru Hulu MPO PP Nias Pj. Bupati Nias Utara Ngogesa Sitepu Ketua MPO PP Langkat Bupati Langkat Imal Raya Harahap MPO PP Siantar Wakil Walikota Siantar Sumber: MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, 2010. Selain menjabat sebagai kepala daerah, anggota Pemuda Pancasila juga banyak yang menjabat sebagai kepala dinas dan jabatan struktural setingkat eselon 2b di berbagai kabupaten dan kota maupun provinsi. 8 Sebagai organisasi pemuda yang memiliki pengaruh cukup penting di Sumatera Utara, beberapa tokoh Pemuda Pancasila memiliki keterkaitan dengan para kepala daerah tersebut. Jaringan di pemerintahan digunakan untuk mengajak para kepala daerah itu mendukung Syamsul Arifin dalam pemilihan gubernur. Sesuai instruksi yang telah ditetapkan oleh MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, maka menjadi kewajiban bagi seluruh anggota Pemuda 7 Wawancara dengan Dahroel Tamin, Sekretaris MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, 12 Oktober 2011 di kantor MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, pukul 14.00 Wib. 8 Daftar lengkapnya lihat dalam Lampiran 6 Disertasi ini. Universitas Indonesia Pancasila yang menjabat sebagai kepala daerah untuk memberikan dukungannya kepada Syamsul Arifin sebagai calon gubernur yang didukung. Beberapa kader Pemuda Pancasila yang menjabat sebagai bupati atau walikota di Provinsi Sumatera Utara tidak dapat mendukung Syamsul Arifin khususnya dalam menggerakkan mesin birokrasi. Para bupati dan walikota tersebut juga memiliki keterkaitan dengan partai politik yang mencalonkannya menjadi bupati atau karena mereka menjadi kader dari partai politik yang tidak mencalonkan Syamsul Arifin sebagai gubernur. Terhadap kader-kader Pemuda Pancasila dalam posisi seperti itu, pengurus MPW Pemuda Pancasila dapat memahaminya. Setidaknya diberikan penghormatan atas putusan organisasi dengan tidak melakukan kegiatan pemenangan kepada anggota atau simpatisan Pemuda Pancasila di wilayah kekuasaannya. Tetapi, jika ditemukan tindakan para pengurus Pemuda Pancasila yang mengajak aparat birokrasi di daerah kekuasaan bupatiwalikota itu, para kepala daerah tersebut dapat memahaminya sebagai satu penghormatan bagi keputusan organisasi. Tidak ada sanksi bagi aparatur birokrasi tersebut yang berbeda pilihan dengan kepala daerah. Amri Tambunan, Bupati Deli Serdang, adalah birokrat senior di Sumatera Utara yang terpilih menjadi bupati dua periode yaitu pada tahun 2003-2008 dan 2008-2013. Amri Tambunan adalah salah seorang tokoh yang sangat dekat dengan tokoh senior Pemuda Pancasila yaitu Anif Shah, sosok yang disegani dan dihormati oleh kader Pemuda Pancasila. Pada saat pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008, Amri Tambunan, telah dihubungi oleh pengurus MPW Pemuda Pancasila dan juga Anif Shah untuk memberikan dukungannya kepada Syamsul Arifin. Sebagai bupati dua periode, tentu Amri mampu mempengaruhi pemilih yang tinggal di Kabupaten Deli Serdang. Namun, permintaan pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dan Anif Shah sebagai sahabat ditolak oleh Amri Tambunan. Tidak diketahui secara persis alasan penolakan itu, tetapi dari beberapa informasi narasumber menyebutkan bahwa Amri Tambunan tidak begitu senang dengan cara Syamsul Arifin memimpin saat menjadi Bupati Langkat. Amri lebih cenderung berpihak kepada Tri Tamtomo, calon gubernur dari PDIP. Penolakan itu juga bukan berarti Amri Tambunan menghalangi anggota Pemuda Pancasila di Kabupaten Deli Serdang pada saat melakukan kegiatan pemenangan seperti sosialisasi dan kampanye serta pemasangan alat peraga. Universitas Indonesia Terlepas dari ketidaksetujuan Amri Tambunan terkait urusan pribadinya dengan Syamsul Arifin, tetapi Pemuda Pancasila telah meminta agar Amri dapat memahami keputusan organisasi yang mendukung Syamsul Arifin sebagai gubernur. Amri Tambunan tidak begitu memperdulikan laporan dari berbagai pihak tentang kegiatan tim pemenangan yang dilakukan Pemuda Pancasila di Deli Serdang dengan melibatkan aparatur birokrasi. Sebagi contoh salah seorang ketua Pemuda Pancasila di kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang pernah menggelar pertemuan masyarakat dengan Syamsul Arifin. Saat itu camat di Lubuk Pakam memberikan bantuan pada pertemuan tersebut atas permintaan ketua anak cabang Pemuda Pancasila di wilayah itu. Camat Lubuk Pakam yang memberikan bantuan atas permintaan Ketua Pemuda Pancasila Kecamatan Lubuk Pakam ternyata juga sering dibantu oleh Pemuda Pancasila untuk menjaga keamanan di wilayah kerjanya. Lubuk Pakam dikenal sebagai ibukota Kabupaten Deli Serdang dan pusat perekonomian masyarakat. Sebagai kota kecil yang menjadi lokasi perdagangan sehari-hari bagi masyarakat Deli Serdang, maka potensi kerawanan seperti perkelahian, perampokan, dan bentuk kejahatan lainnya sangat tinggi. Untuk menjaga situasi aman itulah, camat Lubuk Pakam mengajak organisasi pemuda khususnya Pemuda Pancasila menjaga keamanan daerah itu. Atas dasar itu pula, pemerintah di tingkat kecamatan tidak bisa sesukanya mempengaruhi warga agar memilih Tri Tamtomo dalam pemilihan gubernur, sebagaimana anjuran bupatinya sendiri. Meski tidak bisa dibuktikan peran Pemuda Pancasila Kabupaten Deli Serdang dalam memenangkan gubernur yang didukung di daerah ini, ternyata Syamsul Arifin memperoleh suara lebih tertinggi dari calon lainnya yaitu 227.804 suara. Sementara Tri Tamtomo yang didukung Amri Tambunan memperoleh suara terbanyak kedua sebesar 146.457 suara. Di Kabupaten Serdang Bedagai, T. Erry Nuradi, adalah kader Partai Golkar yang menjabat sebagai bupati. Bupati yang memperoleh sejumlah penghargaan atas prestasi pengelolaan pemerintahan itu merupakan anggota Pemuda Pancasila yang menjabat sebagai Majelis Pembina Organisasi Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara. Pada pemilihan gubernur, Partai Golkar mencalonkan Ali Umri. Tentu saja sebagai kader Partai Golkar, T. Erry Nuradi diminta untuk memenangkan Ali Umri dalam pemilihan gubernur di wilayahnya. Erry Nuradi sangat mengerti alasan Pemuda Pancasila Sumatera Utara mendukung Syamsul Arifin dan sangat tidak senang kepada Ali Umri. Beberapa pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dan pengurus Pemuda Universitas Indonesia Pancasila Kabupaten Serdang Bedagai meminta kepada Erry Nuradi untuk juga membantu Syamsul Arifin dalam kegiatan pemenangan. Tindakan itu dilakukan oleh pengurus Pemuda Pancasila karena pada saat pemilihan bupati tahun 2005, dukungan Pemuda Pancasila diberikan kepada Erry Nuradi. Sebagai bupati, Erry Nuradi memiliki strategi tersendiri menyikapi permintaan dukungan di Serdang Bedagai dari para calon gubernur. Penilaian Erry tentang kontestasi pemilihan gubernur bahwa Syamsul Arifin memiliki peluang menang lebih besar ketimbang calon lainnya. Sebagai kader Partai Golkar dan anggota MPO Pemuda Pancasila, Erry Nuradi, harus punya strategi yang baik agar kedua organisasi itu merasa mendapat perhatiannya di Serdang Bedagai. 9 Beberapa pejabat struktural setingkat kepala dinas di Kabupaten Serdang Bedagai tercatat sebagai pengurus teras Pemuda Pancasila seperti ES salah seorang kabid di Dinas Pekerjaan Umum dan IS kepala Unit Pelayanan Terpadu. Dari kedua pejabat struktural itulah, Pemuda Pancasila mendapatkan beberapa kemudahan dalam melakukan penggalangan massa untuk kegiatan pemenangan Syamsul Arifin. Meski Erry Nuradi, sebagai bupati, mengetahui tindakan stafnya itu namun tidak ada sanksi diberikan kepada mereka. Hal itu dilakukan agar posisi Erry Nuradi baik di Golkar maupun Pemuda Pancasila tidak mengalami persoalan, terutama untuk kepentingan keamanan pemerintahan di Kabupaten Serdang Bedagai. Perolehan suara Syamsul Arifin di Kabupaten Serdang Bedagai lebih besar ketimbang Ali Umri yaitu masing-masing 71.073 suara dan 45.460 suara. Sedangkan Tri Tamtomo memperoleh suara di atas Ali Umri yaitu 54.009 suara. Taufan Gama Simatupang menjadi Plt. pelaksana tugas Bupati Asahan pada saat pemilihan gubernur dilaksanakan. Taufan berkarir sebagai birokrat mulai dari camat hingga menjabat sebagai asisten eselon 2b di Kabupaten Asahan dan sangat dekat dengan beberapa tokoh Pemuda Pancasila. Pilihan Taufan mendukung Syamsul Arifin dianggap oleh kader Pemuda Pancasila sebagai pilihan yang tepat. Taufan pun kemudian melakukan banyak kegiatan pemenangan Syamsul Arifin di Asahan yang melibatkan pejabat setingkat kepala dinas hingga camat. Setiap acara sosialisasi dan kampanye yang dilakukan Pemuda Pancasila di Asahan untuk Syamsul Arifin selalu dibantu oleh camat. Di Kabupaten Asahan, Syamsul Arifin memperoleh suara sebanyak 80.349. 9 Pembicaraan pribadi dengan Erry Nuradi, Bupati Serdang Bedagai, 5 November 2011, di Jakarta. Universitas Indonesia Di wilayah yang basis etnis dan agamanya begitu kuat, pengaruh Pemuda Pancasila kepada aparatur birokrasi yang dilakukan melalui kepala daerah, tidak begitu signifikan. Di antara daerah tersebut adalah Tapanuli bagian selatan dikenal sebagai daerah berbasis etnis Mandailing. Pilihan bupati atau kepala daerah tentu sangat mempertimbangkan unsur etnis karena mayoritas masyarakat di daerah tersebut sangat primordialis. Sedangkan di daerah-daerah Toba yang mayoritas pemilihnya beragama Kristen, maka pilihan kepala daerah dan birokrasinya mengarah pada calon yang bergama sama. Untuk wilayah dengan karakteristik homogen tersebut, pimpinan Pemuda Pancasila tidak begitu memberikan beban kepada kader Pemuda Pancasila yang menjabat sebagai kepala daerah maupun pejabat birokrasi untuk mendukung Syamsul Arifin. Namun, jika para anggota Pemuda Pancasila yang menjadi bupati atau walikota mengetahui salah seorang pejabat birokrasi pemerintahnya berpihak kepada Syamsul Arifin tidak akan dikenakan sanksi apapun. Pemilih yang paling besar dari jumlah dan pengaruhnya berada di Kota Medan. Di ibukota Provinsi Sumatera Utara, pengaruh Pemuda Pancasila Sumatera Utara terhadap birokrasi di Kota Medan cukup kuat. Pada saat itu Walikota Medan, Abdillah, tersangkut kasus korupsi dan ditahan oleh KPK. Affifudin Lubis yang menjabat sebagai pelaksana tugas Walikota Medan adalah pejabat birokrasi yang sangat akrab dengan tokoh Pemuda Pancasila di Kota Medan. Affifudin Lubis tidak bisa mengarahkan aparatur birokrasi untuk mendukung salah satu calon meski punya kedekatan dengan pengurus Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Pejabat birokrasi di Kota Medan yang tercatat sebagai anggota Pemuda Pancasila adalah Randiman Tarigan Kadis Pendapatan Daerah Kota Medan. Randiman termasuk salah seorang pejabat pemerintah Kota Medan yang sering membantu kegiatan pemenangan Syamsul Arifin. Randiman diminta secara khusus oleh Darwin Nasution untuk membantu kegiatan pemenangan Syamsul Arifin. Permintaan itu dilakukan karena kelancaran tugas-tugas pengamanan dalam ruang lingkup kerja Randiman sebagai kepala dinas, banyak dibantu oleh Pemuda Pancasila. Selain Randiman Tarigan, hampir seluruh camat di Kota Medan sering berinteraksi dengan pengurus Pemuda Pancasila baik di tingkat kecamatan maupun provinsi. Urusan itu terkait dengan soal keamanan di lokasi kecamatan seperti lahan perparkiran, bantuan jasa pengamanan proyek bangunan yang sedang berjalan, dan lain sebagainya. Tidak sedikit para camat yang ada di Pemerintah Kota Medan adalah Universitas Indonesia bagian dari kerabat tokoh Pemuda Pancasila. 10 Karena itu pula, pada saat dilakukan kegiatan pertemuan Syamsul Arifin dengan masyarakat, beberapa camat di Kota Medan yang terkait dengan Pemuda Pancasila selalu membantu sesuai dengan arahan dari seorang pengurus Pemuda Pancasila. Adanya intervensi dan pengaruh dari beberapa pengurus Pemuda Pancasila Sumatera Utara terhadap birokrasi dalam pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan pendekatan kepada bupati atau walikota. Di samping itu, beberapa pengurus Pemuda Pancasila, mendekati pejabat birokrasi seperti kepala dinas hingga camat secara personal untuk membantu kegiatan pemenangan Syamsul Arifin. Hal itu dilakukan karena relasi yang sudah terjalin selama ini antara Pemuda Pancasila dengan beberapa pejabat di lingkungan pemerintahan. Relasi itu terkait dengan urusan pemberian izin dan pengerjaan proyek-proyek pemerintah melalui APBD. Kedua bentuk relasi itu dapat menghasilkan keuntungan ekonomi yang bisa dinikmati secara bersama-sama. Bagi para pejabat pemerintahan yang menjalin relasi dengan pengurus Pemuda Pancasila, setidaknya dapat menjanjikan karir pekerjaan di pemerintahan menjadi lebih baik karena pengaruh beberapa pengurus Pemuda Pancasila kepada bupatiwalikota. Beberapa informan menjelaskan bahwa organisasi Pemuda Pancasila membutuhkan dana untuk menjalankan aktivitas yang telah disetujui. Sumber dana organisasi diperoleh dari sumbangan donatur tetap dan tidak tetap, usaha mandiri yang dilakukan oleh Pemuda Pancasila dan kader-kader yang memperoleh pekerjaan dari organisasi, serta usaha-usaha lainnya yang dapat menghasilkan keuntungan. Hampir seluruh sumber dana yang diperoleh itu berikaitan dengan urusan-urusan di pemerintahan. Atas dasar itu, akan memudahkan bagi pengurus Pemuda Pancasila untuk menjalankan kegiatan organisasinya, jika gubernur terpilih adalah calon yang didukung. Adanya kepentingan ekonomi ini akan menjadi fakta empiris yang akan diuraikan dalam sub bab berikut tentang relasi Pemuda Pancasila dengan pengusaha lokal. 10 Diperoleh dari pengamatan selama penelitian, beberapa pengurus harian MPW Pemuda Pancasila menyebutkan memiliki kerabat yang menjabat sebagai camat, kepala bagian atau kepala dinas di Pemko Medan. Universitas Indonesia

5.2. Pemuda Pancasila dan Pengusaha Lokal

Dokumen yang terkait

Strategi Kampanye Pasangan Calon H.Syamsul Arifin Dan Gatot Pujonugroho Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

1 51 161

Kebijakan Dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Analisis Pada : Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)

4 96 75

Solusi Atas Isu Politik Tentang Calon Independen Dan Ajakan Golput Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008.

0 0 14

TATACARA PENDAFTARAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR_PARPOL

0 0 26

Opini Mahasiswa Kota Medan Terhadap Iklan Politik Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018

0 0 10

Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 87

Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 11

BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA: PERSPEKTIF HISTORIS, DINAMIKA SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK - Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Waki

0 1 58

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 51

Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 18