Universitas Indonesia
BAB 5 PEMANFAATAN JARINGAN BIROKRASI, PENGUSAHA LOKAL, MEDIA
DAN PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN GUBERNUR PROVINSI SUMATERA UTARA
Pemuda  Pancasila  menjadi  salah  satu  organisasi  pemuda  yang  tumbuh  dan berkembang  bersamaan  dengan  menguatnya  pemerintah  Orde  Baru.  Setelah  reformasi
bergulir dan diterapkannya desentralisasi, tidak sedikit kader Pemuda Pancasila menjadi pengurus  partai  politik,  anggota  legislatif  dan  sukes  di  bidang  bisnis.  Bagi  mereka,
kebijakan  otonomi  daerah  menyediakan  kesempatan  yang  lebih  menguntungkan  bagi aktivitas  politik  dan  bisnis,  ketimbang  masa  Orde  Baru.  Jaringan  yang  menyebar  ke
lembaga  birokrasi,  pengusaha  lokal,  dan  media  massa  menjadi  semacam  penguat mereka untuk tetap menguasai akses politik dan ekonomi di tingkat lokal.
Bab  ini  akan  membahas  relasi  Pemuda  Pancasila  dengan  birokrasi,  pengusaha, dan media massa saat berlangsungnya proses pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
Provinsi  Sumatera  Utara.  Relasi  yang  akan  dijelaskan  dalam  bab  ini  adalah  cara  yang dilakukan  Pemuda  Pancasila  memanfaatkan  birokrasi,  pengusaha,  dan  media  massa
untuk  memenangkan  calon  gubernur  yang  didukung  Pemuda  Pancasila.  Dari pemanfaatan  tersebut,  akan  dianalisis  model  relasi  di  antara  Pemuda  Pancasila  dengan
birokrasi, pengusaha, dan media cetak lokal pada saat pelaksanaan pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara.
5.1. Pemuda Pancasila dan Birokrasi Lokal
Pada masa pemerintahan Orde Baru, Presiden Soeharto melakukan serangkaian kebijakan bidang politik yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas politik. Di antara
kebijakan  itu  terkait  dengan  strategi  korporatisme  yaitu  setiap  kelompok-kelompok kepentingan  yang  ada  di  dalam  masyarakat  harus  melebur  dalam  wadah  tunggal.
1
Strategi  korporatisme  ini  disebut  oleh  Dwight  Y  King  sebagai  konsep  korporatisme negara  dengan  ciri  bahwa  unit-unit  pokok  organisasi  masyarakat  dibentuk  menjadi
organ-organ  pembantu  dan  tergantung  sepenuhnya  pada  negara  daripada  dengan korporatisme  masyarakat.  Dalam  hal  ini,  legitimasi  dan  bekerjanya  negara  tergantung
1
Lihat Affan Gafar. 1992. Javanese Voters. Yogyakarta: Gajahmada Press. hal 17.
226
Universitas Indonesia
pada  dukungan  dan  pengakuan  atas  unsur-unsur  pokok  berupa  unit-unit  persekutuan yang otonom.
2
Manuel Kaisiepo menjelaskan bahwa korporatisme yang terjadi pada masa Orde Baru  dapat  dipahami  sebagai  monopolisasi  perwakilan  kepentingan  oleh  organisasi-
organisasi  fungsional,  didukung  secara  resmi,  tidak  saling  bersaing  dan  diawasi  oleh agen-agen  negara.  Sistem  korporatis  negara  membuat  segmentasi  masyarakat,  secara
vertikal, mengungkung individu dan kelompok dalam kerangka struktur yang ditetapkan secara  legal  dan  mendapat  legitimasi  keberadaan  mereka  dari  dan  diintegrasikan  oleh
suatu  pusat  birokrasi  tunggal.
3
Model  korporatisme  negara  ini  membuat  pola konfrontasi  kelompok  yang  cenderung  membahayakan  otonomi  kekuasaan  eksekutif.
Kemudian  melakukan  mobilisasi  masyarakat  tanpa  diikuti  partisipasi  masyarakat  yang otonom,  spontan  dan  kalkulatif.  Berbagai  elemen  kelompok  masyarakat  dalam  bentuk
organisasi-organisasi fungsional diwadahi oleh satu perwakilan saja ketika berhubungan dengan  negara.  Salah  satu  kelompok  atau  organisasi  fungsional  itu  adalah  kelompok
pemuda  yang  berwadah  dalam  Komite  Nasional  Pemuda  Indonesia  KNPI  dan beraliansi  secara  strategis  dengan  kekuatan  politik  partai  yang  sedang  berkuasa  yaitu
Golongan Karya. Pada  masa  Orde  Baru,  salah  satu  sumber  pemimpin  organisasi  pemuda  yang
dapat  menjadi  pengurus  teras  KNPI  adalah  organisasi  pemuda  yang  memiliki  kaitan dengan  Golongan  Karya.  Untuk  menguatkan  dukungan  pemerintah  Orde  Baru,  proses
rekrutmen dan kaderisasi yang dilakukan Golongan Karya salah satunya bersumber dari kader  Pemuda  Pancasila,  selain  sumber-sumber  lain  yang  menjadi  underbouw
4
partai penguasa itu. Untuk menguji loyalitas kader Pemuda Pancasila kepada rezim Orde Baru
maka  serangkaian  seleksi  dilakukan  dari  mulai  tugas-tugas  kepanitiaan  kecil  hingga kegiatan  pengamanan  perolehan  suara  pemilu  untuk  Golongan  Karya.  Setiap  prestasi
yang  diraih  oleh  seorang  kader  Pemuda  Pancasila  dalam  memobilisasi  massa  pada penyelenggaraan  pemilu  diberikan  penghargaan  secara  khusus.  Di  antara  bentuk
penghargaan  itu  adalah  menjadi  pegawai  negeri  sipil  PNS  baik  di  tingkat  pusat
2
Dwight  Y.  King.  “Indonesia  New  Order  as  a  Bureaucratic  Polity,  a  Newpatrimonial  Regime  or  a Bureaucratic-Authoritarian  Regime:  What  Difference  Does  it  Make?”  dalam  Interpreting  Indonesian
Politics. 1982. ed. Anderson dan Kahin. Ithaca: Cornell Southeast Asia Program Publication. hal. 168
3
Manuel  Kaisiepo.  1987.  “Dari  Kepolitikan  Birokratik  ke  Korporatisme  Negara  di  Indonesia”.  Dalam Jurnal Ilmu Politik. No. 2-1987. Jakarta: Kerjasama AIPI, LIPI, dan PT. Gramedia. hal. 31.
4
Pada  masa  Orde  Baru,  banyak  organisasi  kemasyarakatan  yang  menjadi  underbow  nya  Golkar  seperti MKGR, SOKSI, AMPI, LDI, dan lain sebagainya. Lihat Akbar Tanjung. 2007. The Golkar Way: Survival
Partai Golkar di Tengah Turbulensi Politik Era Transisi. Jakarta: Gramedia.
Universitas Indonesia
maupun  lokal.
5
Pola  rekrutmen  dan  kaderisasi  Pemuda  Pancasila  yang  menjanjikan kehidupan lebih baik, menjadi motivasi untuk berprestasi bagi para pemuda yang cerdas
dan mampu menunjukkan loyalitas tinggi kepada pemimpin organisasinya. Dampak  dari  pola  mobilisasi  yang  dilakukan  selama  Orde  Baru,  menyebabkan
beberapa  kader  Pemuda  Pancasila  di  Sumatera  Utara  menjadi  PNS  dan  menduduki posisi  penting  dalam  jabatan  birokrasi  di  Pemerintah  Provinsi  Sumatera  Utara.
6
Keberadaan  Pemuda  Pancasila  menjadi  penting  juga  bagi  seorang  pejabat  pemerintah daerah  yang  bukan  berasal  dari  anggota  Pemuda  Pancasila.  Selain  untuk  jaminan
mempertahankan  jabatan  mereka  di  birokrasi,  juga  digunakan  untuk  mengamankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab para PNS tersebut. Kenyataan tersebut terjadi
karena  keberadaan  Pemuda  Pancasila  di  Sumatera  Utara  pada  masa  Orde  Baru digunakan  sebagai  operator  kebijakan  politik  pemerintah  dengan  militer  sebagai
penyanggah utama. Kedudukan seperti itu membuat para pengurus Pemuda Pancasila di Sumatera  Utara  dapat  memberikan  pengaruh  kepada  kepala  daerah  untuk  menentukan
posisi  jabatan  seorang  PNS.  Relasi  kepentingan  di  antara  para  pimpinan  Pemuda Pancasila Sumatera Utara, birokrat, dan aparat keamanan sudah berlangsung sejak lama
untuk mendukung rezim Orde Baru. Relasi  kepentingan  pemerintah  Orde  baru  terhadap  kelompok  pemuda  di
Sumatera  Utara  yang  diorganisir  melalui  Pemuda  Pancasila  bukan  hanya  untuk mengendalikan  mereka  agar  tidak  mbalelo  terhadap  pemerintah,  tetapi  juga  dalam
upaya  menjadikannya  sebagai  “mesin  politik”  untuk  memenangkan  Golkar. Sebagaimana  diketahui  bahwa  Golkar  adalah  partai  bentukan  pemerintah  yang  juga
disebut  sebagai  “mesin  politik”  dan  “pengumpul  suara”  dalam  setiap  pemilu  untuk mendukung  status  quo  Orde  Baru.  Melalui  organisasi  pemuda  di  Sumatera  Utara  itu
diharapkan  Golkar  mendapatkan  nilai  tambah  kekuatan  Orde  Baru  dan  agar  Golkar dapat dijadikan sebagai pemenang dalam setiap pemilu di Sumatera Utara.
5
Rezim Orde Baru melakukan banyak cara untuk memperoleh mayoritas suara dalam pemilu antara lain dengan melakukan penetrasi birokrasi dan mengharuskan pegawai negeri memilih Golkar. Lihat Karl D.
Jackson.  1980.  “Bureaucratic  Polity:  A  Theoretical  Framework  for  The  Analysis  of  Power  and Communications  in  Indonesia”.  dalam  Political Power and Communication in Indonesia.  ed.  Lucian  W.
Pye.  Berkley:  University  of  California  Press.  hal.  3-22.  Lihat  juga  Harold  Crouch.  1980.  “The  New Order: The Prospect for Political Stability” dalam Indonesia: The Making of Nation. Ed. J.A.C. Mackie.
Canberra: Research School of Pacific Studies, The Australian National University. hal. 659.
6
Keterangan ini diperoleh dari Amran YS dan Marzuki. Pada saat mereka menjabat sebagai Ketua DPW Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara  beberapa  kader  Pemuda  Pancasila  yang  berprofesi  sebagai  PNS
menjadi pejabat pemerintah di tingkat provinsi maupun kabupaten dan kota.
Universitas Indonesia
Pentingnya  memobilisasi  kelompok  pemuda  di  Sumatera  Utara  disebabkan karena  alasan  sejarah  masa  lalu  yaitu  bahwa  pada  masa  Orde  Lama  kekuatan  pemuda
menjadi salah satu penghalang tumbuh suburnya kekuatan komunis di bawah pengaruh PKI  dan  memperkuat  basis  dukungan  kepada  pemerintah  Orde  Baru.  Hasil  dari
mobilisasi  organisasi  pemuda,  yang  salah  satunya  melalui  Pemuda  Pancasila, menunjukkan  dampak  yang  cukup  luar  biasa  dalam  menjaga  stabilitas  politik  yang
selalu  menjadi  masalah  pada  awal-awal  pemerintah  Orde  Baru.  Meskipun  Pemuda Pancasila di Sumatera Utara hanya dijadikan sebagai pelaksana kebijakan Orde Baru di
lapangan, tampaknya rezim Orde Baru berhasil menggalang kekuatan kalangan pemuda ini. Hampir tidak ada lagi kalangan pimpinan Pemuda Pancasila yang tidak masuk atau
menjadi  kekuatan  pendukung  Golkar  dan  birokrasi  sebagai  penyanggah  kekuatan politiknya.
Ketika terjadi perubahan politik dengan bergulirnya era reformasi dan jatuhnya rezim  Orde  Baru,  tampaknya  fenomena  itu  dibaca  juga  oleh  kalangan  tokoh  Pemuda
Pancasila  di  Sumatera  Utara.  Bila  pada  masa  Orde  Baru  keterlibatan  tokoh  dan pimpinan  Pemuda  Pancasila  di  birokrasi  tergantung  dari  Golkar,  sekarang  pada  era
reformasi tokoh Pemuda Pancasila mengajak para kepala daerah di tingkat provinsi dan kabupatenkota  sebagai  pengurus  Pemuda  Pancasila  pada  posisi  Majelis  Pembina
Organisasi  MPO  tanpa  memandang  partai  politik  pendukungnya.  Para  tokoh  dan pimpinan  Pemuda  Pancasila  di  Sumatera  Utara  menyadari  bahwa  salah  satu  sumber
berlangsungnya aktivitas organisasi dan pendanaan berasal dari pemerintah baik dalam bentuk kemudahan mendapat perizinan maupun anggaran atau proyek pemerintah.
Untuk memastikan agar kegiatan operasional tersebut berjalan dengan baik dan berkelanjutan  maka  MPW  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara  sangat  berkepentingan
menempatkan  pejabat  birokrasi  terkait  urusan  tersebut  dengan  melakukan  lobi  kepada kepala  daerah.  Oleh  karena  itu,  setiap  pelaksanaan  pemilihan  kepala  daerah,  Pemuda
Pancasila  selalu  terlibat  aktif  dalam  memberikan  dukungan  kepada  calon  tertentu  agar kepentingannya  dapat  berjalan  tanpa  hambatan  apapun.  Dalam  kaitan  ini  seorang
narasumber mengatakan, “…saat ini, Pemuda Pancasila punya kepentingan dengan gubernur, bupati, dan
walikota. Semampu-mampunya calon yang didukung harus menang karena kami punya  kepentingan  di  birokrasi.  Selain  untuk  mendukung  kegiatan  organisasi,
kami berharap pemerintah bisa lebih baik. Banyak juga kader-kader PP yang ada
Universitas Indonesia
di birokrasi, itu perlu kami dorong punya karir yang bagus. Kami tidak penting partai politik karena kader kami ada di semua partai politik. Yang penting figur
kepala daerahnya bisa bekerja sama di pemerintahan dengan kami…”
7
Narasumber  lain  juga  mengatakan  bahwa  pada  era  reformasi  ini  kader-kader Pemuda Pancasila banyak yang menjabat posisi penting di birokrasi dan menjadi kepala
daerah yang didukung dari berbagai partai politik. Anggota Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang menjabat bupatiwalikota terlihat dalam Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Anggota Pemuda Pancasila yang Menduduki Jabatan BupatiWalikota di Wilayah
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008
Nama Jabatan di
Pemuda Pancasila Jabatan Eksekutif
Amri Tambunan MPO PP Sumut
Bupati Deli Serdang T. Erry Nuradi
MPO PP Sumut Bupati Serdang Bedagai
Tuani Lumban Tobing MPO PP Sumut
Bupati Tapanuli Tengah Bahrumsyah Harahap
MPO PP Sumut Bupati Padang Lawas Utara
Taufan Gama Simatupang MPO PP Asahan
Wakil Bupati Asahan Basrah Lubis
MPO PP Palas Bupati Padang Lawas
Sutan Oloan Harahap MPO PP Palas
Wakil Bupati Padang Lawas Aldinz Rapolo Siregar
Ketua MPO PP Tapsel Wakil Bupati Tapsel
Anhar A. Monel Ketua MPO PP Binjai
Wakil Walikota Binjai Tolo’aru Hulu
MPO PP Nias Pj. Bupati Nias Utara
Ngogesa Sitepu Ketua MPO PP Langkat  Bupati Langkat
Imal Raya Harahap MPO PP Siantar
Wakil Walikota Siantar
Sumber: MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, 2010.
Selain menjabat sebagai kepala daerah, anggota Pemuda Pancasila juga banyak yang  menjabat  sebagai  kepala  dinas  dan  jabatan  struktural  setingkat  eselon  2b  di
berbagai  kabupaten  dan  kota  maupun  provinsi.
8
Sebagai  organisasi  pemuda  yang memiliki pengaruh cukup penting di Sumatera Utara, beberapa tokoh Pemuda Pancasila
memiliki  keterkaitan  dengan  para  kepala  daerah  tersebut.  Jaringan  di  pemerintahan digunakan  untuk  mengajak  para  kepala  daerah  itu  mendukung  Syamsul  Arifin  dalam
pemilihan  gubernur.  Sesuai  instruksi  yang  telah  ditetapkan  oleh  MPW  Pemuda Pancasila  Sumatera  Utara,  maka  menjadi  kewajiban  bagi  seluruh  anggota  Pemuda
7
Wawancara  dengan  Dahroel  Tamin,  Sekretaris  MPW  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara,  12  Oktober 2011 di kantor MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, pukul 14.00 Wib.
8
Daftar lengkapnya lihat dalam Lampiran 6 Disertasi ini.
Universitas Indonesia
Pancasila yang menjabat sebagai kepala daerah untuk memberikan dukungannya kepada Syamsul Arifin sebagai calon gubernur yang didukung.
Beberapa  kader  Pemuda  Pancasila  yang  menjabat  sebagai  bupati  atau  walikota di  Provinsi  Sumatera  Utara  tidak  dapat  mendukung  Syamsul  Arifin  khususnya  dalam
menggerakkan  mesin  birokrasi.  Para  bupati  dan  walikota  tersebut  juga  memiliki keterkaitan  dengan  partai  politik  yang  mencalonkannya  menjadi  bupati  atau  karena
mereka  menjadi  kader  dari  partai  politik  yang  tidak  mencalonkan  Syamsul  Arifin sebagai  gubernur.  Terhadap  kader-kader  Pemuda  Pancasila  dalam  posisi  seperti  itu,
pengurus  MPW  Pemuda  Pancasila  dapat  memahaminya.  Setidaknya  diberikan penghormatan  atas  putusan  organisasi  dengan  tidak  melakukan  kegiatan  pemenangan
kepada  anggota  atau  simpatisan  Pemuda  Pancasila  di  wilayah  kekuasaannya.  Tetapi, jika  ditemukan  tindakan  para  pengurus  Pemuda  Pancasila  yang  mengajak  aparat
birokrasi  di  daerah  kekuasaan  bupatiwalikota  itu,  para  kepala  daerah  tersebut  dapat memahaminya sebagai satu penghormatan bagi keputusan organisasi. Tidak ada sanksi
bagi aparatur birokrasi tersebut yang berbeda pilihan dengan kepala daerah. Amri Tambunan, Bupati Deli Serdang, adalah birokrat senior di Sumatera Utara
yang  terpilih  menjadi  bupati  dua  periode  yaitu  pada  tahun  2003-2008  dan  2008-2013. Amri  Tambunan  adalah  salah  seorang  tokoh  yang  sangat  dekat  dengan  tokoh  senior
Pemuda  Pancasila  yaitu  Anif  Shah,  sosok  yang  disegani  dan  dihormati  oleh  kader Pemuda Pancasila. Pada saat pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008,
Amri Tambunan, telah dihubungi oleh pengurus MPW Pemuda Pancasila dan juga Anif Shah  untuk  memberikan  dukungannya  kepada  Syamsul  Arifin.  Sebagai  bupati  dua
periode,  tentu  Amri  mampu  mempengaruhi  pemilih  yang  tinggal  di  Kabupaten  Deli Serdang.
Namun, permintaan pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara dan Anif Shah sebagai sahabat ditolak oleh Amri Tambunan. Tidak diketahui secara persis alasan
penolakan  itu,  tetapi  dari  beberapa  informasi  narasumber  menyebutkan  bahwa  Amri Tambunan  tidak  begitu  senang  dengan  cara  Syamsul  Arifin  memimpin  saat  menjadi
Bupati  Langkat.  Amri  lebih  cenderung  berpihak  kepada  Tri  Tamtomo,  calon  gubernur dari  PDIP.  Penolakan  itu  juga  bukan  berarti  Amri  Tambunan  menghalangi  anggota
Pemuda  Pancasila  di  Kabupaten  Deli  Serdang  pada  saat  melakukan  kegiatan pemenangan seperti sosialisasi dan kampanye serta pemasangan alat peraga.
Universitas Indonesia
Terlepas dari ketidaksetujuan Amri Tambunan terkait urusan pribadinya dengan Syamsul  Arifin,  tetapi  Pemuda  Pancasila  telah  meminta  agar  Amri  dapat  memahami
keputusan  organisasi  yang  mendukung  Syamsul  Arifin  sebagai  gubernur.  Amri Tambunan  tidak  begitu  memperdulikan  laporan  dari  berbagai  pihak  tentang  kegiatan
tim pemenangan yang dilakukan Pemuda Pancasila di Deli Serdang dengan melibatkan aparatur  birokrasi.  Sebagi  contoh  salah  seorang  ketua  Pemuda  Pancasila  di  kecamatan
Lubuk  Pakam  Kabupaten  Deli  Serdang  pernah  menggelar  pertemuan  masyarakat dengan  Syamsul  Arifin.  Saat  itu  camat  di  Lubuk  Pakam  memberikan  bantuan  pada
pertemuan tersebut atas permintaan ketua anak cabang Pemuda Pancasila di wilayah itu. Camat Lubuk Pakam yang memberikan bantuan atas permintaan Ketua Pemuda
Pancasila Kecamatan Lubuk Pakam ternyata juga sering dibantu oleh Pemuda Pancasila untuk  menjaga  keamanan  di  wilayah  kerjanya.  Lubuk  Pakam  dikenal  sebagai  ibukota
Kabupaten Deli Serdang dan pusat perekonomian masyarakat. Sebagai kota kecil yang menjadi  lokasi  perdagangan  sehari-hari  bagi  masyarakat  Deli  Serdang,  maka  potensi
kerawanan  seperti  perkelahian,  perampokan,  dan  bentuk  kejahatan  lainnya  sangat tinggi.  Untuk  menjaga  situasi  aman  itulah,  camat  Lubuk  Pakam  mengajak  organisasi
pemuda  khususnya  Pemuda  Pancasila  menjaga  keamanan  daerah  itu.  Atas  dasar  itu pula, pemerintah di tingkat kecamatan tidak bisa sesukanya mempengaruhi warga agar
memilih  Tri  Tamtomo  dalam  pemilihan  gubernur,  sebagaimana  anjuran  bupatinya sendiri.  Meski  tidak  bisa  dibuktikan  peran  Pemuda  Pancasila  Kabupaten  Deli  Serdang
dalam  memenangkan  gubernur  yang  didukung  di  daerah  ini,  ternyata  Syamsul  Arifin memperoleh suara lebih tertinggi dari calon lainnya yaitu 227.804 suara. Sementara Tri
Tamtomo yang didukung Amri Tambunan memperoleh suara terbanyak kedua sebesar 146.457 suara.
Di Kabupaten Serdang Bedagai, T. Erry Nuradi, adalah kader Partai Golkar yang menjabat sebagai bupati. Bupati yang memperoleh sejumlah penghargaan atas prestasi
pengelolaan  pemerintahan  itu  merupakan  anggota  Pemuda  Pancasila  yang  menjabat sebagai  Majelis  Pembina  Organisasi  Pemuda  Pancasila  Provinsi  Sumatera  Utara.  Pada
pemilihan  gubernur,  Partai  Golkar  mencalonkan  Ali  Umri.  Tentu  saja  sebagai  kader Partai Golkar, T. Erry Nuradi diminta untuk memenangkan Ali Umri dalam pemilihan
gubernur  di  wilayahnya.  Erry  Nuradi  sangat  mengerti  alasan  Pemuda  Pancasila Sumatera Utara mendukung Syamsul Arifin dan sangat tidak senang kepada Ali Umri.
Beberapa  pengurus  MPW  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara  dan  pengurus  Pemuda
Universitas Indonesia
Pancasila  Kabupaten  Serdang  Bedagai  meminta  kepada  Erry  Nuradi  untuk  juga membantu  Syamsul  Arifin  dalam  kegiatan  pemenangan.  Tindakan  itu  dilakukan  oleh
pengurus  Pemuda  Pancasila  karena  pada  saat  pemilihan  bupati  tahun  2005,  dukungan Pemuda Pancasila diberikan kepada Erry Nuradi.
Sebagai  bupati,  Erry  Nuradi  memiliki  strategi  tersendiri  menyikapi  permintaan dukungan  di  Serdang  Bedagai  dari  para  calon  gubernur.  Penilaian  Erry  tentang
kontestasi  pemilihan  gubernur  bahwa  Syamsul  Arifin  memiliki  peluang  menang  lebih besar ketimbang calon lainnya. Sebagai kader Partai Golkar dan anggota MPO Pemuda
Pancasila, Erry Nuradi, harus punya strategi yang baik agar kedua organisasi itu merasa mendapat  perhatiannya  di  Serdang  Bedagai.
9
Beberapa  pejabat  struktural  setingkat kepala  dinas  di  Kabupaten  Serdang  Bedagai  tercatat  sebagai  pengurus  teras  Pemuda
Pancasila  seperti  ES  salah  seorang  kabid  di  Dinas  Pekerjaan  Umum  dan  IS  kepala Unit  Pelayanan  Terpadu.  Dari  kedua  pejabat  struktural  itulah,  Pemuda  Pancasila
mendapatkan  beberapa  kemudahan  dalam  melakukan  penggalangan  massa  untuk kegiatan  pemenangan  Syamsul  Arifin.  Meski  Erry  Nuradi,  sebagai  bupati,  mengetahui
tindakan stafnya itu namun tidak ada sanksi diberikan kepada mereka. Hal itu dilakukan agar  posisi  Erry  Nuradi  baik  di  Golkar  maupun  Pemuda  Pancasila  tidak  mengalami
persoalan,  terutama  untuk  kepentingan  keamanan  pemerintahan  di  Kabupaten  Serdang Bedagai.  Perolehan  suara  Syamsul  Arifin  di  Kabupaten  Serdang  Bedagai  lebih  besar
ketimbang  Ali  Umri  yaitu  masing-masing  71.073  suara  dan  45.460  suara.  Sedangkan Tri Tamtomo memperoleh suara di atas Ali Umri yaitu 54.009 suara.
Taufan  Gama  Simatupang  menjadi  Plt.  pelaksana  tugas  Bupati  Asahan  pada saat  pemilihan  gubernur  dilaksanakan.  Taufan  berkarir  sebagai  birokrat  mulai  dari
camat  hingga  menjabat  sebagai  asisten  eselon  2b  di  Kabupaten  Asahan  dan  sangat dekat  dengan  beberapa  tokoh  Pemuda  Pancasila.  Pilihan  Taufan  mendukung  Syamsul
Arifin  dianggap  oleh  kader  Pemuda  Pancasila  sebagai  pilihan  yang  tepat.  Taufan  pun kemudian  melakukan  banyak  kegiatan  pemenangan  Syamsul  Arifin  di  Asahan  yang
melibatkan  pejabat  setingkat  kepala  dinas  hingga  camat.  Setiap  acara  sosialisasi  dan kampanye  yang  dilakukan  Pemuda  Pancasila  di  Asahan  untuk  Syamsul  Arifin  selalu
dibantu oleh camat. Di Kabupaten Asahan, Syamsul Arifin memperoleh suara sebanyak 80.349.
9
Pembicaraan pribadi dengan Erry Nuradi, Bupati Serdang Bedagai, 5 November 2011, di Jakarta.
Universitas Indonesia
Di  wilayah  yang  basis  etnis  dan  agamanya  begitu  kuat,  pengaruh  Pemuda Pancasila kepada aparatur birokrasi yang dilakukan melalui kepala daerah, tidak begitu
signifikan.  Di  antara  daerah  tersebut  adalah  Tapanuli  bagian  selatan  dikenal  sebagai daerah  berbasis  etnis  Mandailing.  Pilihan  bupati  atau  kepala  daerah  tentu  sangat
mempertimbangkan unsur etnis karena mayoritas masyarakat di daerah tersebut sangat primordialis.  Sedangkan  di  daerah-daerah  Toba  yang  mayoritas  pemilihnya  beragama
Kristen,  maka  pilihan  kepala  daerah  dan  birokrasinya  mengarah  pada  calon  yang bergama  sama.  Untuk  wilayah  dengan  karakteristik  homogen  tersebut,  pimpinan
Pemuda Pancasila tidak begitu memberikan beban kepada kader Pemuda Pancasila yang menjabat  sebagai  kepala  daerah  maupun  pejabat  birokrasi  untuk  mendukung  Syamsul
Arifin. Namun, jika para anggota Pemuda Pancasila yang menjadi bupati atau walikota mengetahui  salah  seorang  pejabat  birokrasi  pemerintahnya  berpihak  kepada  Syamsul
Arifin tidak akan dikenakan sanksi apapun. Pemilih yang paling besar dari jumlah dan pengaruhnya berada di Kota Medan.
Di  ibukota  Provinsi  Sumatera  Utara,  pengaruh  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara terhadap birokrasi di Kota Medan cukup kuat. Pada saat itu Walikota Medan, Abdillah,
tersangkut kasus korupsi dan ditahan oleh KPK. Affifudin Lubis yang menjabat sebagai pelaksana  tugas  Walikota  Medan  adalah  pejabat  birokrasi  yang  sangat  akrab  dengan
tokoh  Pemuda  Pancasila  di  Kota  Medan.  Affifudin  Lubis  tidak  bisa  mengarahkan aparatur  birokrasi  untuk  mendukung  salah  satu  calon  meski  punya  kedekatan  dengan
pengurus  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara.  Pejabat  birokrasi  di  Kota  Medan  yang tercatat  sebagai  anggota  Pemuda  Pancasila  adalah  Randiman  Tarigan  Kadis
Pendapatan Daerah Kota Medan. Randiman termasuk salah seorang pejabat pemerintah Kota  Medan  yang  sering  membantu  kegiatan  pemenangan  Syamsul  Arifin.  Randiman
diminta  secara  khusus  oleh  Darwin  Nasution  untuk  membantu  kegiatan  pemenangan Syamsul  Arifin.  Permintaan  itu  dilakukan  karena  kelancaran  tugas-tugas  pengamanan
dalam  ruang  lingkup  kerja  Randiman  sebagai  kepala  dinas,  banyak  dibantu  oleh Pemuda Pancasila.
Selain  Randiman  Tarigan,  hampir  seluruh  camat  di  Kota  Medan  sering berinteraksi  dengan  pengurus  Pemuda  Pancasila  baik  di  tingkat  kecamatan  maupun
provinsi.  Urusan  itu  terkait  dengan  soal  keamanan  di  lokasi  kecamatan  seperti  lahan perparkiran, bantuan jasa pengamanan proyek bangunan yang sedang berjalan, dan lain
sebagainya.  Tidak  sedikit  para  camat  yang  ada  di  Pemerintah  Kota  Medan  adalah
Universitas Indonesia
bagian  dari  kerabat  tokoh  Pemuda  Pancasila.
10
Karena  itu  pula,  pada  saat  dilakukan kegiatan pertemuan Syamsul Arifin dengan masyarakat, beberapa camat di Kota Medan
yang  terkait  dengan  Pemuda  Pancasila  selalu  membantu  sesuai  dengan  arahan  dari seorang pengurus Pemuda Pancasila.
Adanya  intervensi  dan  pengaruh  dari  beberapa  pengurus  Pemuda  Pancasila Sumatera Utara terhadap birokrasi dalam pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara
dilakukan  dengan  pendekatan  kepada  bupati  atau  walikota.  Di  samping  itu,  beberapa pengurus  Pemuda  Pancasila,  mendekati  pejabat  birokrasi  seperti  kepala  dinas  hingga
camat  secara  personal  untuk  membantu  kegiatan  pemenangan  Syamsul  Arifin.  Hal  itu dilakukan karena relasi yang sudah terjalin selama ini antara Pemuda Pancasila dengan
beberapa  pejabat  di  lingkungan  pemerintahan.  Relasi  itu  terkait  dengan  urusan pemberian  izin  dan  pengerjaan  proyek-proyek  pemerintah  melalui  APBD.  Kedua
bentuk  relasi  itu  dapat  menghasilkan  keuntungan  ekonomi  yang  bisa  dinikmati  secara bersama-sama.  Bagi  para  pejabat  pemerintahan  yang  menjalin  relasi  dengan  pengurus
Pemuda  Pancasila,  setidaknya  dapat  menjanjikan  karir  pekerjaan  di  pemerintahan menjadi  lebih  baik  karena  pengaruh  beberapa  pengurus  Pemuda  Pancasila  kepada
bupatiwalikota. Beberapa  informan  menjelaskan  bahwa  organisasi  Pemuda  Pancasila
membutuhkan  dana  untuk  menjalankan  aktivitas  yang  telah  disetujui.  Sumber  dana organisasi diperoleh dari sumbangan donatur tetap dan tidak tetap, usaha mandiri yang
dilakukan  oleh  Pemuda  Pancasila  dan  kader-kader  yang  memperoleh  pekerjaan  dari organisasi,  serta  usaha-usaha  lainnya  yang  dapat  menghasilkan  keuntungan.  Hampir
seluruh  sumber  dana  yang  diperoleh  itu  berikaitan  dengan  urusan-urusan  di pemerintahan. Atas dasar itu, akan memudahkan bagi pengurus Pemuda Pancasila untuk
menjalankan kegiatan organisasinya, jika gubernur terpilih adalah calon yang didukung. Adanya  kepentingan  ekonomi  ini  akan  menjadi  fakta  empiris  yang  akan  diuraikan
dalam sub bab berikut tentang relasi Pemuda Pancasila dengan pengusaha lokal.
10
Diperoleh  dari  pengamatan  selama  penelitian,  beberapa  pengurus  harian  MPW  Pemuda  Pancasila menyebutkan memiliki kerabat yang menjabat sebagai camat, kepala bagian atau kepala dinas di Pemko
Medan.
Universitas Indonesia
5.2. Pemuda Pancasila dan Pengusaha Lokal