Universitas Indonesia
Proses penjaringan yang dilakukan oleh Pemuda Pancasila hanya dilakukan oleh Ketua MPW Pemuda Pancasila dan orang-orang kepercayaannya. Keinginan para
senior yang mendukung Anuar Shah dalam pemilihan Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, harus menjadi perhatiannya. Para senior itu adalah kakak kandungnya
yang memberikan dukungan materil dan moril bukan hanya pada saat musyawarah tetapi ketika menjalankan kegiatan organisasi. Seluruh tokoh Pemuda Pancasila
mengetahui bahwa keluarga Shah memiliki pengaruh kepada pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Setelah keinginan para senior yang disebutkan itu sudah
didengarkan oleh Anuar Shah, langkah selanjutnya adalah mendiskusikan dengan orang-orang kepercayaannya tentang permintaan para senior tersebut.
Tidak ada bentuk baku atau tata cara penjaringan calon gubernur yang akan didukung Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Proses penjaringan hanya dilakukan agar
memperkecil perselisihan para senior Pemuda Pancasila yang berkepentingan dalam pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan pengurus Pemuda Pancasila
baik di tingkat provinsi hingga kabupatenkota akan mengikuti keputusan yang diambil oleh pengurus MPW Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara.
3.2. Kontestasi Calon Gubernur dan Wagub Provinsi Sumatera Utara
Tiga bulan menjelang pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara, sebagai Ketua Partai Patriot Pancasila, Darwin Nasution telah mengundang pimpinan partai
politik yang tidak memperoleh kursi di DPRD pada Pemilihan Umum 2004, untuk bertemu membahas bakal calon gubernur. Di antara partai tersebut adalah Partai
Patriot Pancasila, Partai Karya Peduli Bangsa PKPB, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia PKPI, Partai Sarikat Indonesia PSI, Partai Nasional Indonesia PNI
Marhainisme, Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan PDK, Partai Merdeka, Partai Penegak Demokrasi Indonesia PPDI, Partai Persatuan Daerah Indonesia PPDI, dan
Partai Persatuan Nahdathul Ummah PPNUI dengan total perolehan suara Pemilu 2004 sebesar 13,57.
Sepuluh partai politik itu sangat intensif melakukan pertemuan untuk menjaring calon gubernur yang akan mereka ajukan ke KPU setelah mendapat
persetujuan dari pengurus pusat masing-masing. Beberapa rancangan komitmen koalisi partai politik itu dirumuskan di antaranya ancaman sanksi berupa denda jika
salah satu partai politik mencabut dukungan yang telah disepakati bersama. Dalam
Universitas Indonesia
pembahasan itu juga disepakati bahwa Darwin Nasution ditunjuk sebagai komunikator atau juru bicara sejumlah partai politik tersebut agar berkomunikasi dengan para bakal
kandidat gubernur. Alasan penunjukkan Darwin Nasution itu karena selain inisiator juga dianggap sebagai sosok yang memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan
mampu membiayai kebutuhan operasional awal yang diperlukan untuk mengatur pertemuan. Kelompok partai-partai ini tidak membuat nama koalisi partai apapun,
meskipun pada saat itu, orang lain mengenalnya sebagai “koalisi partai non seat”.
19
Sebutan itu juga tidak tepat karena Partai Patriot Pancasila memiliki 1 kursi di DPRD Provinsi Sumatera Utara.
Pertemuan koalisi partai kecil itu membahas dan menyepakati mekanisme penjaringan bakal calon yang akan didukung partai-partai tersebut. Penjaringan bakal
calon dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi rekam jejak calon, hasil survei yang dirilis di media massa, pendapat kelompok masyarakat di Sumatera Utara,
serta pengamatan yang dilakukan oleh pimpinan koalisi partai politik itu. Setelah informasi itu dikumpulkan, dibahas dan disepakati selanjutnya akan dijalin
komunikasi intensif dengan bakal calon yang telah dipilih. Darwin Nasution yang akan bertugas menjalin komunikasi awal dengan bakal calon yang telah ditentukan. Materi
penjaringan berkisar tentang pembahasan visi, misi dan program untuk membangun Provinsi Sumatera Utara, kemampuan dalam berkomunikasi, konfirmasi tentang
rekam jejak, potensi jaringan politik dan sosial yang dimiliki, serta yang paling penting adalah kemampuan finansial untuk membiayai seluruh proses tahapan
pemilihan gubernur termasuk memberikan kontribusi kepada partai. Sejumlah nama kemudian diidentifikasi dan proses seleksi menyisakan tiga
nama yaitu Darwan Siregar, Chairuman Harahap, dan Syamsul Arifin.
20
Darwan Siregar adalah calon pertama yang diseleksi oleh koalisi partai politik, diawali dengan
pertemuan informal hingga kesepakatan yang harus ditunaikan oleh kedua belah pihak. Darwan Siregar sendiri menyepakati syarat yang harus dipenuhinya termasuk
memberikan kontribusi dana kepada masing-masing partai politik dan mencari
19
Istilah ini disebutkan oleh Darwin Nasution dan untuk memudahkan sebutan kelompok partai yang bergabung ini, dalam penulisan selanjutnya akan digunakan istilah koalisi partai politik.
20
Irjen Pol. Darwan Siregar adalah purnawirawan polisi pernah menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli Mabes Polri, putra daerah Sumatera Utara. Pada Pemilu 2009 menjadi calon DPR dari PNBK
nomor urut 1, namun tidak terpilih. Chairuman Harahap juga putra Sumatera Utara dan pernah menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, terpilih menjadi anggota DPR-RI dari Fraksi
Golongan Karya pada Pemilu 2009.
Universitas Indonesia
dukungan partai lain untuk memenuhi syarat 15 akumulasi perolehan suara pada Pemilu 2004. Namun, karena Darwan tidak mampu mencari dukungan dari partai
politik lain, dia gagal mendapatkan dukungan koalisi partai politik. Meskipun masing- masing pimpinan partai dari koalisi partai politik telah menerima dana operasional dari
Darwan sekitar Rp 200 juta.
21
Setelah itu, Chairuman Harahap juga mengalami nasib yang sama, tidak memperoleh dukungan dari partai koalisi meski telah memberikan dana operasional.
Ketika itu, Chairuman Harahap merasa yakin dapat dukungan resmi dari DPP PDIP sebagai calon gubernur, namun surat dukungan juga tidak diperolehnya hingga
menjelang akhir jadwal pendaftaran calon gubernur usulan partai politik ke KPU Provinsi Sumatera Utara. Saat itu, Chairuman kembali menghubungi Darwin Nasution
untuk memberikan dukungan koalisi partai politik kepada dirinya. Darwin kemudian meminta Chairuman memberikan kontribusi kepada masing-masing pimpinan koalisi
partai politik berupa dana. Permintaan Darwin tidak dipenuhi oleh Chairuman hingga terdengar bahwa PDIP tidak akan mencalonkan Chairuman. Begitu Chairuman gagal
mendapatkan dukungan PDIP, dia kembali menghubungi Darwin Nasution pada saat koalisi partai politik telah menjalin komunikasi intensif dengan Syamsul Arifin.
Ketika itu juga, melalui Yoris Raweyai fungsionaris DPP Partai Golkar, Wakasad Cornel Simbolon menghubungi Darwin untuk membantu Chairuman mendapatkan
dukungan koalisi partai politik. Darwin pun memberikan alasan penolakan karena Chairuman tidak memenuhi permintaan teman-teman pimpinan koalisi partai politik.
Setelah dua bakal calon yang diseleksi itu gagal, maka pilihan bakal calon diputuskan ke Syamsul Arifin. Darwin Nasution sangat berperan dalam menyeleksi
bakal calon untuk diputuskan oleh masing-masing koalisi partai politik kecil itu. “…..arah kita dulu pertama sama Pak Darwan Siregar, selanjutnya Chairuman,
baru Syamsul. Setelah gagal yang dua, baru kita ke Bang Syamsul. Akhirnya kan begini, kalau kita mau jujur, banyak pilihan waktu itu Darwan dan
Chairuman. Waktu Syamsul Arifin itu, kita melihat pertimbangan kita kepada
21
Kegagalan Darwan Siregar untuk mendapatkan dukungan pencalonan dari koalisi partai politik juga bagian dari upaya Ajib Shah yang menghubungi Darwin Nasution untuk memberikan pilihan yang sulit
bagi Darwan memenuhi kewajibannya ke koalisi partai politik. Ajib Shah mengarahkan Darwin Nasution agar mendekati Syamsul Arifin. Wawancara dengan Ajib Shah, 20 Oktober 2011, di kantor
DPRD Provinsi Sumatera Utara, pukul 12.30 Wib.
Universitas Indonesia
Syamsul Arifin. Ada pertimbangan perhitungan kita kepada Syamsul Arifin. Memang kita akui pada awalnya Syamsul Arifin tidak kuat lagi.”
22
Pertimbangan pilihan bakal calon kepada Syamsul Arifin didasari atas pengamatan tingkat penerimaan masyarakat kepada figur. Setiap kegiatan pertemuan
yang dilakukan oleh Syamsul Arifin selalu mendapatkan respon masyarakat. Dengan tag line iklan “sahabat semua suku” dan cara-cara Syamsul Arifin menyapa
masyarakat menjadi ciri khas yang sangat bersahabat dalam kebiasaan sehari-hari masyarakat Sumatera Utara. Hampir setahun sebelum 2008, Syamsul Arifin telah
memperkenalkan dirinya kepada masyarakat Sumatera Utara melalui iklan di media televisi, media cetak, dan sangat rutin mengunjungi tempat-tempat berkumpulnya
masyarakat sehari-hari seperti kedai kopi, tukang pangkas, warung nasi, dan lain lainnya. Dia tidak hanya menyapa dan berbicara secara langsung dengan masyarakat,
namun juga memberikan uang dengan cara membayari semua makanan dan minuman di tempat yang dia kunjungi serta uang saku kepada orang-orang tertentu yang dia
pilih sendiri, seperti anak-anak dan ibu-ibu serta orang-orang yang dihormati. “…..gebrakan yang dilakukan Syamsul itu sangat merata. Dalam artian bahwa
dia masuk pola yang pertama itu sahabat semua suku. Kalau kita lihat perhitungannya dari semua kandidat, yang punya cukup waktu dan sangat
panjang waktu memulainya di antara semua itu ialah Syamsul Arifin. Dia membuat pertemuan di sana-sini dan kita pantau setiap pertemuan itu, dia
memang membuat pertemuan dengan basis-basis massa. Kita cek kembali yang kita pantau, bukan survei sih, tapi ada masukan dari kawan-kawan koalisi ini.
Setelah itu saya tanya, bagaimana pendapat kalian? Menurut mereka ternyata basis massa itu ada respon. Kita tau dulu semua orang jadi baik, ini kan
berubah menjadi dermawan bagi-bagi duit. Tapi intinya adalah massa menerima ambil saja uangnya. Tapi, untuk Syamsul Arifin ini ada respon,
selain massa ini menerima ada respon, ada ikatan yang ingin membalas dengan dukungan. Itulah kunci awalnya. Jadi, untuk Syamsul Arifin ini bukan dipinang
22
Wawancara dengan Darwin Nasution, 10 Oktober 2011 di kantor PD Perkebunan Sumatera Utara pukul 14.30 Wib.
Universitas Indonesia
atau apa, saya kirim orang untuk ngukur, karena dari awal dia tidak minat dengan kita.”
23
Pernyataan terakhir Darwin Nasution itu menjelaskan bahwa di awal, Syamsul Arifin sebenarnya tidak berminat untuk mencari dukungan dari partai-partai kecil.
Namun, karena sebelumnya hubungan kedekatan Syamsul Arifin dengan para senior Pemuda Pancasila telah terjalin cukup lama maka tidak begitu sulit menerima Darwin
Nasution. Syamsul Arifin sendiri, pada saat itu, masih cenderung mencari dukungan dari Partai Persatuan Pembangunan PPP dengan perolehan kursi 12,94 dan PBB
dengan perolehan kursi 3,52. Negoisasi yang panjang dilakukan Syamsul Arifin untuk mendapatkan surat pencalonan resmi dari PPP belum juga diperoleh, meskipun
dana operasional yang telah dikeluarkan oleh Syamsul Arifin untuk kedua partai tersebut tidaklah sedikit.
Untuk memastikan bahwa Syamsul Arifin berminat menerima partai-partai kecil itu, maka Darwin Nasution kemudian mengirim utusannya bertemu dengan
Syamsul membicarakan dukungan calon gubernur. Selain itu, Darwin juga menemui Ketua DPW PPP Sumatera Utara, Fadli Nurzal, membahas dukungan yang akan
diberikan oleh PPP kepada Syamsul Arifin. Informasi yang didapat dari upaya itu adalah ternyata Syamsul Arifin juga belum dipastikan memperoleh dukungan dari
partai politik secara formal, meskipun pembicaraan dengan PPP secara informal sudah mengarah kepada dia. Lamanya negoisasi dengan DPW PPP berkaitan dengan belum
sepakatnya jumlah kontribusi sumbangan dana yang diberikan Syamsul Arifin kepada partai berlambang ka’bah itu.
Pertemuan antara Darwin Nasution dengan Syamsul Arifin terjadi setelah melalui proses yang cukup panjang. Materi pembicaraan berkisar tentang pemberian
dukungan formal dari koalisi partai-partai kecil melalui surat resmi yang diajukan oleh pengurus partai tingkat provinsi dan rekomendasi dari pengurus pusat masing-masing
partai politik. Pola yang ditawarkan Darwin Nasution kepada Syamsul Arifin adalah dengan memberikan surat resmi yang dikeluarkan oleh pengurus partai di tingkat pusat
dan daerah. Selama ini, pertemuan pimpinan partai politik dengan Syamsul Arifin hanya sebatas menyampaikan dukungan secara informal di media tanpa menunjukkan
rekomendasi melalui surat resmi. Sebut saja ketua DPW PBB Sumatera Utara
23
Wawancara dengan Darwin Nasution, 10 Oktober 2011 di kantor PD Perkebunan Sumatera Utara pukul 14.30 Wib.
Universitas Indonesia
misalnya, yang telah menyatakan di media dukungan partai diberikan kepada Syamsul Arifin, namun tidak pernah menunjukkan surat rekomendasi pencalonan, begitu juga
dengan DPW PPP Sumatera Utara. Darwin Nasution bertemu dengan Syamsul Arifin untuk memberikan
pernyataan resmi berupa surat dukungan dari koalisi partai politik untuk dicalonkan menjadi calon gubernur.
24
Pertemuan tidak membicarakan masalah berapa besaran dana yang akan dibebankan kepada Syamsul Arifin, namun lebih kepada memberi
keyakinan akan dukungan formal koalisi partai politik yang telah dikumpulkannya. Secara administratif, Darwin memberikan surat dukungan yang berasal dari tingkat
provinsi hingga tingkat pusat kepada Syamsul Arifin. Dari modal total perolehan 13,57 suara koalisi partai politik, membuat Syamsul Arifin harus berfikir untuk
mengambil dukungan itu. Sehingga, hanya butuh 1,3 perolehan suara partai politik lagi untuk bisa memenuhi 15 syarat dukungan partai politik untuk pencalonan
gubernur ke KPU, meskipun pada awalnya Syamsul Arifin merasa ragu terhadap dukungan partai politik yang dijamin Darwin Nasution.
“….kalau dari awal bang Syamsul bilang kalau ini kayak main-main. Baru dia sadar, abang harus yakin, abang jangan asal-asal bayar orang aja. Berapa abang
habis di PPP, gak ada ukurannya. Sama kita gak gitu bang, abang sepakat sama kami, aku sepakat sama kau win, jawab Syamsul. Ini bang dukungan tingkat
satu semua, ini kok bisa dapat semua ya? Tanya Syamsul Arifin. Mereka dah percaya sama saya. Saya kirim ke pusat bayar sedikit, saya bawa sama dia ini
dukungan dari pusat. Ada dua dukungan saya bawa dari pusat. PKPB saya bawa ke pusat, saya bawa hasil pemaparan sama pak Hartono. Partai Merdeka
juga pemaparan, jadi ada pemaparan, ada yang gak pemaparan dikirim aja dukungan pusat semua, saya tarik itu semuanya dengan bayaran Rp 4 milyar.
Jadi, dukungan itu dari awal dia tau persis administrasinya itu saya buat yang benar. Begitu dia oke, terus kita dukung dia sampai pusat…..”
25
Tidak mudah bagi Darwin Nasution meyakinkan pimpinan koalisi partai politik agar tidak bertindak di luar komitmen yang telah disepakati. Pimpinan koalisi partai
24
Menurut keterangan dari wawancara dengan Ajib Shah, langkah Darwin Nasution tersebut telah dibahas secara bersama-sama Ajib Shah dan Darwin Nasution, meskipun Syamsul tidak mengetahuinya.
25
Wawancara dengan Darwin Nasution, 10 Oktober 2011 di kantor PD Perkebunan Sumatera Utara pukul 14.30 Wib.
Universitas Indonesia
politik yang telah bersepakat mendukung salah satu calon juga menerima uang dari calon-calon lainnya di luar dari kesepakatan internal mereka. Mengarahkan pimpinan
koalisi partai politik juga tidak mudah apalagi menyangkut pendanaan yang harus diberikan oleh calon yang akan diusung. Pada saat dua bakal calon pertama Darwan
Siregar dan Chairuman Harahap gagal didukung oleh koalisi partai politik, maka pilihannya tinggal Syamsul Arifin. Mengapa? Karena Syamsul Arifin belum juga
memperoleh dukungan resmi dari partai politik yang didekatinya seperti PPP dan PBB. Pada saat negoisasi Syamsul Arifin dengan kedua partai politik itu mengalami
kesulitan, maka pilihan ke koalisi partai politik yang dipimpin Darwin Nasution menjadi terbuka. Bermula dari surat dukungan resmi yang dijamin oleh Darwin
Nasution kepada Syamsul Arifin, maka tidak ada jalan lain untuk mendapatkan modal dukungan dari partai politik yang berjumlah 13,57 hasil perolehan suara Pemilu
2004. “….partai yang ikut saya banyak mendapat untung, double-double partai ini
dapat. Waktu Darwan dapat 200 juta satu partai, sewaktu Chairuman juga dapat. Kalau saya mau minta duit, saya tinggal bilang. Eh…tolong dari tiap
kalian kasi saya, saya kan banyak operasional, eh…tolong kalian kasih. Gak ada main potong-potong misalkan dari bang Syamsul 4 Milyar, saya potong.
Kayak gitu gak laku sama saya.”
26
Kepercayaan masing-masing pimpinan partai politik kepada Darwin Nasution membuat Syamsul Arifin merasa yakin dengan jaminan surat dukungan resmi yang
diberikan, begitu juga Ajib Shah dan pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Oleh karena Darwin Nasution adalah kader Pemuda Pancasila yang juga ketua
MPW Partai Patriot Pancasila, sehingga memudahkan tokoh-tokoh Pemuda Pancasila untuk berkordinasi dalam proses pencalonan Gubernur Provinsi Sumatera Utara
Periode 2008-2013. Setiap langkah yang akan diambil oleh Darwin Nasution harus dikoordinasikan ke pengurus Pemuda Pancasila. Pilihan kepada Syamsul Arifin
merupakan pilihan yang hampir sesuai dengan keinginan pengurus Pemuda Pancasila. Namun, langkah Darwin Nasution untuk meyakinkan Syamsul Arifin dan pimpinan
26
Wawancara dengan Darwin Nasution, 10 Oktober 2011 di kantor PD Perkebunan Sumatera Utara pukul 14.30 Wib.
Universitas Indonesia
koalisi partai politik juga bukanlah langkah yang mudah karena menyangkut soal kepercayaan yang berkaitan dengan kontribusi dana kepada koalisi partai politik.
“….begitu putus sama Chairuman tidak, saya kirim orang untuk meyakinkan Syamsul, nah di situ dia goyang. Memang permainan udah terlalu kencang, dia
udah gak yakin. Begitu pertemuan sama saya, Syamsul bilang: Win, ahkirnya partai kau ini juga yang betul. Kalau gitu cara kau buat, aku oke. Istilahnya,
maaf kata, kalau mau beli cabe gak ada tawar-tawar. Nah itulah intinya, saya janjikan dia, abang kasi dulu sedikit ala kadarnya, kita tangani tingkat satu
tingkat provinsi dulu karena mereka harus bereskan tingkat satu lalu tingkat dua tingkat kabupatenkota, saya harus bisa yakinkan dengan teman-teman
lain agar mereka bisa memberikan dukungan formal….” Dukungan MPW Partai Patriot Pancasila Sumatera Utara sudah tidak
diragukan lagi, karena proses internal sudah selesai dilalukan yaitu memberikan kewenangan sepenuhnya kepada Darwin Nasution untuk mendukung calon dalam
pemilihan gubernur. Mandat itu diperoleh melalui mekanisme rapat kerja yang diselenggarakan oleh MPW Partai Patriot Pancasila Provinsi Sumatera Utara tiga
bulan sebelum jadwal pemilihan gubernur dan dihadiri oleh seluruh pengurus kabupatenkota MPC Partai Patriot Pancasila se-Sumatera Utara. Sedangkan,
anggota partai-partai koalisi lain belum sepenuhnya bisa menjamin dukungan dari mekanisme internal masing-masing.
Darwin Nasution sendiri berkeyakinan jika semua anggota koalisi partai politik ini diberikan kontribusi dana kepada partai maka urusan dukungan akan semakin
mudah. Meskipun, anggota koalisi juga melakukan pertemuan dengan partai politik lainnya di luar dari komitmen koalisi partai politik. Sebut saja misalnya PBB yang
membuat pertemuan dengan partai-partai Islam PPP dan PKS untuk menyatukan dukungan calon gubernur, meski tidak tercapai kesepakatan soal calon di antara partai
Islam itu sendiri. Selain itu, ada dua partai yang sulit untuk mendapatkan rekomendasi dari pengurus pusat yaitu Partai Persatuan Daerah Indonesia PPDI dan PNI
Marhaenisme karena sudah menjalin komitmen dengan calon lain.
Universitas Indonesia
Ketika Syamsul Arifin menyepakati permintaan
27
yang disampaikan oleh Darwin, dalam waktu kurang lebih satu minggu dukungan dari koalisi partai politik di
tingkat provinsi sudah didapat, empat hari kemudian dukungan dari pusat juga diperoleh. Dari sebelas partai politik yang berkoalisi, dua partai politik yaitu PBSD
dan PPDI yang tidak memberikan rekomendasi kepada Syamsul Arifin sebagai calon gubernur yang diusulkan. Sedangkan PNI Marhaenisme yang telah menyatakan
dukungan kepada calon lain, akhirnya kembali bergabung dalam koalisi partai politik yang dipimpin Darwin Nasution. Dari proses tersebut, hanya 9 partai politik yang
bergabung dalam koalisi partai politik memberikan dukungan kepada Syamsul Arifin sebagai calon yang diusulkan dalam pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara
Periode 2008-2013. Tidak lama setelah koalisi partai politik menyatakan secara resmi melalui surat dukungan sebagaimana ketentuan peraturan perundang-udangan, PPP
mengeluarkan surat rekomendasi pencalonan Syamsul Arifin sebagai gubernur. Sehingga ada sepuluh partai politik atau lebih dari 15 perolehan suara Pemilu 2004
yang mendukung Syamsul Arifin sebagai calon Gubernur Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2013. Ketika itu yang dicalonkan oleh koalisi partai politik baru hanya
gubernur, sedangkan untuk wakil gubernur diserahkan sepenuhnya kepada Syamsul Arifin.
Setelah mendapat dukungan resmi dari 9 koalisi partai politik dan DPW PPP Sumatera Utara, komunikasi antara Darwin Nasution dengan Syamsul Arifin berjalan
semakin intensif. Ketika Syamsul Arifin mencari pasangan yang mendampinginya sebagai calon wakil gubernur, saran dan pemikiran Darwin Nasution pun acap kali
harus dipertimbangkan. Pembahasan calon wakil gubernur, dari sekian figur yang diseleksi, mengerucut kepada tiga nama yaitu Hasrul Azwar
28
, Dahlail Ahmad
29
, dan Gatot Pudjonugroho
30
. Satu per satu dari tiga nama itu dibahas secara bersama oleh orang-orang
terdekat yang selalu mendampingi Syamsul Arifin di antaranya adalah Darwin
27
Permintaan yang disampaikan oleh Darwin Nasution adalah mengenai pembayaran ke masing-masing pimpinan koalisi partai politik yang besarannya mencapai kurang lebih Rp 4 milyar, di luar dari biaya
operasional pada saat pelaksanaan pemilihan kepala daerah.
28
Politisi senior asal Partai Persatuan Pembangunan, pernah menjadi anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara 3 Periode, mantan ketua DPW PPP Provinsi Sumatera Utara selama 2 periode, dan saat ini
menjadi ketua Fraksi PPP DPR-RI dan Wakil Ketua Umum DPP PPP Periode 2011-2016.
29
Dalail Ahmad seorang aktivis Muhamadiyah, saat itu menjadi Ketua Pengurus Wilayah Muhamadiyah Sumatera Utara.
30
Gatot Pudjonugroho adalah politisi asal Partai Keadilan Sejahtera. Sebelum menjadi politisi, Gatot adalah pengajar di Politeknik Negeri Medan dan menjadi pengurus FKPPI Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Indonesia
Nasution. Calon wakil gubernur pertama adalah Hasrul Azwar yang memiliki relasi pertemanan yang cukup dihormati oleh elit di Sumatera Utara hingga Jakarta. Potensi
tambahan perolehan suara dari Hasrul Azwar untuk memenangkan pemilihan gubernur diprediksi dari pemilih PPP yang jumlahnya tidak begitu besar. Kemudian, resistensi
Hasrul kepada orang-orang terdekat Syamsul Arifin juga terjadi. Atas dasar itulah, Syamsul Arifin memutuskan untuk tidak memilih Hasrul Azwar sebagai calon
pasangan wakilnya, meski DPW PPP Sumatera Utara menyarankan ke Syamsul Arifin agar memilih Hasrul Azwar sebagai calon wakil gubernur.
31
Calon wakil yang kedua adalah Dahlail Ahmad, dikenal sebagai figur sederhana dan seorang pendidik dari organisasi Muhammadiyah Sumatera Utara.
Dahlail Ahmad tidak memiliki basis dukungan dari partai politik karena profesinya bukan sebagai politisi. Oleh karena lemahnya dukungan politik, Dahlail Ahmad
kemudian digugurkan sebagai calon wakil gubernur, meski pembicaraan telah dijalin oleh Syamsul Arifin. Pertimbangan lainnya adalah PAN tidak mendukung Syamsul
Arifin sehingga dikhawatirkan suara Muhammadiyah akan terbagi. Calon wakil yang ketiga adalah Gatot Pudjonugroho. Sebagai kader PKS yang
saat itu menjadi Ketua DPW PKS Sumatera Utara dengan perolehan kursi DPRD Provinsi Sumatera Utara sebesar 9,41, maka pertimbangan kepada Gatot juga
menjadi pembahasan yang cukup panjang. Pertemuan awal antara Gatot dengan Syamsul Arifin – seperti ditulis di atas – pernah dilakukan satu tahun sebelum
pelaksanaan pemilihan gubernur. Ajib Shah berperan dalam mempertemukan keduanya untuk diupayakan bisa menjadi pasangan calon gubernur. Setelah pertemuan
itu, Syamsul Arifin awalnya menaruh simpati tersendiri dengan anak muda yang berlatar belakang dosen itu, pembawaan low prifle, santun, dan relatif diterima oleh
elit Sumatera Utara. Selain itu, meski baru berkenalan, hubungan Gatot dan Syamsul terasa nyaman karena bergabung dalam satu keluarga besar organisasi FKPPI di
Sumatera Utara.
32
Melalui proses panjang, mekanisme internal PKS akhirnya menetapkan Gatot Pudjonugroho untuk diusulkan menjadi calon Wakil Gubernur Provinsi Sumatera
Utara. Sedangkan pilihan calon gubernur yang akan dipasangkan dengan calon wakil
31
Jika harus memilih calon wakil gubernur dari PPP, Syamsul Arifin, menginginkan Fadli Nurzal Ketua DPW PPP Sumatera Utara ketimbang Hasrul Azwar.
32
FKPPI beranggotakan putra-putri purnawirawan ABRI atau dalam bahasa keseharian anak Medan disebut “anak kolong” atau anak tentara. Menurut Syamsul Arifin, karena Gatot dan dirinya sama-sama
anak seorang tentara, maka hubungan batin sudah terjalin di antara keduanya.
Universitas Indonesia
gubernur pilihan PKS dilakukan dengan metode survei langsung oleh kader-kader PKS yang tersebar di daerah. Pilihan PKS untuk calon gubernur kepada Syamsul
Arifin didasarkan atas kemungkinan terpilihnya sangat besar. “……bang Syamsul ini kemungkinan menangnya besar. Di antara para
kandidat yang lain itu, bang Syamsul punya kemungkinan besar untuk menang. Masyarakat juga belum begitu cerdas untuk menentukan pilihannya, lebih
kepada popularitas orang. Apabila dia itu populer maka masyarakat akan memilihnya. Ya sudah, kita putuskan untuk berpasangan dengan bang
Syamsul. Kebetulan juga beberapa kandidat tidak sabar menunggu dan meminta-minta kita, PKS, untuk jadi wakilnya. Makanya kita termasuk terakhir
menentukan pilihan. Menjelang pendaftaran baru memutuskan bergabung dengan siapa Mas Gatot. Sedangkan pilihan kepada mas Gatot sudah melalui
mekanisme internal dengan keputusan dari DPP….”
33
Darwin Nasution diminta oleh Syamsul Arifin untuk mengerti dukungan yang akan diberikan oleh PKS, meski dalam pembahasan Darwin lebih memilih Dahlail
Ahmad sebagai wakil Syamsul Arifin. Seperti mencari dukungan partai sebelumnya, Syamsul Arifin juga harus menyetujui permintaan yang disampaikan oleh PKS. Selain
mengusulkan calon wakil, segala biaya operasional yang dibutuhkan oleh partai harus menjadi tanggungan Syamsul Arifin.
Melalui usulan kegiatan pemenangan, Tim Pemenangan Pilkada DPW PKS Sumatera Utara mengajukan biaya sebesar Rp 30 Milyar. Syamsul Arifin merasa
keberatan dengan besaran pembiayaan yang diajukan oleh PKS, sehingga negosiasi soal dana itu pun berlangsung alot. Akhirnya PKS kemudian mengoreksi kegiatan tim
pemenangan pilkada yang tidak begitu penting di internal partainya dan mengajukan kembali ke Syamsul Arifin sebesar Rp 25 Milyar. Lalu, Syamsul Arifin kembali
merasa keberatan dengan koreksi jumlah dana yang diajukan. Sahabat Syamsul Arifin, Adyaksa Daud
34
saat itu menjabat sebagai Menteri Pemuda dan Olah Raga
33
Wawancara dengan Sigit Pramono Asri, Wakil Ketua DPRD Provinsi Sumatera Utara Periode 2009- 2014. Saat itu menjadi anggota tim seleksi internal DPW PKS Sumatera Utara, Sabtu 16 Oktober 2011
di rumah pribadi Sigit Pramono Asri, pukul 8.30 Wib.
34
Adyaksa Daud saat itu dikenal sebagai kader PKS dan sangat dekat dengan pimpinan wilayah PKS di Sumatera Utara. Adyaksa Daud dengan Syamsul Arifin pernah bersama-sama aktif menjadi pimpinan di
Komite Nasional Pemuda Indonesia KNPI tahun 1990-an.
Universitas Indonesia
menghubunginya untuk menyetujui kebutuhan dana yang diajukan tim pemenangan pilkada yang dikelola secara internal oleh PKS.
Syamsul Arifin kemudian memanggil Darwin Nasution untuk membahas permintaan PKS itu. Darwin pun akhirnya menyetujui keputusan yang akan diambil
oleh Syamsul Arifin agar menerima tawaran PKS tersebut dengan persyaratan berikut yang harus disetujui.
“…..win, aku minta maaf sama kau bahasa-bahasa semua ini. Win, ada 700 ribu suara PKS kalau diperhitungkan, memang jadi kalau pertimbangan kita,
700 ribu itu sayang, 700 ribu itu banyak. Sampai maaf kita bayar ajalah, jadikan pelajaran, pokoknya dukungan itu sama kita. Darwin bilang oke bang,
kita terima tapi syaratnya saya gak mau tim ini gabung dengan PKS, harus pisah namun ada koordinasi….”
35
Setelah melalui proses yang panjang akhirnya Syamsul Arifin menyetujui permintaan PKS, namun untuk kebutuhan pembiayaan selama tahapan pemilihan
berlangsung hanya sekitar Rp 5 Milyar.
36
Kesepakatan dengan PKS itu dilakukan sekitar 3 jam sebelum penutupan pendaftaran calon partai politik ke KPU Provinsi
Sumatera Utara. Dari proses yang panjang itu, akhirnya Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho diusulkan menjadi calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
Sumatera Utara Periode 2008-2013 dari 11 gabungan partai politik. Selain pasangan itu, partai politik lainnya juga mengusulkan calon gubernur di detik-detik terakhir
batas waktu pengusulan calon dari partai politik. Setelah proses verifikasi yang dilakukan, KPU Provinsi Sumatera Utara
kemudian menetapkan lima pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Periode 2008-2013 sebagai berikut.
35
Wawancara dengan Syamsul Arifin, 17 September 2011, pukul 09.00 Wib, di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta. Namun, informan lain menyebut bahwa dana Rp 25 milyar sudah diberikan kepada
pengurus DPP PKS di Medan.
36
Informasi dari seorang narasumber menyebutkan bahwa uang yang diberikan kepada PKS berjumlah Rp 25 milyar langsung diberikannya dalam bentuk mata uang US Dollar ditambah Rp 5 milyar yang
diberikan kepada pengurus wilayah Sumatera Utara. Pengurus DPW PKS Sumatera Utara pun tidak tahu bahwa dana itu sudah dibayar tunai ke pengurus DPP PKS di Jakarta.
Universitas Indonesia
Tabel 3.2 Daftar Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara
Periode 2008-2013 yang Ditetapkan oleh KPU Provinsi Sumatera Utara Nomor
Urut Calon Gubernur dan Wakil Gubernur
Usulan Partai Politik 1.
Muhammad Ali UmriMaratua Simanjuntak Partai Golkar
2. RE SiahaanSuherdi
PDS, PKB, PIB, PBSD, PPD, PNBK, Partai
Pelopor, dan PNI
3. Syamsul ArifinGatot Pudjonugroho
PPP, PKS, PBB, Partai Patriot Pancasila, PKPB,
PKPI, PSI, PDK, PPDI, PNI Marhenisme dan
PPNUI
4. Abdul Wahab Dalimunthe
Raden Muhammad Syafi’i Partai Demokrat, PAN,
dan PBR 5.
Tri TamtomoBenny Pasaribu PDIP
Sumber: KPUD Provinsi Sumatera Utara, 2008.
3.3. Pilihan Pemuda Pancasila Sumatera Utara untuk Calon Gubernur