Universitas Indonesia
itu pula, Syamsul kemudian mendapatkan bantuan lainnya berupa dana untuk kegiatan pemilihan gubernur tersebut.
5.3. Pemuda Pancasila dan Media Cetak Lokal
Media  massa  menjadi  salah  satu  instutusi  yang  dapat  meningkatkan  atau menurunkan  popularitas  seseorang  atau  kelompok  tertentu.  Media  massa  juga  selalu
digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk kepentingan tertentu tekait pemberitaan yang  dapat  menimbulkan  opini  negatif  atau  positif.  Banyak  pihak  yang  saat  ini
mengkritisi  fungsi  media  massa  yang  seharusnya  menjadi  salah  satu  media  kontrol publik terhadap pemerintah.
Pasca  Orde  Baru,  kedudukan  media  massa  menjadi  sangat  penting  dalam kaitannya  dengan  komunikasi  politik  pengembangan  opini  publik  oleh  karena  media
menjadi  salah  satu  sarana  dalam  mendiskusikan  wacana  politik.  Dalam  komunikasi politik,  media  acapkali  tidak  hanya  bertindak  sebagai  saluran  yang  menyampaikan
pesan politik melainkan juga sebagai agen politik. Pada posisi inilah media melakukan proses  pengemasan  pesan  framing  of  political  massages  dan  proses  inilah  yang
menyebabkan  sebuah  peristiwa  atau  aktor  politik  memiliki  citra  tertentu.
26
Gejala tersebut  berlaku  umum  baik  di  tingkat  nasional  maupun  lokal  bagi  pemilik  dan
pengelola  media  massa,  terlebih  lagi  pada  saat  sistem  pemilihan  pejabat  publik dilakukan secara langsung.
Pertumbuhan  media  massa  di  Sumatera  Utara  sedikit  berbeda  dengan  daerah- daerah  lain  di  Indonesia.  Untuk  daerah  di  luar  Sumatera  Utara  seperti  daerah  di  pulau
Jawa, media massa umumnya dikuasai oleh kelompok yang sudah sejak eksis di dunia pers  yaitu  kelompok  Pikiran  Rakyat  dan  Jawa  Pos.  Kedua  kelompok  ini  kemudian
mendirikan media cetak yang memakai nama lain namun memuat isi berita terkait isu- isu  lokal.  Di  Sumatera  Utara  tumbuh  dan  berkembangnya  media  massa  terkait  dengan
situasi politik yang berkembang di tanah air dengan inisiatif tokoh lokal yang konsisten bekerja pada bidang media cetak. Beberapa media lokal besar di Sumatera Utara bukan
bagian  dari  jaringan  pemilik  media  di  pulau  Jawa,  melainkan  dari  tokoh-tokoh  pers lokal dan memiliki jaringan dengan tokoh pers di Jakarta.
26
Harsono  Suwardi.  “Pengantar”  dalam  Ibnu  Hamad.  2010.  Konstruksi  Realitas  Politik  dalam  Media Massa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. xvi.
Universitas Indonesia
Pada  awal  tahun  1965,  saat  gerakan  PKI  melakukan  teror  kepada  organisasi mahasiswa  dan  pemuda  yang  menentang  kekuatannya  di  Sumatera  Utara,  beberapa
pemilik  surat  kabar  lokal  di  Medan  ikut  terlibat  dalam  peristiwa  tersebut.  HMI Himpunan Mahasiswa Islam di Sumatera Utara misalnya yang menantang keberadaan
PKI,  terus  diprovokasi  oleh  CGMI  Centra  Gerakan  Mahasiswa  Indonesia  dan menimbulkan  peristiwa  Restaurant  Remaja  di  Jalan  Sudirman  Medan.  Pihak  PKI
mengobrak-abrik restoran tersebut karena disangka menjadi markas HMI. Selain HMI, PKI  juga  melancarkan  teror  kepada  Pemuda  Pancasila  sebagai  Borujis  Nekolim  atau
Kabir Kapitalis Birokrat. Peristiwa tersebut tidak terlepas dari sorotan media lokal di Sumatera Utara.
Selain organisasi mahasiswa dan pemuda, ada dua kelompok karya seni di kota Medan  yaitu  kelompok  seni  yang  menyatakan  harus  berkiblat  dengan  orientasi  politik
pemerintah  dan  kelompok  seni  yang  esksistensi  para  senimannya  hanya  berkarya berlandaskan Humaniora. Pada saat inilah para pemilik media cetak berada dalam dua
kubu arus besar yaitu kelompok media yang membentuk Barisan Manikebu terdiri dari semua  surat  kabar  revolusioner  seperti  Harian  Waspada,  Mimbar  Umum,  Harian
Indonesia  Baru,  Mingguan  Dobrak,  Mingguan  Resopim,  Harian  Mercu  Suar,  Harian Cahaya  sekarang  Medan  Pos,  dan  beberapa  surat  kabar  lainnya  dengan  tokoh-tokoh
Sabaruddin  Ahmad,  Soaduan  Siregar,  Sori  Siregar,  dan  Bayo  Suti.  Sedangkan  yang menentang  adalah  kelompok  seni  Lekra  Lembaga  Kebudayaan  Rakyat  yang  terdiri
dari pihak PKI di antaranya yaitu Surat Kabar Harian Gotong Royong dan Harian Sinar Revolusi.
27
Kelompok  surat  kabar  pertama  tetap  berusaha  untuk  selalu  mempertahankan kemurnian  falsafah  dan  way  of  life  bangsa  yang  berlandaskan  Pancasila.  Sedangkan
kelompok  kedua  berusaha  menyebarkan  ajaran  komunis  melalui  kebudayaan  atau dikenal dengan nama Lekra yang disebarluaskan oleh PKI. Perbedaan itu bukan hanya
pada soal pemikiran, tetapi mengarah kepada benturan fisik di antara kedua kelompok tersebut.
Lalu  pada  sebuah  kesempatan,  Pemuda  Pancasila  menyerang  dan  membakar kantor redaksi Surat Kabar Gotong-Royong di Jalan Kumango. Beberapa tokoh Pemuda
27
Perdebatan  tentang  Lekra  dan  Manikebu  lihat  Alesander  Supartono.  2000.  “Lekra  VS  Manikebu, Perdebatan Kebudayaan Indonesia 1950-1965”. Skripsi. Jakarta: STF Drikarya. Lihat juga Taufik Ismail
dan  DS  Moeljanto.  1995.  Prahara Budaya: Kilas Balik Ofensif LekraPKI dkk.  Jakarta:  Republika  dan Mizan.
Universitas Indonesia
Pancasila  terlibat  di  dalamnya.  Mereka  ditahan,  tetapi  tak  lama  kemudian  dibebaskan atas bantuan Kusen Tjokrosentono.
Kekuatan PKI yang sudah demikian besar dapat menerobos jajaran pemerintah, angkatan  bersenjata,  perusahaan-perusahaan  dan  lain  sebagainya.  Dengan  kekuatan
yang sedemikian rupa PKI dapat menggilas dan menerjang semua orang. Atas desakan PKI,  semua  surat  kabar  pro-Pancasila  yang  tergabung  dalam  wadah  BPS  Badan
Pendukung  Sukarnoisme  pun  diberangus  pada  24  Februari  1965.
28
Tinggallah  koran- koran  corong  PKI  yang  terdiri  dari  “Harian  Harapan”,  “Harian  Bendera  Revolusi”,
“Gotong-Royong”  dan  “Obor  Revolusi”.  Masyarakat  pro-Pancasila  semakin  haus informasi, hingga akhirnya dengan dukungan ABRI terbit lagi beberapa koran melawan
suara  PKI,  antara  lain  “Harian  Tjahaja”  pimpinan  Arsyad  Noh  yang  membawa  suara IPKI.  Harian  ini  dibeli  Ibrahim  Sinik  dari  Kerani  Bukit  untuk  dilanjutkan
penerbitannya. Penerbitan  pertama  harian  ini  sangatlah  sulit  dilakukan,  karena  tidak  ada
percetakan  yang  berani  mencetaknya  akibat  ancaman  PKI.  Satu-satunya  percetakan yang  berani  adalah  “Percetakan  Mestika”  pimpinan  Tengku  Yafizham,  SH.
Akibatnya  pada  malam  harinya  tiga  mobil  Pemuda  Rakyat  mendatangi  percetakan itu untuk merusak dan memutuskan kabel listrik. Perlawanan diberikan oleh Pemuda
Pancasila, dan penerbitan “Tjahaja” selanjutnya pindah ke percetakan Deli pimpinan Drs.  Amir  Husin.
29
Hingga  akhirnya  kerusuhan  mereda  setelah  PKI  diyatakan sebagai  salah  satu  organisasi  terlarang  dan  dijadikan  musuh  bersama  oleh
pemerintah Orde Baru. Setelah peristiwa yang menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa itu, para
pemilik  perusahaan  surat  kabat  mendapatkan  kemudahan  dalam  hal  pengembangan usaha  penerbitan  surat  kabar.  Berbagai  macam  regulasi  ditetapkan  oleh  pemerintah
Orde Baru terkait dengan kebebasan pers, salah satunya adalah kebijakan SIUPP Surat Izin Untuk Penerbitan Pers yang harus menjadi bagian penting dalam pengelolaan surat
kabar. Di Sumatera Utara, pada masa Orde Baru, pembinaan media massa menjadi salah satu  program  penting  pemerintah.  Segala  penerbitan  di  media  massa  berada  dalam
pengawasan  pemerintah  dan  bila  tetap  ingin  terbit,  maka  surat  kabar  harus memberitakan  hal-hal  yang  baik  tentang  pemerintah  Orde  Baru.  Para  pemilik  surat
28
Muhammad TWH. 1996. Perlawanan Pers Sumatera Utara Terhadap Gerakan PKI. Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI. hal. 213.
29
Ibid. 220-222.
Universitas Indonesia
kabar di Sumatera Utara yang eksis di dunia pers adalah mereka yang pada tahun 1965 mendukung  falsafah  pancasila  dan  membentuk  Barisan  Manikebu.  Kelompok  media
tersebut  terdiri  dari  semua  surat  kabar  revolusioner  seperti  Harian  Waspada,  Mimbar Umum, Harian Indonesia Baru, Mingguan Dobrak, Mingguan Resopim, Harian Mercu
Suar, Harian Cahaya berubah menjadi Medan Pos. Harian Cahaya yang dibredel pada tahun 1965 berubah namanya menjadi Sinar
Revolusi  pada  tahun  1966.  Ketika  awal  Orde  Baru  atas  saran  dari  Panglima  Daerah Militer  I  Bukit  Barisan,  Leo  Lapolisa,  nama  Sinar  Revolusi  diubah  menjadi  Sinar
Pembangunan.  Pemilik  harian  surat  kabar  Sinar  Pembangunan,  Ibrahim  Sinik
30
, merupakan insan pers yang sangat dekat dengan para tokoh Pemuda Pancasila di antara
pemilik surat kabar lainnya seperti Waspada, Sinar Indonesia Baru, dan Mimbar Umum. Kedekatan Ibrahim Sinik dengan para tokoh pers di Jakarta seperti Harmoko misalnya,
menambah  jaringan  bisnis  medianya  menjadi  lebih  terbuka.  Atas  saran  Harmoko  pada tahun  1989  harian  Sinar  Pembangunan  berubah  nama  menjadi  Medan  Pos  untuk
mengikuti kecenderungan pasar media di Jawa yang banyak menggunakan koran lokal dengan nama daerah seperti Jawa Pos.
31
Setelah pemerintah Orde Baru jatuh, Pemuda Pancasila di Sumatera Utara juga tidak  memiliki  media  massa  cetak  secara  langsung.  Untuk  kepentingan  publikasi
kegiatan Pemuda Pancasila, Pemuda Pancasila menjalin hubungan yang intensif dengan pemilik  dan  wartawan  media  cetak  lokal.  Untuk  mengurusi  kegiatan  itu  posisi  ketua
bidang  humas  hubungan  masyarakat  diberikan  kepada  kader  yang  berprofesi  sebagai wartawan atau pemilik media cetak lokal di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan
Donald  Sidabalok,  nama  humas  berubah  menjadi  bidang  informasi  dan  komunikasi. Tugas  utama  bidang  informasi  dan  komunikasi  adalah  memberikan  penjelasan  terkait
kebijakan  strategis  Pemuda  Pancasila  kepada  masyarakat  melalui  media  massa  dan pertemuan  dengan  masyarakat  secara  langsung.  Sedangkan  pengendalian  tugas  bidang
ini dilakukan oleh ketua wilayah seperti bertemu secara langsung dengan pemilik surat kabar  dan  para  wartawan.  Pengaruh  Pemuda  Pancasila  terhadap  media  massa  dari  sisi
30
Ibrahim Sinik menjadi salah seorang tokoh di Sumatera Utara yang namanya selalu dicantumkan dalam kepengurusan  MPO  Majelis  Pertimbangan  Organisasi  Pemuda  Pancasila.  Salah  seorang  putra  Ibrahim
Sinik, Farianda Putra Sinik, menjadi pengurus Pemuda Pancasila di Sumatera Utara dan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Medan Pos sejak 1994.
31
Wawancara dengan Farianda Putra Sinik, Pemimpin Redaksi Medan Pos, 25 Januari 2011, pukul 13.00 Wib, di Medan.
Universitas Indonesia
pemberitaan  dapat  dirasakan  oleh  pengelola  media  serta  wartawan  yang  bertugas  di lapangan.
Banyak  pengalaman  nyata  yang  dialami  oleh  pengelola  media  dan  wartawan pada  saat  meliput  peristiwa  kerusuhan  seperti  perkelahian  antar  anggota  Pemuda
Pancasila  dengan  Ikatan  Pemuda  Karya  yang  meresahkan  kenyamanan  warga  di  Kota Medan  tidak  diberitakan  secara  utuh.  Salah  satu  peristiwa  yang  mengindikasikan
ketidakberdayaan  pers  di  Sumatera  Utara  saat  terjadi  perebutan  wilayah  kekuasaan  di Pasar  Perumahan  Simalingkar,  Kota  Medan.  Wilayah  itu  sebelumnya  dikuasai  oleh
anggota  Pemuda  Pancasila,  tetapi  akhirnya  harus  dibagi  dua  dengan  anggota  Ikatan Pemuda  Karya.  Lahan  itu  juga  adalah  tempat  yang  paling  banyak  menghasilkan  uang
karena disana ada lahan parkir, pasar tempat pedagang banyak berjualan dan salah satu tempat pemberhentian trayek angkutan kota di Kota Medan.
Bentrokan  pemuda  terjadi  karena  anggota  Ikatan  Pemuda  Karya  ingin mengambil  dan  merebut  daerah  yang  telah  dikuasai  oleh  anggota  Pemuda  Pancasila
disebabkan pemasukan uang yang didapat oleh anggota Pemuda Pancasila lebih banyak dari  lahan  tersebut.  Keinginan  dari  anggota  Ikatan  Pemuda  Karya  yang  berusaha
merebut lokasi inilah yang mengakibatkan konflik dengan Pemuda Pancasila. Masing- masing anggota dari kedua organisasi ini mempersenjatai dirinya dengan senjata tajam
seperti pisau, kelewang, panah beracun, bom molotov, dan sebagainya. Persenjataan ini digunakan  untuk  melumpuhkan  lawan-lawan  yang  menghalangi  perlawanan  mereka.
Banyak korban dari kedua belah pihak kelompok organisasi pemuda ini. Ada yang luka maupun  meninggal  dunia,  begitu  juga  dari  masyarakat  banyak  rumah  yang  rusak  dan
tempat  berjualan  para  pedagang  banyak  yang  hancur  karena  dekat  dengan  tempat terjadinya  perkelahian.  Sampai  beberapa  hari  lamanya  perkelahian  itu  terjadi,  polisi
tidak  dapat  mengambil  tindakan  seperti  menangkap  para  preman  itu  meski  sudah mengetahui bahwa masing-masing anggota organisasi itu membawa senjata tajam.
Meski  ada  yang  terluka,  insan  pers  tidak  berani  secara  leluasa  menuliskan kejadian  yang  sebenarnya  sesuai  azas  jurnalistik  yang  dianut.  Para  anggota  organisasi
pemuda  itu  melakukan  kekerasan  terhadap  dua  orang  wartawan  harian  lokal  di  Kota Medan.  Secara  ringkas  isi  pemberitaan  itu  menuliskan  kegelisahan  pedagang  dan
masyarakat setempat jika pertengkaran antar organisasi pemuda tidak didamaikan akan berdampak  pada  penghasilan  pedagang  dan  kehidupan  warga  di  sekitar  perumnas
Universitas Indonesia
Simalingkar  itu.  Tindakan  premanisme  itu  dilakukan  oleh  salah  satu  oknum  Pemuda Pancasila yang mendapat perlindungan dari aparat keamanan setempat.
Wartawan itu menulis tentang aksi brutal yang dilakukan oleh anggota Pemuda Pancasila.  Berita  ini  kemudian  membuat  marah  seorang  tokoh  Pemuda  Pancasila  di
kecamatan  Medan  Selayang  dan  meminta  wartawan  tersebut  untuk  datang  ke  kantor anak  ranting  Pemuda  Pancasila  di  sekitar  Perumahan  Simalingkar.  Tokoh  Pemuda
Pancasila  itu  memukul  salah  seorang  wartawan,  semuanya  terjadi  di  depan  anggota Pemuda  Pancasila.  Kemudian  setelah  puas  memarahi  dan  memukul,  wartawan  itu  pun
disuruh  pulang.
32
Wartawan  itu  tidak  berani  melaporkan  perlakuan  kasar  yang  telah dialaminya kepada aparat keamanan atau pemilik koran karena takut akan ancaman para
tokoh Pemuda Pancasila itu. Hampir setiap hari di kantor MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara selalu saja
ada  wartawan  yang  datang  berkunjung  untuk  bertemu  dengan  pimpinan  Pemuda Pancasila.  Pada  masa  kepemimpinan  Anuar  Shah,  jalinan  hubungan  dengan  pemilik
media  cetak  lokal  dan  wartawan  menjadi  program  rutin  organisasi.  Sesekali  para wartawan  yang  sengaja  dipanggil,  untuk  tidak  memberitakan  kabar  negatif  terkait
anggota atau pengurus Pemuda Pancasila. Kepada pemilik media cetak, pimpinan MPW Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara  selalu  datang  berkunjung  beraudiensi  ke  kantor
surat  kabar  untuk  menjalin  silaturahmi.  Khusus  kepada  pemilik  surat  kabar  yang menjadi  sesepuh  Pemuda  Pancasila  seperti  Ibrahim  Sinik,  ada  penghormatan  khusus
yang  dilakukan  oleh  pengurus  Pemuda  Pancasila.  Seorang  wartawan  menyampaikan bahwa  pada  masa  kepemimpinan  Anuar  Shah,  sedikit  ada  perubahan  sikap  dan
perlakuan  kepada  wartawan.  Di  samping  itu,  ada  beberapa  pengurus  MPW  Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang berprofesi sebagai wartawan dan pemilik media. Mereka
menyarankan  kepada  ketua  wilayah  untuk  mendekati  media  massa  khususnya  media cetak  untuk  berbincang  dengan  wartawan  dan  mengunjungi  pimpinan  redaksi  terkait
kegiatan-kegiatan Pemuda Pancasila Sumatera Utara.
32
Wawancara  dengan  salah  seorang  wartawan  media  cetak  lokal,  18  Januari  2012,  pukul  10.00  Wib,  di Kampus FISIP USU.
Universitas Indonesia
Tabel 5.3 Pengurus MPW Pemuda Pancasila yang Berprofesi sebagai Wartawan Tahun 2008
Nama Jabatan di
MPW Pemuda Pancasila Jabatan di Perusahaan
Farianda Putra Sinik Ketua Bidang Hankam
Pemimpin Redaksi Harian Medan Pos
Hendra DS Ketua Bidang Ideologi dan
Politik Hubungan Masyarakat Harian
Waspada Affan Bay
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi
Redaktur Pelaksana Sumut Pos
Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber Wawancara, 2011.
Pada  saat  proses  pemilihan  Gubernur  Provinsi  Sumatera  Utara  tahun  2008, perlakuan  kepada  pengelola  dan  wartawan  media  massa  cetak  lokal  tidak  hanya
mengandalkan intimidasi. Pendekatan kepada pemilik dan wartawan media massa cetak lokal  dilakukan  dengan  cara  mengundang  para  wartawan  untuk  press conference  pada
waktu  MPW  Pemuda  Pancasila  mendeklarasikan  dukungan  Syamsul  Arifin  sebagai calon gubernur. Kemudian mengundang para wartawan untuk memberitakan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan Pemuda Pancasila Sumatera Utara dalam mendukung Syamsul Arifin sebagai gubernur.
Ketua  MPW  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara  memberi  perintah  kepada seluruh  pengurus  yang  bekerja  di  media  cetak  agar  dapat  memuat  berita-berita  positif
tentang  Syamsul  Arifin.  Jika  terdengar  kabar  atau  isu  yang  tidak  baik  tentang  berita Syamsul  Arifin  pada  media-media  tempat  para  pengurus  Pemuda  Pancasila  Sumatera
Utara  bekerja  maka  akan  diberikan  sanksi  organisasi  berupa  pemecatan  dan  ancaman kepada wartawan yang bersangkutan. Farianda Putra Sinik, Hendra DS, dan Affan Bay
menganggap  perintah  kepada  mereka  dari  Ketua  MPW  Pemuda  Pancasila,  sebagai panggilan  tugas  organisasi  yang  harus  dijalankan.  Ketiga  kader  Pemuda  Pancasila  itu
menjalankan instruksi organisasi dengan cara yang berbeda-beda karena tergantung dari jabatan di perusahaan media cetak tempat mereka bekerja.
Farianda  Putra  Sinik  yang  menjabat  pimpinan  redaksi  pada  Harian  Medan  Pos merupakan  anak  dari  Ibrahim  Sinik  yang  dikenal  sebagai  tokoh  pers  yang  pernah
bersama-sama dengan sesepuh Pemuda Pancasila lainnya menentang keberadaan PKI di Sumatera Utara. Farianda menjadi anggota Pemuda Pancasila sejak tahun 1984 bermula
dari  jabatan  sebagai  sekretaris  ranting,  lalu  ke  tingkat  kecamatan  dan  pada  masa
Universitas Indonesia
kepemimpinan  Anuar  Shah  dipercaya  sebagai  ketua  bidang  hankam  di  MPW  Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Sebagai kader Pemuda Pancasila, Farianda, punya tanggung
jawab  moral  untuk  membantu  calon  yang  didukung  oleh  MPW  Pemuda  Pancasila Sumatera  Utara  melalui  pemberitaan  di  Harian  Medan  Pos.  Menurut  Farianda,  sosok
Syamsul  Arifin  di  keluarga  besar  Harian  Medan  Pos  tidak  asing  lagi  karena  pernah menjadi  reporter  olah  raga  harian  ini  di  Kabupaten  Langkat.  Syamsul  Arifin  sangat
dikenal  baik  oleh  pemilik  Medan  Pos  yaitu  Ibrahim  Sinik  dan  selalu  mengingatkan pemimpin  redaksi  untuk  tidak  menuliskan  berita  negatif  yang  merugikan  Syamsul
Arifin. Menyikapi  instruksi  dari  Ketua  MPW  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara,
Farianda  kemudian  menyampaikan  kepada  seluruh  wartawan  Medan  Pos  untuk  tidak memuat  berita  yang  merugikan  Syamsul  Arifin.  Meskipun  pernah  ada  seorang
wartawan  Medan  Pos  menyampaikan  data  kepada  Farianda  untuk  ditulis  dalam  berita tentang dugaan kasus korupsi Syamsul Arifin ketika menjabat sebagai Bupati Langkat.
Untuk  memastikan  dukungan  Harian  Medan  Pos  kepada  calon  gubernur,  Syamsul Arifin  mendatangi  pemilik  dan  pemimpin  redaksi.  Dalam  kunjungannya  itu,  pengelola
Medan  Pos  memastikan  akan  memberikan  dukungan  kepada  Syamsul  Arifin  melalui pendekatan  media  agar  dapat  meningkatkan  citra  yang  lebih  baik.  Medan  Pos  yang
dikenal  sebagai  korannya  anak-anak  Pemuda  Pancasila  di  Sumatera  Utara memperhatikan  secara  serius  instruksi  dari  Ketua  MPW  Pemuda  Pancasila  untuk
membantu calon gubernur yang didukung.
33
Cara yang berbeda dilakukan oleh Hendra DS
34
yang menjabat sebagai humas di Harian  Waspada,  karena  posisinya  bukan  sebagai  pemimpin  redaksi.  Sebagai  humas,
Hendra  DS,  hanya  bisa  memberikan  saran  dan  pengaruh  kepada  pemimpin  redaksi mengenai  layak  atau  tidaknya  suatu  berita  dimuat  apalagi  terkait  kasus-kasus  tertentu.
Keputusan  akhir  ada  pada  pemimpin  redaksi  atau  pemilik  koran  terhadap  berita  yang akan  atau  tidak  ditulis.  Harian  Waspada  adalah  salah  satu  koran  terbesar  di  Sumatera
Utara dan wilayah Nangroe Aceh Darussalam. Pada saat pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera  Utara,  banyak  calon  yang  mendekati  pemilik  dan  pemimpin  redaksi  Harian
Waspada dalam rangka meningkatkan citra positif melalui media cetak. Untuk hal ini,
33
Wawancara dengan Farianda Putra Sinik, Pemimpin Redaksi Medan Pos, 25 Januari 2011, pukul 13.00 Wib, di Medan.
34
Hendra DS yang berprofesi sebagai wartawan juga menjabat sebagai Ketua Partai Patriot Kota Medan dan anggota DPRD Kota Medan Periode 2004-2009 dari Partai Patriot Pancasila.
Universitas Indonesia
kebijakan pemimpin redaksi adalah memberikan ruang yang sama kepada semua calon gubernur  berdasarkan  kesepakatan  dengan  pemimpin  perusahaan  melalui  tim
pemasaran.  Artinya,  besaran  ruang  kolom  yang  diberikan  kepada  calon  gubernur tergantung belanja iklan mereka kepada Harian Waspada.
Hendra  DS  yang  pada  saat  itu  menjabat  sebagai  anggota  DPRD  Kota  Medan, memiliki  pengaruh  yang  kuat  kepada  pemimpin  redaksi  maupun  pemilik  perusahaan
Harian  Waspada.  Tetapi,  Hendra  DS  tidak  dapat  memutuskan  kebijakan  perusahaan tekait dengan potensi dana yang bisa diraih oleh media dalam pemilihan gubernur. Para
calon  akan  menggunakan  jasa  harian  Waspada  untuk  beriklan  dan  di  antara  mereka akan berupaya mendekati pemilik Waspada terkait permintaan dukungan. Hendra hanya
meminta kepada teman-teman wartawan Waspada agar memuat berita-berita yang tidak merugikan  Syamsul  Arifin.  Menurut  penjelasan  seorang  redaktur  di  Harian  Waspada,
ada seorang tokoh senior Pemuda Pancasila yaitu Amran YS, yang mendekati Prabudi Said Pemimpin Redaksi Waspada untuk bertemu dengan Syamsul Arifin.
Pertemuan itu dilakukan karena tulisan di Harian Waspada mengenai pemilihan gubernur  lebih  memberikan  ruang  kolom  dan  iklan  yang  lebih  besar  kepada  Ali  Umri
dalam  kampanye  pemilihan  Gubernur  Provinsi  Sumatera  Utara.  Atas  dasar  itu, kelompok  tim  pendukung
35
Syamsul  Arifin  mendekati  para  pelaksana  redaksi  Harian Waspada  untuk  membahas  kerjasama  pemberitaan  yang  terkait  kampanye  Syamsul
Arifin.  Atas  permintaan  Amran  YS  dan  kelompok  pendukung  itulah  diberikan  porsi ruang  kolom  dan  iklan  yang  sama  antara  Syamsul  Arifin  dengan  Ali  Umri  di  Harian
Waspada.  Peran  yang  dilakukan  Hendra  DS  adalah  memantau  perkembangan pemberitaan  dan  meminta  kepada  wartawan,  atas  dasar  pertemanan,  untuk  tidak
memuat berita negatif tentang Syamsul Arifin di Harian Waspada. Dari beberapa sumber informasi yang ada, terkait pengaruh Pemuda Pancasila di
Harian Waspada, untuk kampanye Syamsul Arifin di media cetak dilakukan atas dasar transaksional  dan  hubungan  baik  antara  kader  dan  tokoh  Pemuda  Pancasila  dengan
pengelola  Harian  Waspada.  Pemuatan  berita  dan  iklan  mengenai  Syamsul  Arifin  di beberapa terbitan Harian Waspada, ketika menjelang pelaksanaan kampanye dilakukan,
karena sudah ada kesepakatan antara pemimpin redaksi dengan tim pendukung Syamsul Arifin  mengenai  sejumlah  pendanaan  yang  harus  diberikan  kepada  pemimpin
35
Tim  pendukung  Syamsul  Arifin  yang  mengundang  para  pelaksana  redaksi  Harian  Waspada  bukanlah tim yang dibentuk dari koalisi partai politik pendukung, tetapi oleh para pejabat pemerintah di Kabupaten
Langkat yang selama ini punya hubungan baik dengan para wartawan di Waspada.
Universitas Indonesia
perusahaan.  Kesepakatan  itu  juga  terjadi  karena  hubungan  baik  antara  tim  pendukung dengan  para  pelaksana  redaksi  Harian  Waspada.  Relasi  tokoh  dan  kader  Pemuda
Pancasila  Sumatera  Utara  kepada  Harian  Waspada  mempermudah  terjadinya kesepakatan itu, bukan karena tindakan represif atau kekerasan yang biasanya dilakukan
oleh Pemuda Pancasila. Media  cetak  di  Sumatera  Utara  lain  yang  pemimpin  redaksinya  kader  Pemuda
Pancasila  adalah  surat  kabar  Harian  Sumut  Pos.  Media  ini  merupakan  salah  satu jaringan lokal dari Jawa Pos yang ada di Sumatera Utara. Pada tahun 2008 Afffan Bay
adalah  redaktur  pelaksana  Harian  Sumut  Pos  dan  menjabat  sebagai  Ketua  Bidang Informasi dan Komunikasi MPW Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara. Sebagai
kader  Pemuda  Pancasila,  Affan  Bay,  berkewajiban  menyukseskan  instruksi  MPW Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara  terkait  dukungan  calon  gubernur.  Posisi  Affan  Bay
tersebut,  akan  mempermudah  jalinan  relasi  kepada  semua  pemimpin  redaksi  media cetak  di  Sumatera  Utara.  Harian  Sumut  Pos  misalnya  menjadi  salah  satu  harian  yang
memberi  porsi  ruang  kolom  dan  iklan  cukup  besar  bagi  Syamsul  Arifin.  Berita-berita yang sifatnya memberi citra tidak baik bagi Syamsul Arifin tidak akan dimuat di Harian
Sumut  Pos.  Dibandingkan  dengan  kandidat  Gubernur  Sumatera  Utara  yang  lainnya, porsi  ruang  kolom  dan  iklan  tidak  sebesar  Syamsul  Arifin.  Di  antara  calon  gubernur
lainnya yang menggunakan iklan media di Sumut Pos secara rutin adalah Ali Umri dan Tri Tamtomo.
Affan  Bay  juga  banyak  menerima  data-data  mengenai  Syamsul  Arifin  sebagai Bupati  Langkat  terkait  pengelolaan  keuangan  pemerintah  di  Kabupaten  Langkat
berikut juga data pribadi Syamsul Arifin yang mengarah kepada pembunuhan karakter character  assassination.  Menjelang  pemilihan  Gubernur  Sumatera  Utara,  banyak
sekali  wartawan  Sumut  Pos  yang  menerima  data-data  seperti  itu,  bukan  hanya  soal Syamsul  Arifin  tetapi  juga  calon-calon  lainnya.  Affan  Bay  tidak  begitu  sulit  untuk
memberikan  porsi  ruang  kolom  dan  iklan  kepada  calon  gubernur  yang  didukung Pemuda Pancasila karena Anif Shah juga dekat dengan pemimpin redaksi dan pengelola
yang lainnya di Sumut Pos. Pertemuan antara Syamsul Arifin dengan pengelola Harian Sumut Pos difasilitasi oleh Affan Bay untuk membahas bentuk kesepakatan kerja sama
di antara kedua pihak. Hampir semua program-program sosialisasi di media cetak yang disusun  oleh  tim  sukses  Syamsul  Arifin  ada  di  Harian  Sumut  Pos  yaitu  iklan  kuping
kolom pojok bertuah, artikel, dan Rubrik Kita Bertanya Syamsul Menjawab.
Universitas Indonesia
Rubrik  yang  terakhir  merupakan  ruang  kolom  yang  membahas  tentang pertanyaan  para  pembaca  yang  disampaikan  kepada  Harian  Sumut  Pos  lalu  dijawab
oleh  Syamsul  Arifin.  Ide  jawaban  dari  pertanyaan  masyarakat  Sumatera  Utara  yang dijawab  Syamsul  Arifin  dalam  rubrik  tersebut  menjadi  tanggung  jawab  Affan  Bay  di
Sumut Pos. Tidak jarang juga dialog itu seperti direkayasa atau dirancang sendiri oleh para wartawan yang mengelola rubrik itu. Bukan berarti jawaban-jawaban dalam rubrik
itu bersumber langsung dari Syamsul Arifin, tetapi lebih banyak ditulis oleh wartawan yang mengelola rubrik tersebut setelah mendapatkan izin dari Affan Bay.
36
Tugas  lain  yang  harus  dilakukan  Affan  Bay  adalah  mempublikasikan  kegiatan- kegiatan  pemenangan  pemilihan  Gubernur  Sumatera  Utara  yang  dilakukan  oleh  MPW
Pemuda  Pancasila  di  semua  media  cetak  Sumatera  Utara.  Sebagai  Ketua  Bidang Informasi  dan  Komunikasi  MPW  Pemuda  Pancasila  Sumatera  Utara,  Affan  Bay
mengajak para koleganya sebagai pemimpin redaksi maupun wartawan untuk membuat berita-berita positif yang dapat mengangkat citra Syamsul Arifin.
Bagi  koran-koran  yang  tidak  begitu  besar  oplahnya,  pertemuan  tersebut  sering dilakukan di kantor MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara karena di kantor itu pula
para  wartawan  selalu  berkumpul  dan  bertemu  dengan  pimpinan  wilayah  Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Selain itu pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara
sering memberikan pengarahan kepada wartawan terkait pemberitaan yang menyangkut aktivitas Pemuda Pancasila. Jika ada kejadian tertentu seperti perselisihan, perkelahian,
perampokan,  atau  berita  negatif  tidak  diperbolehkan  menyebutkan  nama  Pemuda Pancasila.  Kalaupun  harus  ditulis  cukup  menyebutkan  salah  satu  organisasi  pemuda
karena terkait dengan citra Pemuda Pancasila di mata masyarakat.
5.4.  Pemanfaatan  Jaringan  Birokrasi,  Pengusaha  Lokal,  dan  Media  dalam Memenangkan Syampurno