Pemuda Pancasila dan Media Cetak Lokal

Universitas Indonesia itu pula, Syamsul kemudian mendapatkan bantuan lainnya berupa dana untuk kegiatan pemilihan gubernur tersebut.

5.3. Pemuda Pancasila dan Media Cetak Lokal

Media massa menjadi salah satu instutusi yang dapat meningkatkan atau menurunkan popularitas seseorang atau kelompok tertentu. Media massa juga selalu digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk kepentingan tertentu tekait pemberitaan yang dapat menimbulkan opini negatif atau positif. Banyak pihak yang saat ini mengkritisi fungsi media massa yang seharusnya menjadi salah satu media kontrol publik terhadap pemerintah. Pasca Orde Baru, kedudukan media massa menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan komunikasi politik pengembangan opini publik oleh karena media menjadi salah satu sarana dalam mendiskusikan wacana politik. Dalam komunikasi politik, media acapkali tidak hanya bertindak sebagai saluran yang menyampaikan pesan politik melainkan juga sebagai agen politik. Pada posisi inilah media melakukan proses pengemasan pesan framing of political massages dan proses inilah yang menyebabkan sebuah peristiwa atau aktor politik memiliki citra tertentu. 26 Gejala tersebut berlaku umum baik di tingkat nasional maupun lokal bagi pemilik dan pengelola media massa, terlebih lagi pada saat sistem pemilihan pejabat publik dilakukan secara langsung. Pertumbuhan media massa di Sumatera Utara sedikit berbeda dengan daerah- daerah lain di Indonesia. Untuk daerah di luar Sumatera Utara seperti daerah di pulau Jawa, media massa umumnya dikuasai oleh kelompok yang sudah sejak eksis di dunia pers yaitu kelompok Pikiran Rakyat dan Jawa Pos. Kedua kelompok ini kemudian mendirikan media cetak yang memakai nama lain namun memuat isi berita terkait isu- isu lokal. Di Sumatera Utara tumbuh dan berkembangnya media massa terkait dengan situasi politik yang berkembang di tanah air dengan inisiatif tokoh lokal yang konsisten bekerja pada bidang media cetak. Beberapa media lokal besar di Sumatera Utara bukan bagian dari jaringan pemilik media di pulau Jawa, melainkan dari tokoh-tokoh pers lokal dan memiliki jaringan dengan tokoh pers di Jakarta. 26 Harsono Suwardi. “Pengantar” dalam Ibnu Hamad. 2010. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. xvi. Universitas Indonesia Pada awal tahun 1965, saat gerakan PKI melakukan teror kepada organisasi mahasiswa dan pemuda yang menentang kekuatannya di Sumatera Utara, beberapa pemilik surat kabar lokal di Medan ikut terlibat dalam peristiwa tersebut. HMI Himpunan Mahasiswa Islam di Sumatera Utara misalnya yang menantang keberadaan PKI, terus diprovokasi oleh CGMI Centra Gerakan Mahasiswa Indonesia dan menimbulkan peristiwa Restaurant Remaja di Jalan Sudirman Medan. Pihak PKI mengobrak-abrik restoran tersebut karena disangka menjadi markas HMI. Selain HMI, PKI juga melancarkan teror kepada Pemuda Pancasila sebagai Borujis Nekolim atau Kabir Kapitalis Birokrat. Peristiwa tersebut tidak terlepas dari sorotan media lokal di Sumatera Utara. Selain organisasi mahasiswa dan pemuda, ada dua kelompok karya seni di kota Medan yaitu kelompok seni yang menyatakan harus berkiblat dengan orientasi politik pemerintah dan kelompok seni yang esksistensi para senimannya hanya berkarya berlandaskan Humaniora. Pada saat inilah para pemilik media cetak berada dalam dua kubu arus besar yaitu kelompok media yang membentuk Barisan Manikebu terdiri dari semua surat kabar revolusioner seperti Harian Waspada, Mimbar Umum, Harian Indonesia Baru, Mingguan Dobrak, Mingguan Resopim, Harian Mercu Suar, Harian Cahaya sekarang Medan Pos, dan beberapa surat kabar lainnya dengan tokoh-tokoh Sabaruddin Ahmad, Soaduan Siregar, Sori Siregar, dan Bayo Suti. Sedangkan yang menentang adalah kelompok seni Lekra Lembaga Kebudayaan Rakyat yang terdiri dari pihak PKI di antaranya yaitu Surat Kabar Harian Gotong Royong dan Harian Sinar Revolusi. 27 Kelompok surat kabar pertama tetap berusaha untuk selalu mempertahankan kemurnian falsafah dan way of life bangsa yang berlandaskan Pancasila. Sedangkan kelompok kedua berusaha menyebarkan ajaran komunis melalui kebudayaan atau dikenal dengan nama Lekra yang disebarluaskan oleh PKI. Perbedaan itu bukan hanya pada soal pemikiran, tetapi mengarah kepada benturan fisik di antara kedua kelompok tersebut. Lalu pada sebuah kesempatan, Pemuda Pancasila menyerang dan membakar kantor redaksi Surat Kabar Gotong-Royong di Jalan Kumango. Beberapa tokoh Pemuda 27 Perdebatan tentang Lekra dan Manikebu lihat Alesander Supartono. 2000. “Lekra VS Manikebu, Perdebatan Kebudayaan Indonesia 1950-1965”. Skripsi. Jakarta: STF Drikarya. Lihat juga Taufik Ismail dan DS Moeljanto. 1995. Prahara Budaya: Kilas Balik Ofensif LekraPKI dkk. Jakarta: Republika dan Mizan. Universitas Indonesia Pancasila terlibat di dalamnya. Mereka ditahan, tetapi tak lama kemudian dibebaskan atas bantuan Kusen Tjokrosentono. Kekuatan PKI yang sudah demikian besar dapat menerobos jajaran pemerintah, angkatan bersenjata, perusahaan-perusahaan dan lain sebagainya. Dengan kekuatan yang sedemikian rupa PKI dapat menggilas dan menerjang semua orang. Atas desakan PKI, semua surat kabar pro-Pancasila yang tergabung dalam wadah BPS Badan Pendukung Sukarnoisme pun diberangus pada 24 Februari 1965. 28 Tinggallah koran- koran corong PKI yang terdiri dari “Harian Harapan”, “Harian Bendera Revolusi”, “Gotong-Royong” dan “Obor Revolusi”. Masyarakat pro-Pancasila semakin haus informasi, hingga akhirnya dengan dukungan ABRI terbit lagi beberapa koran melawan suara PKI, antara lain “Harian Tjahaja” pimpinan Arsyad Noh yang membawa suara IPKI. Harian ini dibeli Ibrahim Sinik dari Kerani Bukit untuk dilanjutkan penerbitannya. Penerbitan pertama harian ini sangatlah sulit dilakukan, karena tidak ada percetakan yang berani mencetaknya akibat ancaman PKI. Satu-satunya percetakan yang berani adalah “Percetakan Mestika” pimpinan Tengku Yafizham, SH. Akibatnya pada malam harinya tiga mobil Pemuda Rakyat mendatangi percetakan itu untuk merusak dan memutuskan kabel listrik. Perlawanan diberikan oleh Pemuda Pancasila, dan penerbitan “Tjahaja” selanjutnya pindah ke percetakan Deli pimpinan Drs. Amir Husin. 29 Hingga akhirnya kerusuhan mereda setelah PKI diyatakan sebagai salah satu organisasi terlarang dan dijadikan musuh bersama oleh pemerintah Orde Baru. Setelah peristiwa yang menimbulkan banyak kerugian dan korban jiwa itu, para pemilik perusahaan surat kabat mendapatkan kemudahan dalam hal pengembangan usaha penerbitan surat kabar. Berbagai macam regulasi ditetapkan oleh pemerintah Orde Baru terkait dengan kebebasan pers, salah satunya adalah kebijakan SIUPP Surat Izin Untuk Penerbitan Pers yang harus menjadi bagian penting dalam pengelolaan surat kabar. Di Sumatera Utara, pada masa Orde Baru, pembinaan media massa menjadi salah satu program penting pemerintah. Segala penerbitan di media massa berada dalam pengawasan pemerintah dan bila tetap ingin terbit, maka surat kabar harus memberitakan hal-hal yang baik tentang pemerintah Orde Baru. Para pemilik surat 28 Muhammad TWH. 1996. Perlawanan Pers Sumatera Utara Terhadap Gerakan PKI. Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan RI. hal. 213. 29 Ibid. 220-222. Universitas Indonesia kabar di Sumatera Utara yang eksis di dunia pers adalah mereka yang pada tahun 1965 mendukung falsafah pancasila dan membentuk Barisan Manikebu. Kelompok media tersebut terdiri dari semua surat kabar revolusioner seperti Harian Waspada, Mimbar Umum, Harian Indonesia Baru, Mingguan Dobrak, Mingguan Resopim, Harian Mercu Suar, Harian Cahaya berubah menjadi Medan Pos. Harian Cahaya yang dibredel pada tahun 1965 berubah namanya menjadi Sinar Revolusi pada tahun 1966. Ketika awal Orde Baru atas saran dari Panglima Daerah Militer I Bukit Barisan, Leo Lapolisa, nama Sinar Revolusi diubah menjadi Sinar Pembangunan. Pemilik harian surat kabar Sinar Pembangunan, Ibrahim Sinik 30 , merupakan insan pers yang sangat dekat dengan para tokoh Pemuda Pancasila di antara pemilik surat kabar lainnya seperti Waspada, Sinar Indonesia Baru, dan Mimbar Umum. Kedekatan Ibrahim Sinik dengan para tokoh pers di Jakarta seperti Harmoko misalnya, menambah jaringan bisnis medianya menjadi lebih terbuka. Atas saran Harmoko pada tahun 1989 harian Sinar Pembangunan berubah nama menjadi Medan Pos untuk mengikuti kecenderungan pasar media di Jawa yang banyak menggunakan koran lokal dengan nama daerah seperti Jawa Pos. 31 Setelah pemerintah Orde Baru jatuh, Pemuda Pancasila di Sumatera Utara juga tidak memiliki media massa cetak secara langsung. Untuk kepentingan publikasi kegiatan Pemuda Pancasila, Pemuda Pancasila menjalin hubungan yang intensif dengan pemilik dan wartawan media cetak lokal. Untuk mengurusi kegiatan itu posisi ketua bidang humas hubungan masyarakat diberikan kepada kader yang berprofesi sebagai wartawan atau pemilik media cetak lokal di Sumatera Utara. Pada masa kepemimpinan Donald Sidabalok, nama humas berubah menjadi bidang informasi dan komunikasi. Tugas utama bidang informasi dan komunikasi adalah memberikan penjelasan terkait kebijakan strategis Pemuda Pancasila kepada masyarakat melalui media massa dan pertemuan dengan masyarakat secara langsung. Sedangkan pengendalian tugas bidang ini dilakukan oleh ketua wilayah seperti bertemu secara langsung dengan pemilik surat kabar dan para wartawan. Pengaruh Pemuda Pancasila terhadap media massa dari sisi 30 Ibrahim Sinik menjadi salah seorang tokoh di Sumatera Utara yang namanya selalu dicantumkan dalam kepengurusan MPO Majelis Pertimbangan Organisasi Pemuda Pancasila. Salah seorang putra Ibrahim Sinik, Farianda Putra Sinik, menjadi pengurus Pemuda Pancasila di Sumatera Utara dan menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Medan Pos sejak 1994. 31 Wawancara dengan Farianda Putra Sinik, Pemimpin Redaksi Medan Pos, 25 Januari 2011, pukul 13.00 Wib, di Medan. Universitas Indonesia pemberitaan dapat dirasakan oleh pengelola media serta wartawan yang bertugas di lapangan. Banyak pengalaman nyata yang dialami oleh pengelola media dan wartawan pada saat meliput peristiwa kerusuhan seperti perkelahian antar anggota Pemuda Pancasila dengan Ikatan Pemuda Karya yang meresahkan kenyamanan warga di Kota Medan tidak diberitakan secara utuh. Salah satu peristiwa yang mengindikasikan ketidakberdayaan pers di Sumatera Utara saat terjadi perebutan wilayah kekuasaan di Pasar Perumahan Simalingkar, Kota Medan. Wilayah itu sebelumnya dikuasai oleh anggota Pemuda Pancasila, tetapi akhirnya harus dibagi dua dengan anggota Ikatan Pemuda Karya. Lahan itu juga adalah tempat yang paling banyak menghasilkan uang karena disana ada lahan parkir, pasar tempat pedagang banyak berjualan dan salah satu tempat pemberhentian trayek angkutan kota di Kota Medan. Bentrokan pemuda terjadi karena anggota Ikatan Pemuda Karya ingin mengambil dan merebut daerah yang telah dikuasai oleh anggota Pemuda Pancasila disebabkan pemasukan uang yang didapat oleh anggota Pemuda Pancasila lebih banyak dari lahan tersebut. Keinginan dari anggota Ikatan Pemuda Karya yang berusaha merebut lokasi inilah yang mengakibatkan konflik dengan Pemuda Pancasila. Masing- masing anggota dari kedua organisasi ini mempersenjatai dirinya dengan senjata tajam seperti pisau, kelewang, panah beracun, bom molotov, dan sebagainya. Persenjataan ini digunakan untuk melumpuhkan lawan-lawan yang menghalangi perlawanan mereka. Banyak korban dari kedua belah pihak kelompok organisasi pemuda ini. Ada yang luka maupun meninggal dunia, begitu juga dari masyarakat banyak rumah yang rusak dan tempat berjualan para pedagang banyak yang hancur karena dekat dengan tempat terjadinya perkelahian. Sampai beberapa hari lamanya perkelahian itu terjadi, polisi tidak dapat mengambil tindakan seperti menangkap para preman itu meski sudah mengetahui bahwa masing-masing anggota organisasi itu membawa senjata tajam. Meski ada yang terluka, insan pers tidak berani secara leluasa menuliskan kejadian yang sebenarnya sesuai azas jurnalistik yang dianut. Para anggota organisasi pemuda itu melakukan kekerasan terhadap dua orang wartawan harian lokal di Kota Medan. Secara ringkas isi pemberitaan itu menuliskan kegelisahan pedagang dan masyarakat setempat jika pertengkaran antar organisasi pemuda tidak didamaikan akan berdampak pada penghasilan pedagang dan kehidupan warga di sekitar perumnas Universitas Indonesia Simalingkar itu. Tindakan premanisme itu dilakukan oleh salah satu oknum Pemuda Pancasila yang mendapat perlindungan dari aparat keamanan setempat. Wartawan itu menulis tentang aksi brutal yang dilakukan oleh anggota Pemuda Pancasila. Berita ini kemudian membuat marah seorang tokoh Pemuda Pancasila di kecamatan Medan Selayang dan meminta wartawan tersebut untuk datang ke kantor anak ranting Pemuda Pancasila di sekitar Perumahan Simalingkar. Tokoh Pemuda Pancasila itu memukul salah seorang wartawan, semuanya terjadi di depan anggota Pemuda Pancasila. Kemudian setelah puas memarahi dan memukul, wartawan itu pun disuruh pulang. 32 Wartawan itu tidak berani melaporkan perlakuan kasar yang telah dialaminya kepada aparat keamanan atau pemilik koran karena takut akan ancaman para tokoh Pemuda Pancasila itu. Hampir setiap hari di kantor MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara selalu saja ada wartawan yang datang berkunjung untuk bertemu dengan pimpinan Pemuda Pancasila. Pada masa kepemimpinan Anuar Shah, jalinan hubungan dengan pemilik media cetak lokal dan wartawan menjadi program rutin organisasi. Sesekali para wartawan yang sengaja dipanggil, untuk tidak memberitakan kabar negatif terkait anggota atau pengurus Pemuda Pancasila. Kepada pemilik media cetak, pimpinan MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara selalu datang berkunjung beraudiensi ke kantor surat kabar untuk menjalin silaturahmi. Khusus kepada pemilik surat kabar yang menjadi sesepuh Pemuda Pancasila seperti Ibrahim Sinik, ada penghormatan khusus yang dilakukan oleh pengurus Pemuda Pancasila. Seorang wartawan menyampaikan bahwa pada masa kepemimpinan Anuar Shah, sedikit ada perubahan sikap dan perlakuan kepada wartawan. Di samping itu, ada beberapa pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara yang berprofesi sebagai wartawan dan pemilik media. Mereka menyarankan kepada ketua wilayah untuk mendekati media massa khususnya media cetak untuk berbincang dengan wartawan dan mengunjungi pimpinan redaksi terkait kegiatan-kegiatan Pemuda Pancasila Sumatera Utara. 32 Wawancara dengan salah seorang wartawan media cetak lokal, 18 Januari 2012, pukul 10.00 Wib, di Kampus FISIP USU. Universitas Indonesia Tabel 5.3 Pengurus MPW Pemuda Pancasila yang Berprofesi sebagai Wartawan Tahun 2008 Nama Jabatan di MPW Pemuda Pancasila Jabatan di Perusahaan Farianda Putra Sinik Ketua Bidang Hankam Pemimpin Redaksi Harian Medan Pos Hendra DS Ketua Bidang Ideologi dan Politik Hubungan Masyarakat Harian Waspada Affan Bay Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi Redaktur Pelaksana Sumut Pos Sumber: Diolah dari Berbagai Sumber Wawancara, 2011. Pada saat proses pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara tahun 2008, perlakuan kepada pengelola dan wartawan media massa cetak lokal tidak hanya mengandalkan intimidasi. Pendekatan kepada pemilik dan wartawan media massa cetak lokal dilakukan dengan cara mengundang para wartawan untuk press conference pada waktu MPW Pemuda Pancasila mendeklarasikan dukungan Syamsul Arifin sebagai calon gubernur. Kemudian mengundang para wartawan untuk memberitakan kegiatan- kegiatan yang dilakukan Pemuda Pancasila Sumatera Utara dalam mendukung Syamsul Arifin sebagai gubernur. Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara memberi perintah kepada seluruh pengurus yang bekerja di media cetak agar dapat memuat berita-berita positif tentang Syamsul Arifin. Jika terdengar kabar atau isu yang tidak baik tentang berita Syamsul Arifin pada media-media tempat para pengurus Pemuda Pancasila Sumatera Utara bekerja maka akan diberikan sanksi organisasi berupa pemecatan dan ancaman kepada wartawan yang bersangkutan. Farianda Putra Sinik, Hendra DS, dan Affan Bay menganggap perintah kepada mereka dari Ketua MPW Pemuda Pancasila, sebagai panggilan tugas organisasi yang harus dijalankan. Ketiga kader Pemuda Pancasila itu menjalankan instruksi organisasi dengan cara yang berbeda-beda karena tergantung dari jabatan di perusahaan media cetak tempat mereka bekerja. Farianda Putra Sinik yang menjabat pimpinan redaksi pada Harian Medan Pos merupakan anak dari Ibrahim Sinik yang dikenal sebagai tokoh pers yang pernah bersama-sama dengan sesepuh Pemuda Pancasila lainnya menentang keberadaan PKI di Sumatera Utara. Farianda menjadi anggota Pemuda Pancasila sejak tahun 1984 bermula dari jabatan sebagai sekretaris ranting, lalu ke tingkat kecamatan dan pada masa Universitas Indonesia kepemimpinan Anuar Shah dipercaya sebagai ketua bidang hankam di MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Sebagai kader Pemuda Pancasila, Farianda, punya tanggung jawab moral untuk membantu calon yang didukung oleh MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara melalui pemberitaan di Harian Medan Pos. Menurut Farianda, sosok Syamsul Arifin di keluarga besar Harian Medan Pos tidak asing lagi karena pernah menjadi reporter olah raga harian ini di Kabupaten Langkat. Syamsul Arifin sangat dikenal baik oleh pemilik Medan Pos yaitu Ibrahim Sinik dan selalu mengingatkan pemimpin redaksi untuk tidak menuliskan berita negatif yang merugikan Syamsul Arifin. Menyikapi instruksi dari Ketua MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Farianda kemudian menyampaikan kepada seluruh wartawan Medan Pos untuk tidak memuat berita yang merugikan Syamsul Arifin. Meskipun pernah ada seorang wartawan Medan Pos menyampaikan data kepada Farianda untuk ditulis dalam berita tentang dugaan kasus korupsi Syamsul Arifin ketika menjabat sebagai Bupati Langkat. Untuk memastikan dukungan Harian Medan Pos kepada calon gubernur, Syamsul Arifin mendatangi pemilik dan pemimpin redaksi. Dalam kunjungannya itu, pengelola Medan Pos memastikan akan memberikan dukungan kepada Syamsul Arifin melalui pendekatan media agar dapat meningkatkan citra yang lebih baik. Medan Pos yang dikenal sebagai korannya anak-anak Pemuda Pancasila di Sumatera Utara memperhatikan secara serius instruksi dari Ketua MPW Pemuda Pancasila untuk membantu calon gubernur yang didukung. 33 Cara yang berbeda dilakukan oleh Hendra DS 34 yang menjabat sebagai humas di Harian Waspada, karena posisinya bukan sebagai pemimpin redaksi. Sebagai humas, Hendra DS, hanya bisa memberikan saran dan pengaruh kepada pemimpin redaksi mengenai layak atau tidaknya suatu berita dimuat apalagi terkait kasus-kasus tertentu. Keputusan akhir ada pada pemimpin redaksi atau pemilik koran terhadap berita yang akan atau tidak ditulis. Harian Waspada adalah salah satu koran terbesar di Sumatera Utara dan wilayah Nangroe Aceh Darussalam. Pada saat pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara, banyak calon yang mendekati pemilik dan pemimpin redaksi Harian Waspada dalam rangka meningkatkan citra positif melalui media cetak. Untuk hal ini, 33 Wawancara dengan Farianda Putra Sinik, Pemimpin Redaksi Medan Pos, 25 Januari 2011, pukul 13.00 Wib, di Medan. 34 Hendra DS yang berprofesi sebagai wartawan juga menjabat sebagai Ketua Partai Patriot Kota Medan dan anggota DPRD Kota Medan Periode 2004-2009 dari Partai Patriot Pancasila. Universitas Indonesia kebijakan pemimpin redaksi adalah memberikan ruang yang sama kepada semua calon gubernur berdasarkan kesepakatan dengan pemimpin perusahaan melalui tim pemasaran. Artinya, besaran ruang kolom yang diberikan kepada calon gubernur tergantung belanja iklan mereka kepada Harian Waspada. Hendra DS yang pada saat itu menjabat sebagai anggota DPRD Kota Medan, memiliki pengaruh yang kuat kepada pemimpin redaksi maupun pemilik perusahaan Harian Waspada. Tetapi, Hendra DS tidak dapat memutuskan kebijakan perusahaan tekait dengan potensi dana yang bisa diraih oleh media dalam pemilihan gubernur. Para calon akan menggunakan jasa harian Waspada untuk beriklan dan di antara mereka akan berupaya mendekati pemilik Waspada terkait permintaan dukungan. Hendra hanya meminta kepada teman-teman wartawan Waspada agar memuat berita-berita yang tidak merugikan Syamsul Arifin. Menurut penjelasan seorang redaktur di Harian Waspada, ada seorang tokoh senior Pemuda Pancasila yaitu Amran YS, yang mendekati Prabudi Said Pemimpin Redaksi Waspada untuk bertemu dengan Syamsul Arifin. Pertemuan itu dilakukan karena tulisan di Harian Waspada mengenai pemilihan gubernur lebih memberikan ruang kolom dan iklan yang lebih besar kepada Ali Umri dalam kampanye pemilihan Gubernur Provinsi Sumatera Utara. Atas dasar itu, kelompok tim pendukung 35 Syamsul Arifin mendekati para pelaksana redaksi Harian Waspada untuk membahas kerjasama pemberitaan yang terkait kampanye Syamsul Arifin. Atas permintaan Amran YS dan kelompok pendukung itulah diberikan porsi ruang kolom dan iklan yang sama antara Syamsul Arifin dengan Ali Umri di Harian Waspada. Peran yang dilakukan Hendra DS adalah memantau perkembangan pemberitaan dan meminta kepada wartawan, atas dasar pertemanan, untuk tidak memuat berita negatif tentang Syamsul Arifin di Harian Waspada. Dari beberapa sumber informasi yang ada, terkait pengaruh Pemuda Pancasila di Harian Waspada, untuk kampanye Syamsul Arifin di media cetak dilakukan atas dasar transaksional dan hubungan baik antara kader dan tokoh Pemuda Pancasila dengan pengelola Harian Waspada. Pemuatan berita dan iklan mengenai Syamsul Arifin di beberapa terbitan Harian Waspada, ketika menjelang pelaksanaan kampanye dilakukan, karena sudah ada kesepakatan antara pemimpin redaksi dengan tim pendukung Syamsul Arifin mengenai sejumlah pendanaan yang harus diberikan kepada pemimpin 35 Tim pendukung Syamsul Arifin yang mengundang para pelaksana redaksi Harian Waspada bukanlah tim yang dibentuk dari koalisi partai politik pendukung, tetapi oleh para pejabat pemerintah di Kabupaten Langkat yang selama ini punya hubungan baik dengan para wartawan di Waspada. Universitas Indonesia perusahaan. Kesepakatan itu juga terjadi karena hubungan baik antara tim pendukung dengan para pelaksana redaksi Harian Waspada. Relasi tokoh dan kader Pemuda Pancasila Sumatera Utara kepada Harian Waspada mempermudah terjadinya kesepakatan itu, bukan karena tindakan represif atau kekerasan yang biasanya dilakukan oleh Pemuda Pancasila. Media cetak di Sumatera Utara lain yang pemimpin redaksinya kader Pemuda Pancasila adalah surat kabar Harian Sumut Pos. Media ini merupakan salah satu jaringan lokal dari Jawa Pos yang ada di Sumatera Utara. Pada tahun 2008 Afffan Bay adalah redaktur pelaksana Harian Sumut Pos dan menjabat sebagai Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MPW Pemuda Pancasila Provinsi Sumatera Utara. Sebagai kader Pemuda Pancasila, Affan Bay, berkewajiban menyukseskan instruksi MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara terkait dukungan calon gubernur. Posisi Affan Bay tersebut, akan mempermudah jalinan relasi kepada semua pemimpin redaksi media cetak di Sumatera Utara. Harian Sumut Pos misalnya menjadi salah satu harian yang memberi porsi ruang kolom dan iklan cukup besar bagi Syamsul Arifin. Berita-berita yang sifatnya memberi citra tidak baik bagi Syamsul Arifin tidak akan dimuat di Harian Sumut Pos. Dibandingkan dengan kandidat Gubernur Sumatera Utara yang lainnya, porsi ruang kolom dan iklan tidak sebesar Syamsul Arifin. Di antara calon gubernur lainnya yang menggunakan iklan media di Sumut Pos secara rutin adalah Ali Umri dan Tri Tamtomo. Affan Bay juga banyak menerima data-data mengenai Syamsul Arifin sebagai Bupati Langkat terkait pengelolaan keuangan pemerintah di Kabupaten Langkat berikut juga data pribadi Syamsul Arifin yang mengarah kepada pembunuhan karakter character assassination. Menjelang pemilihan Gubernur Sumatera Utara, banyak sekali wartawan Sumut Pos yang menerima data-data seperti itu, bukan hanya soal Syamsul Arifin tetapi juga calon-calon lainnya. Affan Bay tidak begitu sulit untuk memberikan porsi ruang kolom dan iklan kepada calon gubernur yang didukung Pemuda Pancasila karena Anif Shah juga dekat dengan pemimpin redaksi dan pengelola yang lainnya di Sumut Pos. Pertemuan antara Syamsul Arifin dengan pengelola Harian Sumut Pos difasilitasi oleh Affan Bay untuk membahas bentuk kesepakatan kerja sama di antara kedua pihak. Hampir semua program-program sosialisasi di media cetak yang disusun oleh tim sukses Syamsul Arifin ada di Harian Sumut Pos yaitu iklan kuping kolom pojok bertuah, artikel, dan Rubrik Kita Bertanya Syamsul Menjawab. Universitas Indonesia Rubrik yang terakhir merupakan ruang kolom yang membahas tentang pertanyaan para pembaca yang disampaikan kepada Harian Sumut Pos lalu dijawab oleh Syamsul Arifin. Ide jawaban dari pertanyaan masyarakat Sumatera Utara yang dijawab Syamsul Arifin dalam rubrik tersebut menjadi tanggung jawab Affan Bay di Sumut Pos. Tidak jarang juga dialog itu seperti direkayasa atau dirancang sendiri oleh para wartawan yang mengelola rubrik itu. Bukan berarti jawaban-jawaban dalam rubrik itu bersumber langsung dari Syamsul Arifin, tetapi lebih banyak ditulis oleh wartawan yang mengelola rubrik tersebut setelah mendapatkan izin dari Affan Bay. 36 Tugas lain yang harus dilakukan Affan Bay adalah mempublikasikan kegiatan- kegiatan pemenangan pemilihan Gubernur Sumatera Utara yang dilakukan oleh MPW Pemuda Pancasila di semua media cetak Sumatera Utara. Sebagai Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara, Affan Bay mengajak para koleganya sebagai pemimpin redaksi maupun wartawan untuk membuat berita-berita positif yang dapat mengangkat citra Syamsul Arifin. Bagi koran-koran yang tidak begitu besar oplahnya, pertemuan tersebut sering dilakukan di kantor MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara karena di kantor itu pula para wartawan selalu berkumpul dan bertemu dengan pimpinan wilayah Pemuda Pancasila Sumatera Utara. Selain itu pengurus MPW Pemuda Pancasila Sumatera Utara sering memberikan pengarahan kepada wartawan terkait pemberitaan yang menyangkut aktivitas Pemuda Pancasila. Jika ada kejadian tertentu seperti perselisihan, perkelahian, perampokan, atau berita negatif tidak diperbolehkan menyebutkan nama Pemuda Pancasila. Kalaupun harus ditulis cukup menyebutkan salah satu organisasi pemuda karena terkait dengan citra Pemuda Pancasila di mata masyarakat.

5.4. Pemanfaatan Jaringan Birokrasi, Pengusaha Lokal, dan Media dalam Memenangkan Syampurno

Dokumen yang terkait

Strategi Kampanye Pasangan Calon H.Syamsul Arifin Dan Gatot Pujonugroho Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008

1 51 161

Kebijakan Dan Kiprah Politik Muhammadiyah Sumatera Utara Terhadap Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Analisis Pada : Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2008)

4 96 75

Solusi Atas Isu Politik Tentang Calon Independen Dan Ajakan Golput Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008.

0 0 14

TATACARA PENDAFTARAN CALON GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR_PARPOL

0 0 26

Opini Mahasiswa Kota Medan Terhadap Iklan Politik Calon Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2018

0 0 10

Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 87

Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 11

BAB 2 SUMATERA UTARA DAN PEMUDA PANCASILA: PERSPEKTIF HISTORIS, DINAMIKA SOSIAL, EKONOMI, DAN POLITIK - Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Waki

0 1 58

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 51

Kekuasaan dan Politik Lokal (Studi tentang Peran Pemuda Pancasila dalam Mendukung Syamsul Arifin dan Gatot Pudjonugroho sebagai Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008)

0 0 18