Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
siswa lebih bergairah dalam belajar.
8
Lawrence dan Harvey dalam Afriadi mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan dukungan
bagi siswa untuk saling bertukar ide, memecahkan masalah, berpikir alternatif dan meningkatkan kecakapan berbahasa.
9
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen untuk saling
bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, serta memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat
teman, berpikir kritis dan berkomunikasi yang berkualitas. Hal yang penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan
kerja sama dan kolaborasi, sehingga membuat siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran yang dapat memberikan dampak positif terhadap kualitas
interaksi dan komunikasi yang berkualitas. Hubungan yang baik antar sesama teman dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Jadi, pada
pembelajaran kooperatif ini siswa belajar lebih banyak dari teman-teman mereka daripada guru, karena dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap
siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, salah satu di antaranya adalah model Jigsaw. Pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi
pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
10
Menggunakan Jigsaw, siswa-siswa di tempatkan ke dalam tim-tim belajar heterogen beranggota lima
sampai enam orang.
11
Setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan
8
Ibid., h. 15.
9
Afriadi, Pembelajaran Kooperatif Model STAD dengan Model Jigsaw dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa SMA Negeri Malang pada Konsep Reproduksi Manusia,
Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Vol. 3 No. 2, Maret 2006, h. 109.
10
Isjoni, op. cit., h. 54.
11
Richard I. Arends, Learning to Teach: Belajar untuk Mengajar, Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soetjipto, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 13.
menguasai satu porsi materi yang telah dipilih untuknya. Para anggota dari tim-tim yang berbeda, tetapi membicarakan topik yang sama kelompok ahli
bertemu untuk belajar dan saling membantu dalam mempelajari dan menguasai topik tersebut tahap ini dinamakan diskusi kelompok ahli. Setelah
itu, siswa kembali ke tim asalnya dan mengajarkan sesuatu yang telah mereka pelajari dalam tahap diskusi kelompok ahli kepada anggota-anggota lain di
timnya masing-masing tahap ini dinamakan diskusi kelompok asal. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, sehingga setiap anggota kelompok memiliki rasa
saling bergantung positif antar anggota kelompoknya. Salah satu kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini adalah terjadinya interaksi
multiarah pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat diterapkan pada
hampir seluruh subyek mata pelajaran. Dalam hal ini peneliti memilih satu konsep yang ada pada mata pelajaran biologi yaitu virus, karena pada konsep
virus ini banyak terdapat topik-topik yang menarik untuk dilakukan pembahasan lebih lanjut dengan cara berdiskusi kelompok, serta banyak
permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam topik-topik tersebut yang harus dipecahkan dengan cara berdiskusi bersama anggota kelompok. Selain
itu, pembagian materi pada konsep virus juga mudah dilakukan, hal ini dikarenakan banyaknya topik-topik pada konsep virus yang menarik untuk
diperbincangkan. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini guru memberikan
kebebasan kepada siswa untuk saling berinteraksi dan mengemukakan pendapatnya, karena dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw inilah
komunikasi memegang peranan sangat penting. Tanpa adanya komunikasi, konstruksi pengetahuan secara sosial tidak akan terjadi. Pada saat
berkomunikasi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, siswa akan mengemukakan berbagai argumen, menganalisis dan menimbang argumen
tersebut, serta menyimpulkan dan mensintesis argumen yang akan menjadi argumen kesepakatan bersama.
Argumen yang terjadi selama pembelajaran dapat diidentifikasi polanya. Ada beberapa pola atau model argumen. Model argumentasi Toulmin
lebih tepat digunakan, karena model ini yang paling lengkap yang dapat menggambarkan kriteria dari suatu argumen. Toulmin dalam Freeley
berpendapat bahwa suatu argumen dapat mengandung klaim K, data D, penjamin warrantW, pendukung backingB, kualifikasi qualifierQ, dan
sanggahan rebuttalR.
12
Model ini pun lebih banyak dikembangkan, bahkan kualitas argumentasi siswa dapat dinilai secara kuantitatif mulai dari level 1-5
berdasarkan kerangka kerja analisis dari Osborne yang mengklasifikasikan level argumentasi siswa dimulai dari level 1-5.
13
Penelitian berkaitan dengan efektivitas pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa sudah banyak dilakukan, di
antaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yeti Sulastri dan Diana Rochintaniawati pada tahun 2009 mengenai pengaruh penggunaan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Biologi di SMPN 2 Cimalaka,
14
selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Aceng Haetami dan Supriadi pada tahun 2010 mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan,
15
serta penelitian yang dilakukan oleh H. M. Sirih dan Muhammad Ali pada tahun 2007 mengenai penerapan model
pembelajaran tipe Jigsaw dengan tongkat estafet untuk meningkatkan aktivitas
12
Austin J. Freeley, Argumentation and Debate: Rational Decision making, California: Wadsworth Publishing Co., Inc., 1966, p. 139.
13
Vaille Dawson, and Grady Jane Venville, High- school Students’ Informal Reasoning
and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific Literacy? International Journal of Science Education, Vol. 31 No. 11, July 2009, pp. 1421-1445.
14
Yeti Sulastri, dan Diana Rochintaniawati, Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Pembelajaran Biologi di SMPN 2 Cimalaka, Jurnal Pengajaran
MIPA, Vol. 13 No. 1, April 2009, h. 15, tersedia online http:fpmipa.upi.edu, diakses 9-12- 2010.
15
Aceng Haetami, dan Supriadi, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali
Kelarutan, Wakapendik,
Vol. 6
No. 1,
Februari 2010,
h. 1,
tersedia online
http:jurnal.pdii.lipi.go.id, diakses 15-07-2011.
siswa dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 2 Kendari,
16
tetapi belum banyak penelitian yang mengungkap bagaimana kualitas argumentasi yang
dibangun siswa selama pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pentingnya mengungkap kualitas argumentasi yang dibangun siswa
selama pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlangsung adalah untuk perbaikan kepada proses pembelajaran selanjutnya, karena dengan
diungkapnya kualitas argumentasi siswa tersebut maka guru menjadi tahu seberapa besar kemampuan siswanya dalam berargumentasi, sehingga guru
dapat memperbaiki dan meningkatkan cara mengajar serta proses pembelajaran menjadi lebih baik lagi. Dengan terungkapnya kualitas
argumentasi siswa ini maka guru akan mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam berpikir rasional, karena seperti yang telah diketahui bahwa
proses argumentasi merupakan dasar dalam berpikir rasional. Semakin tinggi level argumentasi siswa maka semakin baik pula pemahaman konsep siswa,
karena siswa yang memiliki level argumentasi tinggi berarti tingkat pemahaman konsep siswa tersebut sangat baik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Analisis Wacana Argumentasi Siswa pada Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Konsep Virus Kelas X
”, penelitian ini akan dilakukan di kelas X SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mengungkap kualitas argumentasi siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw konsep virus.