Gambar 2.1 Alur Pengelompokkan pada Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw
Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Kunci dari Jigsaw ini adalah interdependensi, yang
artinya bahwa tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan agar dapat berkinerja dengan
baik.
25
Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi dengan baik dan bekerja keras dalam kelompok ahli mereka agar mereka dapat
memberikan banyak informasi kepada anggota dalam kelompok asalnya. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini adalah dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, karena siswa tidak hanya
25
Robert E. Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Terj. Narulita Yusron, Bandung: Penerbit Nusa Media, 2005, h. 237.
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah terjadinya interaksi multiarah. Setiap siswa mendapat kesempatan
untuk melakukan interaksi sosial antar siswa dan antara siswa dengan guru untuk membahas materi yang menjadi tugasnya. Dalam model
pembelajaran biasa atau tradisional guru menjadi pusat semua kegiatan kelas. Sebaliknya, di dalam model belajar tipe Jigsaw, meskipun guru
tetap mengendalikan aturan, guru tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas. Guru berperan sebagai
fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri
serta menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa.
3. Analisis Wacana Argumentasi
Argumen adalah sebuah pernyataan yang berisi sebuah klaim yang didukung oleh data dan dikemukakan untuk mempengaruhi seseorang, hal
ini diungkapkan oleh Inch, “an argument is a set of statements in which a
claim is made, support is offered for it, and there is an attempt to influence someone in a context of disagreement argumen adalah satu set pernyataan
yang berisi sebuah klaim, dukungan ditawarkan untuk itu, dan ada upaya
untuk mempengaruhi seseorang dalam konteks ketidaksetujuan
”.
26
Sedangkan, Ennis mengemukakan bahwa “argument is an attempt to
prove or establish a conclusion. It has two major parts: a conclusion and the reason or reasons offered in support of the conclusion argumen
adalah suatu usaha untuk membuktikan atau membentuk kesimpulan. Memiliki dua bagian utama: kesimpulan dan alasan atau alasan ditawarkan
dalam mendukung kesimpulan ”.
27
Adapun Kuhn dalam Dawson mendefinisikan argumen sebagai sebuah pernyataan dengan disertai
pembenaran, “an argument as „an assertion with accompanying
26
Edward S. Inch, Barbara Warnick, and Danielle Endres, Critical Thinking and Communication: The Use of Reason in Argument, Boston: Pearson Education, Inc., 2006, p. 9.
27
Robert H. Ennis, Critical Thinking, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1996, p. 2.
justification”, dan Means Voss dalam Dawson menggambarkan argumen sebagai pendapat dari suatu kesimpulan didukung oleh
setidaknya satu alasan, “an argument as „a conclusion supported by at
least one reason ”.
28
Eemeren berpendapat “argumentation is a verbal, social, and
rational activity aimed at convincing a reasonable critic of the acceptability of a standpoint by putting forward a constellation of
propositions justifying or refuting the proposition expressed in the standpoint argumentasi adalah kegiatan verbal, sosial, dan rasional yang
ditujukan untuk meyakinkan seorang kritikus dari penerimaan sudut pandang
dengan mengedepankan
konstelasi membenarkan
atau menyangkal
proposisi-proposisi yang
diungkapkan dalam
sudut pandang
”.
29
Argumentasi bertujuan untuk meyakinkan pendengar atau pembaca mengenai penerimaan sudut pandang. Keraf mendefinisikan
argumentasi sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar percaya dan bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembicara. Melalui argumentasi, penulis pembicara berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa,
sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Pendapat Keraf ini senada dengan Inch,
“argumentation is the process of making arguments intended for justify beliefs, attitudes, and values, do as to influence others argumentasi adalah
proses pembuatan argumen ditujukan untuk membenarkan keyakinan, sikap, dan nilai-nilai, dilakukan untuk mempengaruhi orang lain
”.
30
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, argumentasi adalah pemberian
28
Vaille Dawson, and Grady Jane Venville, High- school Students’ Informal Reasoning
and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific Literacy? International Journal of Science Education, Vol. 31 No. 11, July 2009, pp. 1421-1445.
29
Frans H. Van Eemeren, and Rob Grootendorst, A Systematic Theory of Argumentation: The Pragma-Dialectical Approach, New York: Cambridge University Press, 2004, p. 1.
30
Edward S. Inch, Barbara Warnick, and Danielle Endres, op. cit., p. 8.
alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.
31
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut tentang argumentasi, maka dapat disimpulkan bahwa argumentasi merupakan
sebuah wacana yang berusaha meyakinkan atau membuktikan kebenaran
suatu pernyataan, pendapat, sikap, atau keyakinan, dengan didukung oleh fakta-fakta, sehingga mampu meyakinkan dan membuktikan bahwa
pendapat tersebut benar atau tidak. Argumentasi bertujuan mempengaruhi seorang pendengar untuk membenarkan pernyataan, pendapat, dan sikap
yang diajukan. Dengan dikemukakannya sebuah argumentasi maka seorang pendengar akan menyetujui bahwa pendapat, keyakinan, dan sikap
pembicara benar. Chang dan Chiu membedakan argumentasi menjadi dua jenis yaitu
argumentasi formal dan informal ditinjau dari sisi istilah dan struktur penalaran reasoning. Berdasarkan istilah, argumentasi formal terdiri dari
premis-premis yang baku, penambahan dan penghapusan isi premis tidak diperbolehkan. Adapun argumentasi informal mengandung fitur kognitif
dan afektif, individu dapat mengubah premis berdasarkan pengetahuan dan keyakinan pribadi, informasi dari media massa, buku teks, atau
pengalaman hidup, dan lain-lain. Berdasarkan perspektif struktur penalaran, penalaran formal umumnya menghasilkan sebuah struktur
linier, yang biasanya tidak berkaitan dengan praktik kehidupan sehari-hari. Sedangkan pada kehidupan sehari-hari, umumnya setiap individu
mengembangkan informasi dari berbagai sumber informasi yang terkategori sebagai penalaran informal dan menyimpulkan sesuatu secara
tentatif sesuai kondisi. Hasilnya penalaran informal digambarkan sebagai sebuah pohon yang terdiri dari banyak cabang.
32
31
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2010, h. 58.
32
S. N. Chang, and M. H. Chiu, Lactos’s Scientific Research: Programmes as a
Framework for Analysing Informal Argumentation about Sosio-scientific Issues, International Journal of Science Education, Vol. 30 No. 17, 2008, pp. 1753-1773.
Jika mengacu pada pendapat Chang dan Chiu, maka pengertian argumen dan argumentasi yang dikemukakan oleh Inch tergolong jenis
informal. Menurut Inch, et al. argumen memiliki tiga karakteristik, yaitu:
Karakteristik pertama
“a claim is an expressed opinion or a conclusion that the arguer wants accepted klaim adalah pendapat yang dikemukakan
atau kesimpulan yang diinginkan oleh pemberi argumen untuk diterima ”.
Karakteristik kedua
“claims are supported by evidence and by the reasoning or inferences that connect the evidence to the claim klaim
didukung oleh fakta dan alasan atau inferensi yang menghubungkan fakta ke klaim
”. Karakteristik ketiga “the third and last characteristic of
arguments is that they are attempts to influence someone in a context where people disagree with each other karakteristik ketiga dan yang
terakhir dari argumen adalah bahwa argumen mencoba untuk mempengaruhi seseorang dalam situasi yang mana orang tersebut tidak
setuju dengan yang lainnya ”.
33
Tiga kriteria tersebut yaitu klaim, pendukung klaim, dan usaha mempengaruhi menjadi ciri sebuah argumen
informal. Kriteria pertama dari argumen yaitu klaim, klaim merupakan
sebuah opini atau pendapat yang dikemukakan oleh seseorang atau sebuah kesimpulan yang ingin diterima oleh orang lain. Kriteria kedua dari
argumen adalah dukungan yang disediakan untuk klaim baik berupa bukti dan penalaran atau inferensi yang menghubungkan bukti dengan klaim.
Bukti merupakan sesuatu yang dapat membuat audien menerima dan dapat digunakan untuk mendukung klaim yang tidak diterima. Kriteria ketiga
dari argumen adalah berusaha untuk mempengaruhi seseorang yang berada dalam ketidaksetujuan. “Berusaha untuk mempengaruhi” adalah sangat
penting menentukan sukses dan tidaknya pendapat seseorang. Berdasarkan kriteria ini sebuah argumentasi akan terjadi jika terdapat pihak yang
berlawanan atau pihak yang menyanggah. Selama tidak ada pihak yang
33
Edward S. Inch, Barbara Warnick, and Danielle Endres, op. cit., p. 9-11.