Teknik Pengumpulan Data METODOLOGI PENELITIAN

mengembangkan argumentasi dalam pembelajaran biologi. 7 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Indra Fardhani mengenai analisis kualitas argumentasi siswa kelas VII SMP pada materi ekosistem dengan metode debat, pada penelitian yang dilakukan oleh Indra Fardhani pengambilan data hanya berlangsung dalam satu kali pertemuan, dimana pembelajaran yang dilakukan dalam penelitiannya tersebut dibagi kedalam tiga termin dan hanya berlangsung dalam satu kali pertemuan. 8 Penelitian ini hanya berlangsung dalam satu kali pertemuan, hal ini dilakukan karena mengacu pada tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu untuk mengungkap kualitas argumentasi siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw konsep virus, jadi dalam penelitian ini peneliti hanya memotret atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan. Dalam implementasinya, penelitian ini memotret bagaimana proses argumentasi yang dibangun siswa selama pembelajaran dan kemudian didokumentasikan untuk selanjutnya dianalisis guna mengungkap kualitas dari argumentasi siswa tersebut. Proses argumentasi ini penting karena merupakan dasar dalam berpikir rasional. Pertemuan dalam penelitian ini diawali oleh pengajar dengan memberikan sedikit informasi kepada siswa mengenai pokok bahasan virus, selama 10 menit. Selanjutnya, siswa dikelompokkan kedalam kelompok asal yang beranggotakan 5-6 orang. Kemudian, pengajar membagi pokok bahasan virus kedalam beberapa topik, yaitu virus cacar, polio, rabies, influenza, dan HIV-AIDS. Masing-masing anggota kelompok asal mendapatkan satu topik yang berbeda dan menjadi ahli dari topik yang didapatnya ahli virus cacar, polio, rabies, influenza, dan HIV- AIDS. Setelah itu, diberikan Lembar Kerja Siswa LKS kepada masing- masing ahli dalam kelompok asal, sesuai dengan topik yang menjadi 7 Tatang Suratno, Mengembangkan Argumentasi dalam Pembelajaran Biologi, Jurnal EDUSAINS, Vol. 1 No. 1, Juni 2008, h. 1. 8 Indra Fardhani, “Analisis Kualitas Argumentasi Siswa Kelas VII SMP pada Materi Ekosistem dengan Metode D ebat”, Skripsi pada UPI Bandung, Bandung, 2011, h. 31, tidak dipublikasikan. keahliannya. LKS tersebut berisi 3 buah pertanyaan mengenai definisi dan penyebab penyakit tertentu cacar, polio, rabies, influenza, dan HIV- AIDS, serta perbedaan antara bakteriofage dengan virus tertentu yang menjadi keahliannya. Tahapan ini disebut pembentukan kelompok, yang berlangsung selama 5 menit. Selanjutnya, masing-masing ahli dari setiap kelompok asal berkumpul untuk mendiskusikan dan merumuskan solusi terhadap permasalahan atau pertanyaan yang tercantum dalam LKS yang telah diberikan pada tahap pembentukan kelompok, selama 20 menit. Tahapan ini disebut diskusi kelompok ahli. Setelah tahap diskusi kelompok ahli selesai, setiap ahli kembali ke kelompok asal masing-masing untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok ahli kepada kelompok asal masing-masing. Masing-masing ahli kembali diberikan Lembar Kerja Siswa LKS untuk membuat ringkasan mengenai materi pembelajaran yang telah didapat dari masing-masing ahli. Siswa diberi waktu selama 45 menit untuk saling bertukar informasi antar para ahli dalam kelompok asal masing-masing, serta membuat ringkasan mengenai materi pembelajaran yang telah didapat dari masing-masing ahli. Tahapan ini disebut diskusi kelompok asal. Setelah itu, perwakilan kelompok asal siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya didepan kelas. Pertemuan ini diakhiri dengan pemberian sebuah kuis berbentuk tanya jawab oleh pengajar kepada seluruh siswa, selama 10 menit. Kuis ini bertujuan sebagai penguatan terhadap materi. Kuis ini berisi 3 pertanyaan mengenai definisi virus, virus tergolong kedalam sel atau bukan, dan status virus virus merupakan makhluk hidup atau benda mati. Penelitian ini menggunakan satu orang yang bertindak sebagai pengajar guru model dan dua orang yang bertindak sebagai pengamat selama proses pembelajaran berlangsung, yang salah satu di antaranya adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat. Selama proses pembelajaran berlangsung, pengamat mengamati setiap kegiatan siswa dalam hal ini pengamat mengamati bagaimana proses argumentasi yang dibangun siswa selama pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlangsung dan membuat catatan di lapangan. Pada tahap diskusi kelompok ahli, peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat mengamati 3 kelompok ahli, dan 4 kelompok asal pada tahap diskusi kelompok asal. Sedangkan, satu pengamat pembantu mengamati 2 kelompok ahli pada tahap diskusi kelompok ahli, dan 4 kelompok asal pada tahap diskusi kelompok asal. 3. Tahap Pengolahan Data Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah data primer yang berasal dari hasil perekaman audio, berisi percakapan atau wacana argumentasi siswa selama pembelajaran. Sedangkan, data yang berasal dari LKS tidak dianalisis secara spesifik, namun digunakan untuk memverifikasi bahwa hasil transkripsi wacana argumentasi lisan siswa sama dengan wacana argumentasi tulisan siswa yang tertuang dalam LKS, sehingga data yang berasal dari LKS dijadikan sebagai data pendukung penelitian atau data sekunder. Sementara itu, catatan lapangan yang dibuat juga dijadikan sebagai data pendukung penelitian atau data sekunder dan digunakan untuk verifikasi terhadap hasil transkripsi, namun tidak dianalisis secara spesifik.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum menganalisis data, terlebih dahulu dilakukan perekaman audio terhadap wacana argumentasi siswa yang terjadi selama pembelajaran. Data yang berasal dari hasil perekaman ini dianalisis dengan teknik analisis wacana. Analisis wacana bertujuan untuk mengungkap kualitas argumentasi siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw konsep virus. Kualitas argumentasi siswa ditentukan berdasarkan model argumentasi Toulmin dan penentuan level argumentasi siswa berdasarkan kerangka kerja analisis dari Osborne, et al. Aspek yang akan dianalisis adalah wacana argumentasi lisan siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Proses menganalisis wacana argumentasi lisan siswa dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap Pembuatan Transkripsi Pembuatan transkripsi diawali dengan membuat transkripsi dari rekaman audio kedalam bentuk data tekstual, dalam hal ini disebut dengan teks asli. Teks asli ini merupakan penulisan kembali seluruh percakapan pada tahap diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, dan kuis yang terekam dalam alat perekam. 2. Tahap Penghalusan Teks Pada tahap ini teks asli mengalami proses penghalusan teks menjadi teks dasar. Penghalusan dilakukan dengan cara penghapusan dan atau penyisipan kata atau kalimat. 9 Penghapusan dilakukan untuk menghapus kata yang memiliki makna sama dengan kata sebelumnya. Bagian yang dihapus di masukkan kedalam tanda kurung atau “[…]”. 10 Sedangkan, penyisipan kata atau kalimat dilakukan agar proposisi menjadi lebih tajam tanpa keluar dari acuan kalimat sebelumnya. Penulisan kata atau kalimat yang disisipkan adalah dengan tanda cetak miring italic. 11 Pembuatan teks dasar ini bertujuan agar kalimat-kalimat yang dihasilkan menjadi lebih efektif. 3. Tahap Reduksi Reduksi ini berfungsi untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interpretasi bisa ditarik. 12 Teks dasar yang telah dibuat mengalami reduksi data menjadi teks yang bersifat argumentasi dan yang mendukung 9 Yanti Herlanti, “Penilaian Proses Belajar Mengajar IPA di Kelas Melalui Pedagogi Materi Subyek ”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan IPA, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 23 Juli 2011, h. 89, tersedia online http:www.academia.edu, diakses 18-02-2013. 10 Ibid. 11 Ibid., h. 90. 12 Basrowi, dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 209. mengarahkan pada argumentasi, sehingga dapat dilakukan pengkodean untuk menilai kualitas argumentasi siswa yang terjadi selama pembelajaran. Teks yang bersifat argumentasi mengalami pengkodean sesuai dengan model argumentasi Toulmin. Toulmin dalam Freeley berpendapat bahwa suatu argumen dapat mengandung klaim K, data D, penjamin warrantW, pendukung backingB, kualifikasi qualifierQ, dan sanggahan rebuttalR. 13 Klaim K adalah kesimpulan, pendapat, atau pernyataan yang kuat; data D adalah fakta yang mendukung klaim; penjamin warrantW adalah penjelasan tentang hubungan antara klaim dengan data; pendukung backingB adalah asumsi dasar untuk mendukung penjamin; kualifikasi qualifierQ adalah kondisi dimana klaim meyakinkan atau tidak; dan sanggahan rebuttalR adalah pernyataan yang menyanggah sebuah klaim, data, dan penjamin yang bertentangan. 14 Sedangkan, untuk teks yang mendukung mengarahkan pada argumentasi, tetapi bukan sebuah argumen dikode dengan non klaim. 4. Tahap Penentuan Level Argumentasi Wacana argumentasi siswa yang telah dikode, selanjutnya ditentukan level argumentasinya dengan berdasarkan atas kerangka kerja analisis dari Osborne, et al. Penentuan level argumentasi siswa berdasarkan kerangka kerja analisis dari Osborne, et al. yaitu sebagai berikut: “Osborne, et al.’s 2004 analytical framework classified students’ argument at Level 1 claim versus a counter-claim or a claim versus a claim, Level 2 claims with either data, warrants, or backings, but no rebuttals, Level 3 series of claims or counter-claims with either data, warrants, or backings with the occasional weak rebuttal, Level 4 claim or claims and counter-claims with a clearly identifiable rebuttal, and finally Level 5 extended argument with more than one rebuttal”. 15 13 Austin J. Freeley, Argumentation and Debate: Rational Decision making, California: Wadsworth Publishing Co., Inc., 1966, p. 139. 14 Vaille Dawson, and Grady Jane Venville, High- school Students’ Informal Reasoning and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific Literacy? International Journal of Science Education, Vol. 31 No. 11, July 2009, pp. 1421-1445. 15 Ibid. Kutipan di atas mengandung arti bahwa kerangka kerja analisis dari Osborne, et al. 2004 mengklasifikasikan level argumentasi siswa sebagai berikut: Level 1 klaim berlawanan dengan counter klaim atau klaim berlawanan dengan klaim, Level 2 klaim disertai dengan data, penjamin, atau pendukung, tetapi tidak mengandung sanggahan, Level 3 serangkaian klaim atau counter klaim disertai dengan data, penjamin, atau pendukung dengan sanggahan yang lemah, Level 4 klaim dan counter klaim dengan sanggahan yang dapat diidentifikasi dengan jelas, dan terakhir Level 5 argumen yang lebih luas dengan lebih dari satu sanggahan. Proses sebelum menganalisis wacana argumentasi lisan siswa dimulai dari perekaman audio sampai pada proses menganalisis wacana argumentasi lisan siswa ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4 sebagai berikut: Gambar 3.4 Proses Sebelum Menganalisis Sampai Pada Proses Menganalisis Wacana Argumentasi Lisan Siswa Perekaman Wacana Argumentasi Lisan Siswa Pembuatan Transkripsi Penghalusan Teks Reduksi Penentuan Level Argumentasi

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Upaya meningkatkan belajar siswa melalui strtegi pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada konsep hidrokarbon: penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) di Madrasah Aliyah Annajah Pettukangan selatan Jakartach

4 24 102

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PADA POKOK BAHASAN PERHITUNGAN KIMIA.

0 2 17