Mayoritas Kualitas Argumentasi Siswa Berada pada Level 1, dan

kepada siswa dalam menyelesaikan tugas. 9 Jadi, dalam hal ini guru bertindak sebagai fasilitator bagi siswa. Akan tetapi, pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilakukan ini peran guru sebagai fasilitator sangatlah minim, khususnya pada saat berjalannya diskusi kelompok terutama pada tahap diskusi kelompok ahli. Selain itu, guru juga kurang dalam hal pemantauan dan pengawasan perilaku siswa, serta kurangnya pula ketegasan dari guru saat berlangsungnya diskusi kelompok. Hal inilah yang menyebabkan siswa bercakap yang bukan merupakan materi pembelajaran pada saat berlangsungnya diskusi kelompok diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal. 2. Siswa Kegiatan pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa Student Centered Learning. Siswa dituntut untuk aktif dan senantiasa ambil bagian dalam aktivitas belajar. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. 10 Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini para siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap anggota kelompok diberi satu bagian materi yang telah dipilih untuk dipelajari dan dikuasai. Selanjutnya, siswa dari masing-masing kelompok yang mendapatkan bagian materi yang sama berkumpul untuk berdiskusi diskusi kelompok ahli, kemudian siswa dari kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan atau mempresentasikan materi yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asalnya diskusi kelompok asal. Pada saat diskusi kelompok inilah terjadi diskusi dan komunikasi yang intensif antar anggota kelompok yang berhasil terekam dalam alat perekam. Analisis wacana argumentasi siswa diperlukan untuk mengungkap kualitas 9 Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007, h. 371. 10 Isjoni, Cooperative Learning: Efektivitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta, 2010, h. 54. argumentasi siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini. Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang telah dilakukan ini guru tidak lagi menjadi pusat semua kegiatan kelas, akan tetapi siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas. Hal ini terbukti dengan besarnya antusias siswa dalam mengikuti setiap tahapan yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini. Siswa mendapatkan dan menguasai materi pelajaran dengan cara melakukan diskusi kelompok diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal bersama dengan kelompok yang telah ditentukan oleh guru. Dalam hal ini, siswa bertanggung jawab atas dirinya sendiri serta anggota kelompoknya dalam menguasai materi pelajaran. Setiap kegiatan siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlangsung dilakukan perekaman untuk selanjutnya dianalisis, guna mengungkap kualitas argumentasi siswa yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Berdasarkan hasil analisis wacana argumentasi lisan siswa yang berasal dari data perekaman dengan dibantu Lembar Kerja Siswa LKS dan catatan lapangan sebagai data sekunder menunjukkan bahwa pada beberapa kelompok ahli banyak terjadi kecenderungan kompromi untuk menerima satu klaim yang tersedia untuk dijadikan klaim bersama dan siswa dalam kelompok asal hanya mengandalkan kemampuan dari masing-masing ahli yang ada dalam kelompok asalnya saja saat masing- masing ahli ini mempresentasikan dan menginformasikan mengenai topik yang menjadi keahliannya kepada kelompok asalnya, sedangkan siswa lain yang bukan menjadi ahli dari topik yang sedang dipresentasikan oleh salah satu ahli dalam kelompok asal tersebut tidak ada yang mencoba untuk memberikan persepsi atau pendapatnya. Argumen yang dikemukakan oleh siswa selama pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini berlangsung kebanyakan berupa klaim, dan sangat sedikit yang mengemukakan klaim beserta dengan data-data yang mendukung klaim dan penjamin yang mendukungnya. Hal inilah yang menyebabkan mayoritas kualitas argumentasi siswa berada pada level 1 argumentasi mengandung klaim berlawanan dengan counter klaim atau klaim berlawanan dengan klaim, dan minoritas kualitas argumentasi siswa berada pada level 2 klaim disertai dengan data, penjamin, atau pendukung, tetapi tidak mengandung sanggahan. 3. Lembar Kerja Siswa LKS Saat berlangsungnya tahap diskusi kelompok ahli dan diskusi kelompok asal pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini, masing- masing siswa mendapatkan 1 buah Lembar Kerja Siswa LKS yang akan digunakan siswa sebagai alat dalam berargumentasi. LKS yang diberikan pada tahap diskusi kelompok ahli berbeda dengan LKS yang diberikan pada tahap diskusi kelompok asal. Pada tahap diskusi kelompok ahli, LKS yang diberikan sesuai dengan topik yang menjadi keahlian dari masing- masing siswa. LKS pada tahap diskusi kelompok ahli ini berisi 3 buah pertanyaan mengenai definisi dan penyebab penyakit tertentu topik yang disajikan adalah cacar, polio, rabies, influenza, dan HIV-AIDS, serta perbedaan antara bakteriofage dengan virus tertentu yang menjadi keahliannya. Siswa diminta untuk merumuskan solusi terhadap permasalahan yang diberikan pada LKS tersebut dengan cara berdiskusi bersama dengan kelompok ahlinya. Sedangkan, LKS yang diberikan pada tahap diskusi kelompok asal meminta siswa untuk membuat ringkasan mengenai materi pembelajaran yang telah didapat dari masing-masing ahli. Data yang berasal dari LKS ini tidak dianalisis secara spesifik, namun digunakan untuk memverifikasi bahwa hasil transkripsi wacana argumentasi lisan siswa sama dengan wacana argumentasi tulisan siswa yang tertuang dalam LKS tersebut, sehingga data yang berasal dari LKS ini dijadikan sebagai data pendukung penelitian atau data sekunder. Mengacu pada hasil analisis wacana argumentasi lisan siswa yang berasal dari data perekaman dengan dibantu Lembar Kerja Siswa LKS dan catatan lapangan sebagai data sekunder yang menunjukkan hasil bahwa ketika siswa diberi permasalahan yang sifatnya pemahaman C2,

Dokumen yang terkait

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep gaya bernuansa nilai (penelitian tindakan kelas di MTs Hidayatul Islamiyah Karawang)

0 8 223

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Upaya meningkatkan belajar siswa melalui strtegi pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada konsep hidrokarbon: penelitian tindakan kelas (classroom Action Research) di Madrasah Aliyah Annajah Pettukangan selatan Jakartach

4 24 102

PENGERUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA PADA KONSEP CAHAYA (KUASI EKSPERIMEN DI SDN CIRENDEU III, TANGERANG SELATAN)

1 5 177

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa pada konsep rangka dan panca indera manusia: penelitian kuasi eksperimen di Kelas IV MI Al-Washliyah Jakarta

0 5 172

Upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di Mi Al-Amanah Joglo Kembangan

0 6 103

Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar Antara Siswa Yang Diajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Konsep Protista

0 18 233

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor struktur dalam meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa SMPN 3 kota Tangerang selatan

1 12 173

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA PADA POKOK BAHASAN PERHITUNGAN KIMIA.

0 2 17