Surplus Produsen dan Surplus Konsumen

menerima untuk membatalkan hak istimewa untuk membeli pada harga yang lebih rendah yaitu, yang akan membuat perusahaan sama sejahtera pada harga sebelumnya Just, Hueth, dan Schmitz, 1982. Kebijakan harga dasar dilakukan untuk melindungi produsen, dan harga batas tertinggi dilakukan untuk melindungi konsumen sementara dalam hal perdagangan dunia, pemerintah dapat melindungi produsen maupun konsumen domestik berupa kebijakan tarif, pembatasan restriction, kuota impor untuk kasus negara pengimpor, atau subsidi ekspor untuk negara pengekspor. Selain itu, pemerintah juga dapat menetapkan pajak ekspor maupun kuota ekspor bagi komoditi yang merupakan bahan baku bagi industri domestik, dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan output bagi industri yang membutuhkan komoditi yang diekspor tersebut sebagai bahan baku. Semua kebijakan ini umumnya berdampak terhadap produsen, konsumen maupun pemerintah. Dampak yang ditimbulkan dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan teori ekonomi kesejahteraan welfare economics, yaitu dengan konsep pengukuran surplus konsumen consumer’s surplus dan surplus produsen producer’s surplus. Surplus konsumen dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah maksimum nilai uang yang ingin dibayar oleh konsumen dengan nilai yang benar-benar dibayar terhadap jumlah tertentu dari suatu produk. Surplus produsen adalah perbedaan antara jumlah nilai uang yang benar-benar diterima produsen dengan jumlah nilai minimum yang diinginkan produsen tersebut Just, Hueth, dan Schmitz, 1982; Hirshleifer, 1988. Vesdapunt 1984 menyatakan ada tiga dasar postulat yang penting dalam penggunaan surplus konsumen dan surplus produsen untuk mengukur kesejahteraan yaitu : 1 permintaan merupakan refleksi dari keinginan untuk membayar willingness to pay, 2 penawaran merupakan refleksi dari biaya marginal marginal cost, dan 3 perubahan pada pendapatan individu bersifat penambahan additive. Sumber : Just, Hueth, dan Schmitz 1982 Gambar 7. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen pada Kondisi Keseimbangan Pasar Penjelasan surplus produsen dan konsumen ini secara sederhana dijelaskan pada Gambar 7. Jika diasumsikan tidak ada perdagangan ke luar negeri, maka pada keadaan keseimbangan P e dan Q e , surplus konsumen adalah sebesar P e EB dan surplus produsen adalah sebesar P e EA. Kelemahan pengukuran surplus konsumen dengan kurva permintaan biasa adalah tidak mempertimbangkan efek pendapatan akibat dari perubahan harga, sehingga konsep surplus konsumen kurang menggambarkan kondisi keinginan konsumen untuk membayar atau menerima consumer willingnes to pay or to accept . Secara matematis, surplus produsen dan konsumen diukur dengan mengintegralkan fungsi penawaran dan fungsi permintaan Chiang, 1984. dp P Q CS pd Pe d ∫ = …………………………………………………….41 D E S Q e Harga P Jumlah Q B P e A dp P Q PS pe Pm m ∫ = ….…………………………………………………42 dimana: CS = nilai surplus konsumen Rp PS = nilai surplus produsen Rp Pe = harga keseimbangan Rp Pd = harga pada perpotongan kurva permintaan dengan sumbu harga Rpunit Pm = harga pada perpotongan kurva penawaran dengan sumbu harga Rpunit Perubahan harga pada pasar minyak sawit dunia melalui integrasi harga akan berpengaruh terhadap harga minyak sawit domestik sehingga akan mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit domestik. Dampak selanjutnya adalah terjadi perubahan pada surplus produsen dan surplus konsumen baik pada minyak sawit maupun minyak goreng sawit domestik. Dalam penelitian ini, analisis surplus konsumen dan surplus produsen dipelajari melalui pasar input dan pasar output khususnya untuk industri minyak goreng sawit. Produsen pada pasar input adalah produsen minyak sawit sedangkan konsumen adalah industri minyak goreng sawit. Adapun pada pasar output, produsen adalah industri minyak goreng sawit dan konsumen adalah masyarakat sebagai konsumen akhir minyak goreng sawit. Industri minyak goreng sawit bertindak ganda yaitu sebagai konsumen pada pasar input dan sebagai produsen pada pasar output maka perubahan net surplus industri ini dapat didekati melalui salah satu pasar Just, Hueth, dan Schmitz, 1982. Namun demikian penelitian ini melakukan analisis perubahan kesejahteraan produsen dan konsumen dari 4 sisi, yaitu perubahan surplus produsen minyak sawit, perubahan surplus konsumen minyak sawit, perubahan surplus produsen minyak goreng sawit, dan perubahan surplus konsumen minyak goreng sawit.

3.6. Konsep dan Berbagai Distorsi dalam Perdagangan

Menurut Gonarsyah 1987, ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan dunia ekspor-impor suatu negara dengan negara lain, yaitu keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan devisa bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, tidak semua negara mampu menyediakan kebutuhan masyarakatnya serta akibat adanya perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditi tertentu. Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Kindleberger dan Lindert 1982 menyatakan bahwa secara teoritis, volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawaran dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran excess supply. Di lain pihak kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan excess demand. Untuk melihat proses terjadinya perdagangan dunia perhatikan Gambar 8. Suatu negara negara A akan mengekspor suatu komoditi misalkan minyak sawit ke negara lain negara B apabila harga domestik di negara A sebelum terjadinya perdagangan dunia relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar daripada konsumsi domestiknya, sehingga di negara A telah terjadi kelebihan produksi excess supply. Dengan demikian negara A memiliki kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Di lain pihak, negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya lebih besar daripada produksi domestiknya excess demand sehingga harga yang terjadi di negara B lebih tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi dari negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Negara A Pasar Dunia Negara B Eksportir Importir Sumber : Kindleberger dan Lindert, 1982; Tweeten, 1992 Gambar 8. Proses Terjadinya Perdagangan antara Dua Negara Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa sebelum terjadinya perdagangan dunia harga di negara A sebesar P A , sedangkan di negara B sebesar P B . Penawaran di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih tinggi dari P A , sedangkan permintaan di pasar dunia akan terjadi jika harga dunia lebih kecil dari P B . Pada saat harga dunia Pw sama dengan P A maka di negara A tidak terjadi excess supply ES, namun di negara B akan terjadi excess demand ED sebesar s. Adapun jika harga dunia Pw sama dengan P B maka di negara A akan terjadi excess supply ES sebesar r, namun di negara B tidak terjadi excess demand ED. Dari P A dan P B tersebut maka akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar dunia, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar dunia sebesar Pw. Dengan adanya perdagangan tersebut maka negara A akan mengekspor komoditi minyak sawit sebesar x, sedangkan negara P Q D A S A D B S B ES ED Q A Q B P A P B Pw Q e r x s m P P Q Q B akan mengimpor minyak sawit sebesar m, dimana di pasar dunia besarnya x sama dengan m yaitu Q e Kindleberger dan Lindert, 1982; Tweeten, 1992. Menurut pemikiran kaum klasik maupun neo-klasik, sistem perdagangan bebas antar negara akan dapat memberikan manfaat yang maksimal. Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak ditemukan distorsi pasar yang pada dasarnya berasal dari adanya intervensi pemerintah berupa kebijakan-kebijakan perdagangan, diantaranya berupa pemberlakuan pajak ekspor, tarif impor, pembatasan eksporimpor kuota, pemberian subsidi eksporimpor dan berbagai bentuk distorsi non tarif non tariff barriers. Analisis parsial mengenai dampak kebijakan-kebijakan tersebut terhadap negara eksportir dan negara importir dapat dijelaskan pada uraian berikut.

3.6.1. Dampak Pajak Ekspor terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Gambar 9 berikut menunjukkan tentang dampak ekonomi dari pemberlakuan pajak ekspor. a b c Negara A Pasar Dunia Negara B Eksportir Importir Sumber : Tweeten, 1992 Gambar 9. Dampak Pajak Ekspor Pw’-t P Q 0 0 D A S A D B S B ES ED Pw Q e ES’ Pw’ Q’ e Q p Q c q c q p q’ c q’ p Q’ p Q’ c a b c d e f t 1 2 3 4 P P Q Pada dasarnya, pemberlakuan pajak ekspor terhadap suatu produk akan meningkatkan biaya ekspor sehingga dapat mengurangi jumlah produk yang diekspor. Di samping itu, pemberlakuan pajak ekspor akan menyebabkan harga yang diterima produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia sebesar pajak yang diberlakukan Grennes, 1984. Sebagai upaya penyederhanaan analisis, asumsi-asumsi yang digunakan adalah 1 hanya ada dua negara, yaitu negara A sebagai negara eksportir dan negara B atau gabungan negara-negara lainnya, ROW sebagai negara importir, 2 pajak ekspor yang diberlakukan adalah pajak spesifik, yaitu pemberlakuan pajak per unit produk yang diekspor, dan 3 negara eksportir adalah negara besar dalam perdagangan, dimana perubahan-perubahan jumlah ekspor dapat mempengaruhi harga dunia. Pada Gambar 9, pemberlakuan pajak ekspor spesifik t akan menggeser secara paralel kurva penawaran ekspor ES ke atas dengan jarak sebesar pajak t menjadi ES’. Pada kasus negara besar, dimana slope kurva permintaan impor yang dihadapi adalah negatif, maka penurunan jumlah penawaran ekspor pada harga tertentu akan meningkatkan harga dunia menjadi Pw’. Harga yang diterima produsen domestik pada negara A setelah adanya pajak ekspor adalah Pw’-t, dimana pada harga ini konsumsi domestik naik menjadi q’ c dan produksi domestik turun menjadi q’ p sehingga kelebihan penawaran yang terjadi sekarang adalah q’ p - q’ c . Sebaliknya di negara importir, dengan harga dunia Pw’, produksi meningkat menjadi Qp’ dan konsumsi turun menjadi Qc’ sehingga terjadi kelebihan permintaan sebesar Qc’-Qp’ yang besarnya sama dengan qp’-qc’ atau jumlah keseimbangan baru pada pasar dunia, yaitu qe’.