Naiknya produksi minyak sawit tersebut menyebabkan ekspor minyak sawit Indonesia meningkat pula sebagaimana pengaruh peningkatan harga ekspor
minyak sawit. Besarnya peningkatan harga minyak sawit domestik dibandingkan
peningkatan harga minyak goreng sawit domestik menyebabkan produksi minyak goreng sawit menurun sebesar 0.955 persen. Penurunan produksi minyak goreng
sawit sebesar 0.955 persen dan peningkatan harga minyak goreng sawit sebesar 0.048 persen menyebabkan ekspor minyak goreng sawit menurun sebesar 0.559
persen. Adapun permintaan minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan sebesar 0.097 persen yang disebabkan oleh peningkatan harga minyak goreng
sawit.
6.3.2.Peningkatan Harga Minyak Mentah Dunia
Dampak peningkatan harga minyak mentah dunia sebesar 10 persen terhadap permintaan dan penawaran minyak sawit di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 39. Peningkatan harga minyak mentah dunia sebesar 10 persen menyebabkan harga ekspor minyak sawit Indonesia mengalami peningkatan
sebesar 0.176 persen, sehingga menyebabkan ekspor minyak sawit meningkat sebesar 0.016 persen. Hal ini terjadi karena pada saat harga minyak mentah dunia
mengalami peningkatan maka permintaan terhadap minyak sawit untuk industri biodiesel juga semakin meningkat. Keadaan tersebut merupakan insentif bagi para
pengusaha eksportir minyak sawit untuk meningkatkan volume ekspornya. Peningkatan harga ekspor minyak sawit sebesar 0.176 persen menyebabkan
harga minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.06 persen sehingga produksi minyak sawit domestik meningkat sebesar 0.016 persen.
Tabel 39. Dampak Peningkatan Harga Minyak Mentah Dunia sebesar 10 persen terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di
Indonesia, Tahun 2003-2007
No. Variabel Endogen Nilai
Dasar Perubahan
1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
1336.9 0.0075
2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
247.3 0.0000
3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
473.8 0.0211
4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
54.6863 0.0011
5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
1550.6 0.0064
6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
445.7 0.0000
7 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
3.0039 0.0100
8 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
2.2989 0.0087
9 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
3.7331 0.0134
10 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
3.2087 0.0249
11 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
3.5997 0.0083
12 Produktivitas minyak sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
3.1909 0.0094
13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
4028.1 0.0174
14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
571.1 0.0175
15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
1771.8 0.0169
16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
176.9 0.0000
17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
5601.2 0.0125
18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
1451.4 0.0207
19 Produksi Minyak Sawit Indonesia
14128.2 0.0156
20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia
4231.8 -0.0473
21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng
3275.2 -0.0275
22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain
359.9 0.7502
23 Permintaan Minyak Sawit Domestik
3635.1 0.0495
24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik
1028.6 -0.0097
25 Penawaran Minyak Sawit Domestik
8776.1 0.0080
26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik
2676.8 -0.0635
27 Harga Minyak Sawit Domestik
3344.5 0.0598
28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia
397.9 0.1759
29 Harga Minyak Sawit Dunia
466.2 0.0000
30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik
3788.1 0.0026
31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia
397.3 0.0000
32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia
9119.8 0.0164
33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia
13138 0.0000
34 Ekspor Minyak Sawit Dunia
25678.6 0.0058
35 Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia
1555.1 -0.0257
36 Impor Minyak Sawit Cina
4488.9 0.0022
37 Impor Minyak Sawit India
3825 0.0000
38 Impor Minyak Sawit Pakistan
1483.3 0.0000
39 Impor Minyak Sawit Dunia
26320.8 0.0004
Sumber : Data diolah 2010
Kemudian dapat diketahui bahwa penawaran minyak goreng sawit juga mengalami penurunan 0.064 persen yang lebih besar daripada penurunan
permintaan minyak goreng sawit 0.01 persen sehingga menyebabkan harga minyak goreng sawit domestik naik sebesar 0.003 persen.
Selanjutnya, karena peningkatan harga minyak sawit domestik lebih besar dari peningkatan harga minyak goreng sawit domestik maka produksi minyak
goreng sawit mengalami penurunan sebesar 0.047 persen. Penurunan produksi minyak goreng sawit tersebut mendorong penurunan ekspor minyak goreng sawit
sebesar 0.026 persen. Adapun permintaan minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar
0.05 persen sebagai akibat naiknya permintaan minyak sawit oleh industri lain walaupun permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sawit menurun,
yang dikarenakan peningkatan permintaan minyak sawit oleh industri lain yang lebih besar daripada penurunan permintaan minyak sawit oleh industri minyak
goreng. Selanjutnya penawaran minyak sawit domestik mengalami peningkatan
sebesar 0.008 persen. Hal ini disebabkan oleh besarnya nilai dasar dari produksi minyak sawit dibandingkan ekspor minyak sawit Indonesia dan selisih perubahan
yang terjadi pada produksi minyak sawit serta ekspor minyak sawit Indonesia tidak besar, sehingga peningkatan produksi minyak sawit menjadi lebih besar
daripada peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia. Kemudian permintaan atas minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan sebesar 0.01 persen sebagai
akibat naiknya harga minyak goreng sawit domestik.
6.4. Dampak Kebijakan Domestik dan Perubahan Faktor Eksternal
terhadap Kesejahteraan Pelaku Industri Minyak Sawit Indonesia, Tahun 2003-2007
Tabel 40 berikut merupakan kompilasi dari dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap penerimaan devisa dan kesejahteraan pelaku
industri minyak sawit Indonesia tahun 2003-2007. Adapun kebijakan domestik merupakan peningkatan pajak ekspor minyak sawit sebesar 50 persen, penurunan
suku bunga BI sebesar 20 persen, peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 25 persen, sedangkan perubahan faktor eksternal merupakan peningkatan
harga minyak sawit dunia 25 persen dan peningkatan harga minyak mentah dunia 10 persen.
Tabel 40. Dampak Kebijakan Domestik dan Perubahan Faktor Eksternal terhadap Kesejahteraan Pelaku Industri Minyak Sawit Indonesia,
Tahun 2003-2007
Rp Milyar
Skenario Simulasi
Perub. SP
Minyak Sawit
Perub. SK
Minyak Sawit
Perub. SP
Minyak Goreng
Perub. SK
Minyak Goreng
Perub. TR
Pajak Perub.
Net Welfare
Perub. TR
Devisa Perub.
Net Surplus
IMG
1
-46.62 12.00 -0.85 0.21 470.58 435.32 -268.71 11.15
2
77.74 -20.02 0.42 -0.10 0.74 58.78
15.39 -19.59
3
-739.01 191.07 -9.36 2.26
-2.44 -557.48 -40.07 181.71
4
1 001.43 -255.99
7.58 -1.85
241.63 992.81
5 870.88 -248.41
5
28.26 -7.27 0.42 -0.10 1.87 23.18 44.68 -6.85
Keterangan : Perub :
perubahan SP :
surplus produsen
SK : surplus
konsumen TR
: penerimaan pemerintah IMG
: industri minyak goreng 1.
Peningkatan pajak ekspor minyak sawit sebesar 50 persen 2.
Penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 20 persen 3.
Peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 25 persen 4.
Peningkatan harga minyak sawit dunia 25 persen 5.
Peningkatan harga minyak mentah dunia 10 persen
Sumber : Data diolah 2010 Bila dianalisis dari dampaknya terhadap surplus produsen minyak sawit
maka perubahan yang menyebabkan peningkatan surplus produsen minyak sawit
paling besar Rp 1 001.43 milyar adalah jika harga minyak sawit dunia meningkat sebesar 25 persen. Hal ini disebabkan kenaikan harga minyak sawit
dunia sebesar 25 persen menyebabkan kenaikan harga minyak sawit domestik yang paling besar yaitu sebesar 2.114 persen Tabel 38. Sebaliknya peningkatan
penawaran minyak sawit domestik sebesar 25 persen memberikan dampak penurunan surplus produsen minyak sawit paling besar Rp 739.01 milyar karena
harga minyak sawit domestik mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 1.567 persen Tabel 37 dan 40.
Berdasarkan Tabel 40 juga dapat diketahui bahwa perubahan yang menyebabkan surplus konsumen minyak sawit mengalami peningkatan paling
besar Rp 191.07 milyar adalah peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 25 persen. Hal ini sejalan dengan besarnya penurunan harga minyak sawit
domestik akibat peningkatan penawaran minyak sawit domestik harga minyak sawit domestik mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 1.567 persen,
Tabel 37. Sebaliknya peningkatan harga minyak sawit dunia sebesar 25 persen menyebabkan penurunan surplus konsumen minyak sawit paling besar Rp 255.99
milyar. Peningkatan surplus produsen minyak goreng sawit paling besar Rp 7.58
milyar terjadi bila terdapat peningkatan harga minyak sawit dunia sebesar 25 persen. Hal tersebut terjadi karena ketika harga minyak sawit dunia meningkat
maka harga minyak goreng sawit mengalami peningkatan yang paling besar 0.048 persen, Tabel 38. Sebaliknya peningkatan penawaran minyak sawit
domestik sebesar 25 persen memberikan dampak penurunan surplus produsen
minyak goreng sawit paling besar Rp 9.36 milyar karena harga minyak goreng sawit mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 0.058 persen Tabel 37.
Sama halnya dengan dampak yang terjadi pada konsumen minyak sawit, surplus konsumen minyak goreng sawit mengalami peningkatan paling besar
Rp 2.26 milyar pada saat terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik harga minyak goreng sawit mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar
0.058 persen, Tabel 37. Kemudian penurunan surplus konsumen minyak goreng sawit yang paling besar Rp 1.85 milyar adalah ketika terjadi peningkatan harga
minyak sawit dunia harga minyak goreng sawit mengalami peningkatan yang paling besar yaitu 0.048 persen, Tabel 38.
Berdasarkan Tabel 40 juga dapat dilihat peningkatan net surplus pada industri minyak goreng sawit yang terbesar Rp 181.71 milyar adalah ketika
terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik. Hal ini dikarenakan penurunan harga minyak sawit pasar input sebesar 1.567 persen lebih besar
daripada penurunan harga minyak goreng sawit pasar output sebesar 0.058 persen, sehingga industri minyak goreng sawit memperoleh kenaikan net surplus
yang lebih besar peningkatan surplus konsumen minyak sawit lebih besar daripada penurunan surplus produsen minyak goreng sawit. Sebaliknya,
penurunan net surplus pada industri minyak goreng sawit yang terbesar Rp 248.41 milyar adalah ketika terjadi peningkatan harga minyak sawit dunia
peningkatan harga minyak sawit di pasar input sebesar 2.114 persen lebih besar daripada peningkatan harga minyak goreng sawit di pasar output sebesar 0.048
persen, Tabel 38.
Peningkatan penerimaan pemerintah dari pajak ekspor minyak sawit terbesar adalah ketika terjadi peningkatan pajak ekspor minyak sawit sebesar 50
persen Rp 470.58 milyar. Adapun perubahan yang menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari pajak ekspor minyak sawit paling besar Rp 2.44
milyar adalah ketika terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik. Hal ini sejalan dengan turunnya volume ekspor minyak sawit paling besar ketika
terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik 0.351 persen, Tabel 37. Adapun kebijakan domestik yang dapat menyebabkan peningkatan
kesejahteraan netto net welfare yang paling besar Rp 435.32 milyar adalah dengan peningkatan pajak ekspor minyak sawit. Hal ini menunjukkan bahwa
seharusnya penerimaan pajak yang diperoleh dari pengusaha eksportir minyak sawit digunakan oleh pemerintah untuk mengembangkan industri hilir minyak
sawit agar kesejahteraan netto tersebut dapat dirasakan secara nyata oleh produsen dan pengusaha minyak sawit.
Kenaikan penerimaan devisa yang paling besar Rp 5 870.88 milyar adalah ketika terjadi peningkatan harga minyak sawit dunia. Hal ini sejalan dengan
tingginya arus ekspor minyak sawit saat harga minyak sawit dunia meningkat peningkatan ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 0.684 persen, Tabel 38.
Adapun penurunan penerimaan devisa yang paling besar Rp 268.71 milyar adalah saat pajak ekspor minyak sawit ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa
kebijakan peningkatan pajak ekspor minyak sawit merupakan disinsentif bagi penerimaan devisa dari ekspor minyak sawit. Namun hal ini merupakan kebijakan
yang tetap harus dijalankan sebagai upaya menghambat arus ekspor minyak sawit yang terlalu besar sehingga pasokan minyak sawit untuk industri hilir domestik