Simulasi Historis Simulasi Model

4. Penetapan kuota ekspor sebesar 40 dari total produksi minyak sawit Kebijakan ini diharapkan dapat menanggulangi masalah arus ekspor minyak sawit yang terlalu besar yang dapat menyebabkan pasokan untuk industri hilirnya terutama industri minyak goreng sawit menjadi berkurang. Penetapan kuota membuat pengusaha sawit harus menyisihkan minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan domestik.

4.2.5. Perubahan Kesejahteraan

Dalam penelitian ini alternatif simulasi kebijakan juga digunakan untuk menghitung dan menganalisis perubahan kesejahteraan masyarakat. Indikator yang dijadikan sebagai perubahan kesejahteraan dari masyarakat adalah surplus produsen, surplus konsumen dan penerimaan pemerintah. Indikator perubahan kesejahteraan tersebut akan digunakan sebagai dasar evaluasi dan penentu arah kebijakan yang akan diambil. Analisis perubahan kesejahteran dapat dirumuskan sebagai berikut Sinaga, 1989. 1. Perubahan Surplus Produsen Minyak Sawit QMSI B HRMSD S – HRMSD B + ½ QMSI S – QMSI B HRMSD S – HRMSD B 2. Perubahan Surplus Konsumen Minyak Sawit DMSD B HRMSD S – HRMSD B + ½ DMSD S – DMSD B HRMSD S – HRMSD B 3. Perubahan Surplus Produsen Minyak Goreng Sawit QMGS B HRMGSD S – HRMGSD B + ½ QMGS S – QMGS B HRMGSD S – HRMGSD B 4. Perubahan Surplus Konsumen Minyak Goreng Sawit DMGS B HRMGSD S – HRMGSD B + ½ DMGS S –DMGS B HRMGSD S – HRMGSD B 5. Perubahan Penerimaan Pemerintah dari Pajak Ekspor Minyak Sawit PXMSI S XMSI S HRXMSI S ERRI S - PXMSI B XMSI B HRXMSI B ERRI B 6. Perubahan Kesejahteraan Netto Industri Minyak Sawit Perubahan Surplus Produsen Minyak Sawit + Perubahan Surplus Konsumen Minyak Sawit + Perubahan Surplus Produsen Minyak Goreng Sawit + Perubahan Surplus Konsumen Minyak Goreng Sawit + Perubahan Penerimaan Pemerintah dari Pajak Ekspor Minyak Sawit 7. Perubahan Kesejahteraan Netto Industri Minyak Goreng Sawit Perubahan Surplus Konsumen Minyak Sawit + Perubahan Surplus Produsen Minyak Goreng Sawit Keterangan : Subcript B = nilai dasar Subcript S = nilai akhir

4.2.6. Jenis, Sumber, dan Pengolahan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan rentang waktu time series dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2007. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi yang terkait yaitu Biro Pusat Statistik BPS, Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Perdagangan. Untuk kelengkapan serta penyesuaian data juga dilakukan pengambilan data dari publikasi seperti Oils Annual World serta publikasi-publikasi lainnya. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer yaitu : SAS for Windows 9.0.

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN MINYAK

SAWIT DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA

5.1. Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model

Model ekonometrika industri minyak sawit dalam penelitian ini merupakan model simultan dinamis yang dibangun dari 39 persamaan, terdiri dari 27 persamaan perilaku dan 12 persamaan identitas. Model tersebut sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah data deret waktu time series dengan periode pengamatan tahun 1984 sampai dengan 2007. Berdasarkan hasil estimasi yang ditunjukkan secara lengkap pada Lampiran 4, dapat dijelaskan bahwa secara umum semua variabel penjelas yang dimasukkan kedalam persamaan-persamaan perilaku mempunyai tanda yang sesuai dengan harapan, khususnya dilihat dari teori ekonomi. Kriteria-kriteria statistika yang umum digunakan dalam mengevaluasi hasil estimasi model cukup meyakinkan. Sebagian besar 56 persen persamaan perilaku memiliki koefisien determinasi R 2 di atas 0.8 dan hanya 26 persen persamaan yang memiliki nilai R 2 di bawah 0.5 dengan kisaran antara 0.2 sampai 0.44. Kemudian dilihat dari nilai F, hanya 6 persamaan 22 persen yang memiliki nilai peluang uji statistik-F lebih tinggi dari taraf α = 0.05. Berdasarkan hasil uji statistik durbin-w dw didapatkan nilai dengan kisaran 0.57 sd 2.14 dan hasil uji statistik durbin-h dh didapatkan kisaran nilai -4.17 sd 4.48. Dari hasil tersebut diperoleh 8 persamaan yang tidak mengalami masalah serial korelasi, juga terdapat 10 persamaan yang tidak terdeteksi serial korelasinya, dan 9 persamaan mengalami masalah serial korelasi. Terlepas dari ada tidaknya masalah serial korelasi yang serius, Pindyck dan Rubinfeld 1991