Produksi Minyak Sawit Indonesia Ekspor Minyak Sawit Indonesia
harga riil minyak kelapa domestik, dan tren. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan pada harga riil minyak goreng sawit domestik mempengaruhi
keputusan produsen minyak goreng sawit atas produksinya sehingga permintaannnya terhadap minyak sawit sebagai bahan baku juga berubah.
Kemudian jika dilihat berdasarkan nilai elastisitasnya, respon permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng terhadap perubahan harga riil minyak goreng
sawit domestik adalah inelastis dalam jangka pendek, namun elastis dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan dalam jangka panjang perubahan harga riil
minyak goreng sawit domestik sebesar 1 persen akan menyebabkan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng berubah lebih besar dari 1 persen.
Tabel 21. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng Sawit
Variable Parameter Elastisitas
Prob |T| Variable
Estimate SR LR Label
Intercept -2069.9700 0.0082
HRMSD -0.1185
-0.1546 -0.2198
0.5566 harga riil CPO Indonesia
HRMKD 0.1968
0.2198 0.3125
0.0777 harga riil minyak kelapa
domestik HRMGSD
0.3828 0.7022
0.9987 0.0626
harga riil minyak goreng sawit domestik
TREN 141.1295
0.9165 1.3033
0.0016 Teknologi
LDMSIMG 0.2968
0.1570 DMSIMG t-1
R-squared 0.9498
Prob|F| .0001 Durbin-h stat -4.1670
Sumber : Data diolah 2010 Begitu pula respon permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng
terhadap perubahan tren bersifat inelastis dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang. Ini artinya terdapat kenaikan dalam permintaan minyak
sawit oleh industri minyak goreng yang besar dari tahun ke tahun selama periode pengamatan. Selanjutnya, variabel permintaan minyak sawit oleh industri minyak
goreng t-1 lag DMSIMG berpengaruh secara tidak nyata terhadap permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng DMSIMG. Hal ini mengindikasikan
bahwa DMSIMG relatif cepat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
Tabel 21 menunjukkan bahwa harga riil minyak sawit Indonesia berpengaruh secara tidak nyata terhadap permintaan minyak sawit oleh industri
minyak goreng. Ini berarti perubahan harga riil minyak sawit Indonesia tidak dapat menyebabkan perubahan perilaku produsen dalam melakukan permintaan
terhadap minyak sawit untuk memproduksi minyak goreng. Permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng dipengaruhi secara nyata oleh harga minyak
kelapa domestik substitusi dari minyak sawit. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin mahal minyak kelapa maka produsen minyak goreng akan beralih
menggunakan minyak sawit.