Keragaan Umum Hasil Pendugaan Model

diketahui bahwa perubahan harga riil minyak kelapa Indonesia t-3 hanya menyebabkan perubahan yang kecil dalam LAKSMRS. Tabel 8. Hasil Estimasi Persamaan Luas Areal Kelapa Sawit Menghasilkan pada Perkebunan Rakyat di Sumatera Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Estimate SR LR Label Intercept 731.0415 0.0053 L3HRMSD 0.1345 0.6050 0.0179 Harga riil CPO Indonesia t-3 L3HRMKD -0.1138 -0.5360 0.0086 Harga riil minyak kelapa Indonesia t-3 L3HRKD -0.0323 -0.3060 0.1515 Harga riil karet Indonesia t-3 PHRF -5.7248 -0.0250 0.0585 pertumbuhan harga riil pupuk LUPRBUN -0.0652 -0.9900 0.0011 upah riil perkebunan t-1 LSBR -2.6474 -0.0260 0.2862 suku bunga BI riil t-1 TREN 42.2534 1.0190 0.0001 Teknologi R-squared 0.9786 Prob|F| .0001 Durbin-w stat 1.5825 Sumber : Data diolah 2010 Pada Tabel 8 juga ditunjukkan bahwa variabel suku bunga Bank Indonesia BI riil t-1 memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Sumatera. Hal tersebut dikarenakan umumnya perkebunan rakyat tidak menggunakan modal dari perbankan sehingga tidak dipengaruhi oleh perubahan suku bunga BI. Harga riil karet domestik t-3 juga memiliki pengaruh yang tidak nyata terhadap luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Sumatera. Dapat dijelaskan bahwa perubahan harga karet tidak dapat mempengaruhi keputusan petani sawit di Sumatera mengenai luas areal tanamnya. Hasil pendugaan elastisitas luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Sumatera terhadap perubahan harga riil minyak sawit Indonesia t-3 adalah inelastis Tabel 8. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perubahan harga riil minyak sawit Indonesia t-3 hanya mampu membuat perubahan luas areal dalam jumlah yang kecil. Pengaruh pertumbuhan harga riil pupuk terhadap LAKSMRS adalah signifikan, namun respon LAKSMRS terhadap perubahan pertumbuhan harga riil pupuk adalah inelastis. Hal ini berarti perubahan harga pupuk hanya membuat perubahan yang kecil terhadap LAKSMRS. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 9, dapat dijelaskan bahwa persamaan luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Kalimantan dipengaruhi secara nyata oleh upah riil perkebunan t-1 dan tren. Respon luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Kalimantan terhadap perubahan variabel upah riil perkebunan t-1 adalah inelastis. Hal ini dikarenakan umumnya perkebunan rakyat menggunakan tenaga kerja keluarga sehingga tingkat upah yang berlaku kurang memberikan pengaruh terhadap perluasan areal. Adapun respon luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Kalimantan sebagai akibat perubahan tren adalah elastis. Ini berarti terjadi kenaikan luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Kalimantan yang besar dari tahun ke tahun selama periode pengamatan sebagai hasil dari perbaikan teknologi, infrastruktur, dan manajemen. Pengaruh variabel harga riil minyak sawit Indonesia t-3 terhadap luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Kalimantan LAKSMRK adalah tidak signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa perubahan harga riil minyak sawit Indonesia t-3 tidak mampu membuat luas areal kelapa sawit menghasilkan pada perkebunan rakyat di Kalimantan berubah. Begitu pula halnya dengan harga riil pupuk t-1, peningkatannya tidak membuat petani menurunkan luas arealnya. Pengaruh harga riil karet Indonesia t-3 terhadap LAKSMRK adalah tidak nyata. Hal tersebut menunjukkan kesamaan dengan petani di Sumatera