Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia

perubahan relatif kecil terhadap harga minyak sawit domestik dan jumlah ekspor minyak sawit Indonesia. 6. Ekspor minyak goreng sawit Indonesia elastis terhadap perubahan harga ekspor minyak goreng sawit Indonesia dan nilai tukar efektif riil Indonesia dalam jangka panjang. Respon ekspor minyak goreng sawit Indonesia terhadap perubahan harga minyak goreng sawit domestik dan produksi minyak goreng sawit domestik adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sementara permintaan minyak goreng sawit domestik lebih elastis terhadap perubahan harga minyak goreng sawit daripada perubahan harga minyak goreng kelapa domestik. Hal ini menjelaskan bahwa minyak goreng kelapa tidak cukup kuat mensubstitusi konsumsi minyak goreng sawit. 7. Variabel excess demand minyak goreng sawit berpengaruh terhadap harga minyak goreng sawit domestik secara tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran minyak goreng sawit memiliki pengaruh yang kecil terhadap perubahan harga minyak goreng sawit domestik. 8. Ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia signifikan dipengaruhi oleh tingkat produksi minyak sawitnya dan tidak signifikan dipengaruhi oleh perubahan harga ekspor yang terjadi. Hal ini dapat terjadi karena adanya praktek forward trading atau perdagangan dengan ikatan kontrak kedua negara ini dengan negara importir. Ekspor minyak sawit Indonesia relatif lebih responsif terhadap perubahan harga ekspornya dibandingkan ekspor minyak sawit Malaysia. Hal ini berarti setiap peluang ekspor yang timbul akibat terjadinya kenaikan harga ekspor akan direspon lebih besar oleh Indonesia, yang mencerminkan bahwa dari aspek harga, Indonesia mempunyai daya saing yang lebih baik dibandingkan dengan Malaysia sebagai kompetitornya. 9. Dalam jangka pendek, respon impor minyak sawit terhadap perubahan harga minyak sawit dunia bersifat inelastis di semua negara importir besar minyak sawit Cina, India, dan Pakistan. Hal ini berarti jika terdapat kenaikan harga minyak sawit dunia yang cukup besar, negara-negara pengimpor terbesar minyak sawit hanya sedikit mengurangi pembelian minyak sawitnya. Impor Cina dan Pakistan relatif lebih responsif terhadap perubahan harga minyak kedele dunia sebagai substitusi dari minyak sawit dibandingkan dengan India, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh karena itu, kedua negara ini merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi negara eksportir minyak sawit, termasuk Indonesia. Disamping itu, respon impor Cina terhadap perubahan pendapatan per kapitanya adalah elastis baik jangka pendek maupun jangka panjang. Bila dikaitkan dengan perjanjian perdagangan bebas dalam ACFTA Asean China Free Trade Agreement , hal tersebut menjadikan Cina sebagai konsumen yang cukup menjanjikan bagi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.