Ramalan Dampak Kebijakan Domestik terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia
Tabel 42. Ramalan Dampak Peningkatan Penawaran Minyak Sawit Domestik sebesar 50 persen terhadap Penawaran dan
Permintaan Minyak Sawit di Indonesia, Tahun 2012-2016
No. Peubah Endogen
Nilai Dasar
Perubahan
1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
1797.1 -0.4452
2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
366.7 -0.1636
3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
546.7 -0.1829
4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
67.0939 -0.0908
5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
2185.1 -0.4119
6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
653.4 -0.5204
7 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
2.9278 -0.7412
8 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
2.3159 -0.4707
9 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
3.7336 -0.8544
10 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
3.3243 -1.4138
11 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
3.7175 -0.3685
12 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
4.1672 -0.5399
13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
5262 -1.1859
14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
849.5 -0.6474
15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
2040 -1.0343
16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
223 -1.5247
17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
8122.7 -0.7793
18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
2726.4 -1.0857
19 Produksi Minyak Sawit Indonesia
19934.6 -0.9295
20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia
6090.8 2.7812
21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng
4405.9 1.5910
22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain
154.5 0.9709
23 Permintaan Minyak Sawit Domestik
4560.4 1.5700
24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik
1233.4 0.3000
25 Penawaran Minyak Sawit Domestik
12268.4 50.0000
26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik
4114 3.3471
27 Harga Minyak Sawit Domestik
3848.1 -4.0046
28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia
361.7 0.3871
29 Harga Minyak Sawit Dunia
443 0.3160
30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik
3404.2 -0.2262
31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia
209.6 0.0000
32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia
13617.3 -0.8849
33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia
16909.8 0.0000
34 Ekspor Minyak Sawit Dunia
34294.7 -0.3514
35 Ekspor Minyak
Goreng Sawit Indonesia
1976.8 1.6087
36 Impor Minyak Sawit Cina
5317.2 -0.0846
37 Impor Minyak Sawit India
5584.7 -0.0233
38 Impor Minyak Sawit Pakistan
1216.4 -0.2384
39 Impor Minyak Sawit Dunia
32929.3 -0.0267
Sumber : Data diolah 2010
Hal ini dikarenakan kenaikan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen menyebabkan peningkatan penawaran minyak goreng sawit domestik
sebesar 3.347 persen yang lebih besar daripada kenaikan permintaan minyak goreng sawit domestik sebesar 0.3 persen.
Tujuan pemerintah untuk memastikan terpenuhinya pasokan minyak sawit untuk industri hilir minyak sawit terutama industri minyak goreng sawit menjadi
disinsentif bagi industri minyak goreng tersebut walaupun merupakan insentif bagi industri lain. Namun berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat bahwa
penurunan harga minyak goreng sawit domestik lebih rendah daripada penurunan harga minyak sawit domestik sehingga permintaan minyak sawit oleh industri
minyak goreng sawit mengalami peningkatan sebesar 1.591 persen. Penurunan harga minyak sawit domestik menyebabkan permintaan minyak sawit oleh
industri lain meningkat sebesar 0.971 persen. Oleh karena itu, secara total permintaan minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 1.57 persen.
Penurunan harga minyak sawit domestik menyebabkan luas areal dan produktivitas mengalami penurunan, yang selanjutnya menyebabkan penurunan
produksi minyak sawit sebesar 0.93 persen. Turunnya produksi minyak sawit tersebut menyebabkan ekspor minyak
sawit Indonesia menurun sebesar 0.885 persen. Penurunan ekspor minyak sawit Indonesia mendorong peningkatan harga ekspor minyak sawit Indonesia sebesar
0.387 persen. Besarnya penurunan harga minyak sawit domestik dibandingkan penurunan
harga minyak goreng sawit domestik menyebabkan produksi minyak goreng sawit meningkat sebesar 2.781 persen. Peningkatan produksi minyak goreng sawit
sebesar 2.781 persen tersebut dan penurunan harga minyak goreng sawit sebesar 0.226 persen menyebabkan ekspor minyak goreng sawit meningkat sebesar 1.609
persen. Adapun permintaan minyak goreng sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.3 persen yang disebabkan oleh penurunan harga minyak
goreng sawit. 7.1.3.Pelarangan Ekspor Minyak Sawit Indonesia
Pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia dilakukan dengan tujuan agar kebutuhan minyak sawit domestik terpenuhi secara pasti dan industri hilir minyak
sawit domestik dapat meningkatkan kapasitas produksinya. Tabel 43 berikut menyajikan simulasi ramalan dampak pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia
terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit di Indonesia. Pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia menyebabkan harga ekspor
minyak sawit Indonesia meningkat sebesar 53.636 persen. Pelarangan ekspor menyebabkan penawaran minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar
108.992 persen lebih besar daripada peningkatan permintaan minyak sawit domestik sebesar 1.954 persen dan peningkatan harga riil ekspor minyak sawit
Indonesia sebesar 53.636 persen. Hal tersebut menyebabkan penurunan harga riil minyak sawit domestik sebesar 4.899 persen. Penurunan harga riil minyak sawit
domestik tersebut menyebabkan produksi minyak sawit domestik menurun sebesar 1.232 persen.
Selanjutnya dari Tabel 43, dapat dilihat bahwa penawaran minyak goreng sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 4.222 persen lebih besar daripada
peningkatan permintaan minyak goreng sawit domestik sebesar 0.389 persen sehingga menyebabkan harga riil minyak goreng sawit domestik menurun sebesar
Tabel 43. Ramalan Dampak Pelarangan Ekspor Minyak Sawit Indonesia terhadap Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia,
Tahun 2012-2016
No. Peubah Endogen
Nilai Dasar
Perubahan
1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
1797.1 -0.6344
2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
366.7 -0.2454
3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
546.7 -0.2561
4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
67.0939 -0.1294
5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
2185.1 -0.5858
6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
653.4 -0.7499
7 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
2.9278 -0.9222
8 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
2.3159 -0.5829
9 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
3.7336 -1.0901
10 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
3.3243 -1.7808
11 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
3.7175 -0.4654
12 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
4.1672 -0.7007
13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
5262 -1.5507
14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
849.5 -0.8240
15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
2040 -1.3431
16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
223 -1.9283
17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
8122.7 -1.0477
18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
2726.4 -1.4745
19 Produksi Minyak Sawit Indonesia
19934.6 -1.2320
20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia
6090.8 3.5430
21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng
4405.9 1.9814
22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain
154.5 1.1650
23 Permintaan Minyak Sawit Domestik
4560.4 1.9538
24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik
1233.4 0.3892
25 Penawaran Minyak Sawit Domestik
12268.4 108.9922
26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik
4114 4.2222
27 Harga Minyak Sawit Domestik
3848.1 -4.8985
28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia
361.7 53.6356
29 Harga Minyak Sawit Dunia
443 40.5869
30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik
3404.2 -0.2849
31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia
209.6 0.0000
32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia
13617.3 -100.0000
33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia
16909.8 0.0000
34 Ekspor Minyak Sawit Dunia
34294.7 -39.7067
35 Ekspor Minyak
Goreng Sawit Indonesia
1976.8 2.1297
36 Impor Minyak Sawit Cina
5317.2 -11.1939
37 Impor Minyak Sawit India
5584.7 -2.7199
38 Impor Minyak Sawit Pakistan
1216.4 -40.3979
39 Impor Minyak Sawit Dunia
32929.3 -3.7614
Sumber : Data diolah 2010
0.285 persen. Karena penurunan harga minyak sawit domestik lebih besar daripada penurunan harga minyak goreng sawit domestik maka produksi minyak
goreng sawit mengalami peningkatan sebesar 3.543 persen. Peningkatan produksi minyak goreng sawit tersebut mendorong peningkatan ekspor minyak goreng
sawit sebesar 2.13 persen. Permintaan minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 1.954
persen sebagai akibat kenaikan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sebesar 1.981 persen dan permintaan minyak sawit oleh industri lain
sebesar 1.165 persen. Permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng mengalami peningkatan karena penurunan harga minyak sawit domestik lebih
besar daripada penurunan harga minyak goreng sawit domestik. Adapun peningkatan permintaan minyak sawit oleh industri lain dikarenakan penurunan
harga riil minyak sawit domestik. Sementara penawaran minyak sawit domestik mengalami peningkatan
sebesar 108.992 persen walaupun produksi minyak sawit Indonesia mengalami penurunan akibat penurunan harga riil minyak sawit domestik. Hal ini
disebabkan oleh penurunan jumlah ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 100 persen lebih besar daripada penurunan produksi minyak sawit Indonesia sebesar
1.232 persen. Kemudian permintaan terhadap minyak goreng sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.389 persen sebagai akibat turunnya harga
minyak goreng sawit domestik.
7.1.4.Penetapan Kuota Ekspor Minyak Sawit Sebesar 40 Persen dari Total Produksi Minyak Sawit Indonesia
Apabila pemerintah menetapkan kebijakan pelarangan ekspor akan menimbulkan kerugian bagi eksportir minyak sawit maupun petani kelapa sawit.
Hal tersebut terjadi karena mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi di pasar dunia. Oleh karena itu, dalam jangka pendek
selain menetapkan pajak ekspor yang lebih tinggi, pemerintah juga dapat menetapkan kuota ekspor. Dengan adanya kebijakan kuota ekspor, diharapkan
eksportir minyak sawit maupun petani kelapa sawit tetap memperoleh keuntungan dari ekspor, kemudian pasokan minyak sawit domestik juga tercukupi untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku bagi industri hilir domestik. Tabel 44 berikut menyajikan simulasi ramalan dampak penetapan kuota
ekspor minyak sawit sebesar 40 persen dari total produksi minyak sawit indonesia terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit di Indonesia. Penetapan kuota
ekspor minyak sawit sebesar 40 persen dari total produksi minyak sawit indonesia menyebabkan harga ekspor minyak sawit Indonesia meningkat sebesar 22.339
persen. Kuota ekspor minyak sawit tersebut menyebabkan penawaran minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 45.50 persen lebih besar daripada
peningkatan permintaan minyak sawit domestik sebesar 0.816 persen dan peningkatan harga riil ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 22.339 persen. Hal
tersebut menyebabkan penurunan harga riil minyak sawit domestik sebesar 2.048 persen. Penurunan harga riil minyak sawit domestik tersebut menyebabkan
produksi minyak sawit domestik menurun sebesar 0.513 persen. Selanjutnya dari Tabel 44, dapat dilihat bahwa penetapan kuota ekspor
menyebabkan penawaran minyak goreng sawit domestik mengalami peningkatan
Tabel 44. Ramalan Dampak Penetapan Kuota Ekspor Minyak Sawit Sebesar 40 Persen dari Total Produksi Minyak Sawit Indonesia terhadap
Penawaran dan Permintaan Minyak Sawit di Indonesia, Tahun 2012-2016
No. Peubah Endogen
Nilai Dasar
Perubahan
1 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
1797.1 -0.2615
2 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
366.7 -0.0818
3 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
546.7 -0.1097
4 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
67.0939 -0.0535
5 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
2185.1 -0.2426
6 Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
653.4 -0.3061
7 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
2.9278 -0.3860
8 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
2.3159 -0.2418
9 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
3.7336 -0.4553
10 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
3.3243 -0.7430
11 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
3.7175 -0.1937
12 Produktivitas Kelapa Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
4.1672 -0.2904
13 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Sumatera
5262 -0.6461
14 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Rakyat di Kalimantan
849.5 -0.3414
15 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Sumatera
2040 -0.5588
16 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Negara di Kalimantan
223 -0.8072
17 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Sumatera
8122.7 -0.4358
18 Produksi Minyak Sawit Perkebunan Besar Swasta di Kalimantan
2726.4 -0.6125
19 Produksi Minyak Sawit Indonesia
19934.6 -0.5127
20 Produksi Minyak Goreng Sawit Indonesia
6090.8 1.4744
21 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Minyak Goreng
4405.9 0.8284
22 Permintaan Minyak Sawit oleh Industri Lain
154.5 0.5178
23 Permintaan Minyak Sawit Domestik
4560.4 0.8157
24 Permintaan Minyak Goreng Sawit Domestik
1233.4 0.1622
25 Penawaran Minyak Sawit Domestik
12268.4 45.4998
26 Penawaran Minyak Goreng Sawit Domestik
4114 1.7598
27 Harga Minyak Sawit Domestik
3848.1 -2.0478
28 Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia
361.7 22.3390
29 Harga Minyak Sawit Dunia
443 16.9074
30 Harga Minyak Goreng Sawit Domestik
3404.2 -0.1175
31 Harga Ekspor Minyak Goreng Sawit Indonesia
209.6 0.0000
32 Ekspor Minyak Sawit Indonesia
13617.3 -41.7435
33 Ekspor Minyak Sawit Malaysia
16909.8 0.0000
34 Ekspor Minyak Sawit Dunia
34294.7 -16.5749
35 Ekspor Minyak
Goreng Sawit Indonesia
1976.8 0.8853
36 Impor Minyak Sawit Cina
5317.2 -4.6622
37 Impor Minyak Sawit India
5584.7 -1.1352
38 Impor Minyak Sawit Pakistan
1216.4 -16.7708
39 Impor Minyak Sawit Dunia
32929.3 -1.5649
Sumber : Data diolah 2010
sebesar 1.76 persen lebih besar daripada peningkatan permintaan minyak goreng sawit domestik sebesar 0.162 persen sehingga menyebabkan harga riil minyak
goreng sawit domestik menurun sebesar 0.118 persen. Karena penurunan harga minyak sawit domestik lebih besar daripada penurunan harga minyak goreng
sawit domestik maka produksi minyak goreng sawit mengalami peningkatan sebesar 1.474 persen. Peningkatan produksi minyak goreng sawit tersebut
mendorong peningkatan ekspor minyak goreng sawit sebesar 0.885 persen. Permintaan minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 0.816
persen sebagai akibat kenaikan permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng sebesar 0.828 persen dan permintaan minyak sawit oleh industri lain
sebesar 0.518 persen. Permintaan minyak sawit oleh industri minyak goreng mengalami peningkatan karena penurunan harga minyak sawit domestik lebih
besar daripada penurunan harga minyak goreng sawit domestik. Adapun peningkatan permintaan minyak sawit oleh industri lain dikarenakan penurunan
harga riil minyak sawit domestik. Tabel 44 juga menunjukkan bahwa kuota ekspor minyak sawit
menyebabkan penawaran minyak sawit domestik mengalami peningkatan sebesar 45.50 persen walaupun produksi minyak sawit Indonesia mengalami penurunan
akibat penurunan harga riil minyak sawit domestik. Hal ini disebabkan oleh penurunan jumlah ekspor minyak sawit Indonesia sebesar 41.744 persen lebih
besar daripada penurunan produksi minyak sawit Indonesia sebesar 0.513 persen. Kemudian permintaan terhadap minyak goreng sawit domestik mengalami
peningkatan sebesar 0.162 persen sebagai akibat turunnya harga minyak goreng
sawit domestik.
7.2. Ramalan Dampak Kebijakan Domestik terhadap Kesejahteraan Pelaku Industri Minyak Sawit Indonesia, Tahun 2012-2016
Tabel 45 berikut merupakan kompilasi dari ramalan dampak kebijakan domestik terhadap penerimaan devisa dan kesejahteraan pelaku industri minyak
sawit Indonesia tahun 2012-2016. Adapun kebijakan domestik merupakan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen, peningkatan penawaran
minyak sawit domestik sebesar 50 persen, pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia, dan penetapan kuota ekspor minyak sawit sebesar 40 persen dari total
produksi minyak sawit Indonesia. Bila dianalisis dari dampaknya terhadap surplus produsen minyak sawit
maka perubahan yang menyebabkan penurunan surplus produsen minyak sawit paling kecil Rp 376.55 milyar adalah jika pajak ekspor minyak sawit ditetapkan
sebesar 20 persen. Hal ini disebabkan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen menyebabkan penurunan harga minyak sawit domestik yang
paling kecil yaitu sebesar 0.491 persen Tabel 41. Sebaliknya pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia memberikan dampak penurunan surplus produsen minyak
sawit paling besar Rp 3 734.52 milyar karena harga minyak sawit domestik mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 4.899 persen Tabel 43 dan 45.
Berdasarkan Tabel 45 juga dapat diketahui bahwa perubahan yang menyebabkan surplus konsumen minyak sawit mengalami peningkatan paling
besar Rp 868.03 milyar adalah pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia. Kemudian simulasi yang memberikan dampak peningkatan surplus konsumen
minyak sawit terbesar yang kedua Rp 708.27 milyar adalah peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen. Hal ini sejalan dengan
besarnya penurunan harga minyak sawit domestik akibat peningkatan penawaran
minyak sawit domestik harga minyak sawit domestik mengalami penurunan terbesar kedua yaitu sebesar 4.005 persen, Tabel 42. Sebaliknya penetapan pajak
ekspor minyak sawit sebesar 20 persen menyebabkan peningkatan surplus konsumen minyak sawit paling kecil Rp 86.27 milyar.
Tabel 45 juga menunjukkan penurunan surplus produsen minyak goreng sawit paling kecil Rp 5.49 milyar terjadi bila terdapat penetapan pajak ekspor
minyak sawit sebesar 20 persen. Hal tersebut terjadi karena ketika pajak ekspor minyak sawit ditetapkan sebesar 20 persen maka harga minyak goreng sawit
mengalami penurunan yang paling kecil 0.026 persen, Tabel 41. Sebaliknya pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia memberikan dampak penurunan
surplus produsen minyak goreng sawit paling besar Rp 60.13 milyar karena harga minyak goreng sawit mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 0.285
persen Tabel 43. Sama halnya dengan dampak yang terjadi pada konsumen minyak sawit,
surplus konsumen minyak goreng sawit mengalami peningkatan paling besar Rp 11.99 milyar pada saat terjadi pelarangan ekspor minyak sawit Indonesia.
Kemudian simulasi yang memberikan dampak peningkatan surplus konsumen minyak goreng sawit terbesar yang kedua Rp 9.51 milyar adalah peningkatan
penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen. Hal ini sejalan dengan besarnya penurunan harga minyak goreng sawit domestik akibat peningkatan
penawaran minyak goreng sawit domestik harga minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan terbesar kedua yaitu sebesar 0.226 persen, Tabel 42.
Kemudian peningkatan surplus konsumen minyak goreng sawit yang paling kecil Rp 1.11 milyar adalah ketika terjadi penetapan pajak ekspor minyak sawit
sebesar 20 persen harga minyak goreng sawit mengalami penurunan yang paling kecil yaitu 0.026 persen, Tabel 41.
Tabel 45. Ramalan Dampak Kebijakan Domestik terhadap Kesejahteraan Pelaku Industri Minyak Sawit Indonesia, Tahun 2012-2016
Rp Milyar
Skenario Simulasi
Perub. SP
Minyak Sawit
Perub. SK
Minyak Sawit
Perub. SP
Minyak Goreng
Perub. SK
Minyak Goreng
Perub. TR
Pajak Perub.
Net Welfare
Perub. TR
Devisa Perub.
Net Surplus
IMG
1 -376.55
86.27 -5.49
1.11 4 223.74
3 929.08 -3 096.98
80.78 2
-3 057.64 708.27
-47.55 9.51
-20.54 -2 407.95
-163.60 660.72
3 -3 734.52
868.03 -60.13
11.99 -4 096.86
-7 011.50 -44 627.30
807.91 4
-1 566.82 360.83
-24.54 4.94
-1 177.01 -2 402.61
-12 810.97 336.28
Keterangan : Perub :
perubahan SP :
surplus produsen
SK : surplus
konsumen TR
: penerimaan pemerintah IMG
: industri minyak goreng 1.
Pajak ekspor minyak sawit ditetapkan sebesar 20 persen 2.
Peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen 3.
Pelarangan ekspor minyak sawit 4.
Penetapan kuota ekspor sebesar 40 dari total produksi minyak sawit
Sumber : Data diolah 2010 Berdasarkan Tabel 45 juga dapat dilihat peningkatan net surplus pada
industri minyak goreng sawit yang terbesar adalah saat terjadi pelarangan ekspor minyak sawit Rp 807.91 milyar. Sementara peningkatan net surplus pada
industri minyak goreng sawit yang terbesar kedua adalah ketika terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik Rp 660.72 milyar. Hal ini
dikarenakan penurunan harga minyak sawit pasar input sebesar 4.005 persen lebih besar daripada penurunan harga minyak goreng sawit pasar output sebesar
0.226 persen Tabel 42, sehingga industri minyak goreng sawit memperoleh kenaikan net surplus yang lebih besar peningkatan surplus konsumen minyak
sawit lebih besar daripada penurunan surplus produsen minyak goreng sawit. Adapun, peningkatan net surplus pada industri minyak goreng sawit yang terkecil
Rp 80.78 milyar adalah ketika terjadi penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen.
Tabel 45 juga menunjukkan bahwa peningkatan penerimaan pemerintah dari pajak ekspor minyak sawit terbesar adalah ketika terjadi penetapan pajak ekspor
minyak sawit sebesar 20 persen Rp 4 223.74 milyar. Adapun perubahan yang menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari pajak ekspor minyak sawit
paling besar Rp 4 096.86 milyar adalah ketika terjadi pelarangan ekspor minyak sawit. Hal ini sejalan dengan turunnya volume ekspor minyak sawit paling besar
ketika terjadi pelarangan ekspor minyak sawit 100 persen, Tabel 43. Sementara
peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen menyebabkan penurunan penerimaan pemerintah dari pajak ekspor minyak sawit paling kecil
Rp 20.54 milyar. Hal ini dikarenakan pada saat penawaran minyak sawit domestik meningkat sebesar 50 persen, ekspor minyak sawit Indonesia mengalami
penurunan yang lebih kecil 0.885 persen, Tabel 42 daripada akibat dari pelarangan ekspor dan penetapan kuota ekspor minyak sawit Indonesia.
Adapun kebijakan domestik yang dapat menyebabkan peningkatan kesejahteraan netto net welfare yang paling besar Rp 3 929.08 milyar adalah
dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa seharusnya penerimaan pajak yang diperoleh dari pengusaha
eksportir minyak sawit digunakan oleh pemerintah untuk mengembangkan industri hilir minyak sawit agar kesejahteraan netto tersebut dapat dirasakan
secara nyata oleh produsen dan pengusaha minyak sawit. Sementara kebijakan pelarangan ekspor menyebabkan penurunan kesejahteraan netto net welfare
yang paling besar Rp 7 011.50 milyar.
Kebijakan peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen dan penetapan kuota ekspor memberikan dampak penurunan kesejahteraan netto
net welfare yang lebih kecil daripada akibat kebijakan pelarangan ekspor. Kebijakan peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen
menyebabkan penurunan kesejahteraan netto sebesar Rp 2 407.95 milyar sedangkan kebijakan kuota ekspor menyebabkan penurunan kesejahteraan netto
sebesar Rp 2 402.61 milyar Tabel 45. Berdasarkan Tabel 45 juga ditunjukkan bahwa penurunan penerimaan
devisa yang paling kecil Rp 163.60 milyar adalah ketika terjadi peningkatan penawaran minyak sawit domestik sebesar 50 persen. Adapun penurunan
penerimaan devisa yang paling besar Rp 44 627.30 milyar adalah saat ditetapkan pelarangan ekspor minyak sawit.
Selanjutnya penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen menyebabkan penurunan penerimaan devisa yang paling kecil kedua
Rp 3 096.98 milyar. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan peningkatan pajak ekspor minyak sawit merupakan disinsentif bagi penerimaan devisa dari ekspor
minyak sawit. Namun hal ini merupakan kebijakan yang tetap harus dijalankan dalam jangka pendek sebagai upaya menghambat arus ekspor minyak sawit yang
terlalu besar sehingga pasokan minyak sawit untuk industri hilir domestik mengalami kekurangan. Selain itu seharusnya pemerintah menggunakan pajak
ekspor tersebut untuk pengembangan industri hilir, sehingga yang lebih banyak diekspor adalah produk turunan minyak sawit yang memiliki nilai tambah lebih
besar.