Permintaan Minyak Sawit Kasar oleh Industri Minyak Goreng Sawit

P C U C n n n = λ − ∂ ∂ = ∂ φ ∂ …………………………..…………..19 I C P C P n n s s = − + − = λ ∂ φ ∂ …………………………..…………..20 dari persamaan 18, 19 dan 20 di atas diperoleh : P C U s s λ = ∂ ∂ atau s s P C U ∂ ∂ = λ ….……………………………….21 P C U n n λ = ∂ ∂ n n P C U ∂ ∂ = λ ….……………………………….22 I C P C P n n s s = + ….……………………………….23 sedangkan s s MU C U = ∂ ∂ dan n n MU C U = ∂ ∂ maka : n n s s P MU P MU = = λ …………………………………..24 dan n , s n s n s MRS P P MU MU = = …………………………………..25 yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan maksimum pada kondisi dimana rasio marjinal utilitas terhadap harga sama untuk semua komoditi, yaitu sebesar koefisien pengganda Lagrangian λ . Penyelesaian P s dan P n pada persamaan 25 dan kemudian substitusikan ke dalam persamaan 23, maka dapat diperoleh fungsi permintaan terhadap minyak goreng sawit, yaitu : I , P , P f C n s s = …………………………………...26 yang menyatakan bahwa konsumsi atau permintaan konsumen terhadap minyak goreng sawit ditentukan oleh harga minyak goreng sawit itu sendiri, harga komoditi alternatif, dan pendapatan konsumen. Dengan asumsi bahwa permintaan tersebut bersifat dinamis maka elastisitas permintaan minyak goreng sawit terhadap harga minyak goreng sawit, harga minyak goreng non sawit, dan terhadap pendapatan dapat dihitung, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Dolan, 1974 permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang lain, selera, pendapatan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk dan harapan harga.

3.4. Respon Bedakala Produksi Komoditi Pertanian

Seperti yang kita ketahui, bawah karakteristik utama produk pertanian adalah adanya tenggang waktu gestation period antara menanam dengan memanen. Hasil yang diperoleh petani yang didasarkan pada perkiraan-perkiraan di masa mendatang serta pengalamannya di masa lalu. Karena pada kenyataannya komoditi pertanian, harga output tidak dapat dipastikan saat produk itu ditanam. Dengan kata lain bahwa, para petani harus mengambil keputusan produksi berdasarkan perkiraan atas harga produknya tahun lalu. Persoalan di atas mengacu pada bedakala lag di antara dua periode, yaitu saat penanaman dan panen. Respon petani terjadi setelah bedakala sebagai dampak perubahan pada harga-harga input dan produk serta kebijakan pemerintah. Jika peningkatan harga ini diperkirakan petani akan bertahan terus pada periode berikutnya maka petani merubah komposisi sumberdayanya pada masa tanam mendatang, sehingga pengaruh kenaikan harga tersebut terlihat pada periode tanam berikutnya. Bila praduga adanya ekspektasi demikian dapat diterima maka hubungan-hubungan yang spesifik di antara harga harapan dengan harga di masa lalu dapat dibuat. Sehingga model dapat dikembangkan menjadi dinamik yang dirintis antara lain oleh Nerlove melalui penyesuaian parsial. Nerlove 1958, mengemukakan bahwa, para petani setiap saat periode produksi merevisi dugaan mereka terhadap apa yang mereka anggap sebagai proporsi yang normal terhadap perbedaan yang terjadi dengan yang sebelumnya dianggap normal. Dengan kata lain, petani menyesuaikan prakiraan harga di masa mendatang dalam bentuk proporsi dari selisih antara prakiraan dengan kenyataan.

3.4.1. Model Nerlove

Model penyesuaian parsial Nerlove’s Model, didasarkan atas hipotesis perilaku satuan-satuan ekonomi yang lebih realistis dalam bentuk model-model lag. Model penyesuaian parsial yang dikembangkan Nerlove merupakan model yang populer digunakan dalam studi-studi ekonometrika dalam hal ini respon penawaran. Dalam bentuknya yang paling sederhana misalnya dalam konteks respon areal kelapa sawit. Areal panen kelapa sawit yang diinginkan t Y dipengaruhi oleh tingkat harga komoditi t P , maka persamaannya dituliskan sebagai berikut : t t t U P Y + + = 1 β β ….………………………………………………….27 dimana : t Y = areal panen yang diinginkan tahun ke t t P = harga tahun ke t Pada persamaan di atas perubahan t Y tidak teramati not observable karena masih merupakan target bukan aktual, atau dengan kata lain areal yang diharapkan tidak dapat diamati secara langsung sehingga untuk mengatasinya didalilkan suatu hipotesis yang merupakan hipotesis perilaku penyesuaian parsial. Oleh karena itu peubah ini harus diganti untuk menaksir modelnya dengan menghipotesiskan perilakunya, sebagai berikut ini : t t t t t V Y Y Y Y + − = − − − 1 1 δ .……………………...……………………..28