Model Respon Penawaran Minyak Sawit

secara kuantitatif dari efek kesejahteraan. Ketika ilmu ekonomi kesejahteraan dibawa ke tingkat empiris, peneliti harus concerned tentang apakah variabel yang relevan yang diamati. Karena utilitas tidak terukur, pengukuran alternatif yang harus dipilih. Sebuah alternatif diamati untuk mengukur intensitas preferensi individu untuk suatu situasi dibandingkan situasi lain adalah jumlah uang yang individu bersedia untuk membayar atau menerima untuk berpindah dari satu situasi ke yang lain. Seperti yang disebutkan sebelumnya, sebuah premis dasar dari beberapa ekonom kesejahteraan terdahulu adalah bahwa surplus konsumen merupakan daerah segitiga di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga. Hal itu adalah ukuran kesejahteraan yang layak bagi konsumen. Daerah surplus konsumen memiliki signifikansi kesejahteraan hanya jika mendekati benar dari pengukuran willingness to pay WTP. Baru-baru ini, suatu teknik yang relatif sederhana untuk menentukan kebaikan pendekatan ini telah dikembangkan. Dua hal yang paling penting untuk mengukur WTP adalah CV dan EV. Compensating variation adalah jumlah uang yang diambil dari individu setelah perubahan ekonomi, membuat orang itu sama sejahtera seperti sebelumnya. Untuk suatu perolehan kesejahteraan, CV adalah jumlah maksimum yang orang akan bersedia membayar atas perubahan. Sementara untuk suatu kehilangan kesejahteraan, CV adalah negatif dari jumlah minimum yang dibutuhkan orang sebagai kompensasi atas perubahan. Equivalent variation adalah jumlah uang yang dibayarkan kepada seseorang yang mana suatu perubahan ekonomi tidak terjadi, membuat individu sama sejahtera seperti jika perubahan itu terjadi. Untuk suatu perolehan kesejahteraan, EV adalah kompensasi minimum bahwa orang perlu untuk membatalkan perubahan. Untuk suatu kehilangan kesejahteraan, EV adalah negatif dari jumlah maksimum yang individu akan bersedia membayar untuk menghindari perubahan. CV dan EV juga dapat digunakan untuk mengukur efek kesejahteraan produsen. Mengukur efek kesejahteraan produsen di pasar output adalah pendekatan yang berguna dalam analisis kesejahteraan yang mana data telah tersedia untuk memperkirakan kurva penawaran produk akhir. Permasalahannya ini menjadi tidak mungkin yaitu bila data mungkin cukup hanya untuk memperkirakan permintaan berasal dari produsen di pasar produk setengah jadi. Sebagai contoh, dimungkinkan untuk memperkirakan kurva permintaan yang diperoleh dari bijih besi di tingkat perusahaan atau industri walaupun kurva biaya marjinal untuk produksi baja untuk sebuah perusahaan individu atau industri tidak dapat diperkirakan. Dalam kasus seperti itu, apakah mungkin untuk memperoleh estimasi kesejahteraan dengan melihat hanya pada pasar input?. Untuk menjawab pertanyaan ini adalah penting untuk memahami pentingnya perubahan kesejahteraan di daerah-daerah di bawah kurva permintaan berasal dan bagaimana ini berhubungan dengan quasi-rent atau surplus produsen di pasar output. Para praktisi telah membuat transisi dari input ke pasar output. Compensating variation bagi produsen, misalnya kasus penurunan harga input, dari W ke W 1 , adalah jumlah uang yang produsen akan bersedia membayar untuk mendapatkan hak istimewa untuk membeli pada harga yang lebih rendah yaitu, yang akan membuat perusahaan sama sejahtera pada harga yang lebih rendah. Equivalent variation bagi produsen adalah jumlah uang yang produsen akan menerima untuk membatalkan hak istimewa untuk membeli pada harga yang lebih rendah yaitu, yang akan membuat perusahaan sama sejahtera pada harga sebelumnya Just, Hueth, dan Schmitz, 1982. Kebijakan harga dasar dilakukan untuk melindungi produsen, dan harga batas tertinggi dilakukan untuk melindungi konsumen sementara dalam hal perdagangan dunia, pemerintah dapat melindungi produsen maupun konsumen domestik berupa kebijakan tarif, pembatasan restriction, kuota impor untuk kasus negara pengimpor, atau subsidi ekspor untuk negara pengekspor. Selain itu, pemerintah juga dapat menetapkan pajak ekspor maupun kuota ekspor bagi komoditi yang merupakan bahan baku bagi industri domestik, dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan output bagi industri yang membutuhkan komoditi yang diekspor tersebut sebagai bahan baku. Semua kebijakan ini umumnya berdampak terhadap produsen, konsumen maupun pemerintah. Dampak yang ditimbulkan dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan teori ekonomi kesejahteraan welfare economics, yaitu dengan konsep pengukuran surplus konsumen consumer’s surplus dan surplus produsen producer’s surplus. Surplus konsumen dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara jumlah maksimum nilai uang yang ingin dibayar oleh konsumen dengan nilai yang benar-benar dibayar terhadap jumlah tertentu dari suatu produk. Surplus produsen adalah perbedaan antara jumlah nilai uang yang benar-benar diterima produsen dengan jumlah nilai minimum yang diinginkan produsen tersebut Just, Hueth, dan Schmitz, 1982; Hirshleifer, 1988. Vesdapunt 1984 menyatakan ada tiga dasar postulat yang penting dalam penggunaan surplus konsumen dan surplus produsen untuk mengukur