Harga Minyak Sawit Domestik

Indonesia meningkat sebesar US. 8.737 per ton. Kemudian bila dilihat berdasarkan koefisien elastisitas, respon harga ekspor minyak sawit Indonesia terhadap perubahan harga minyak sawit dunia bersifat elastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti, perubahan harga minyak sawit dunia sebesar 1 persen akan menyebabkan perubahan yang lebih besar dari 1 persen pada harga ekspor minyak sawit Indonesia. Perubahan-perubahan kebijakan perdagangan seperti pajak ekspor akan melekat pada harga ekspor. Pada model ini, pajak ekspor berpengaruh nyata terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia dengan koefisien -1.9879 yang menunjukkan bahwa setiap kenaikan pajak ekspor sebesar 1 persen akan menurunkan harga ekspor minyak sawit Indonesia sebesar US. 1.9879 per ton. Namun demikian, respon harga ekspor minyak sawit Indonesia terhadap perubahan pajak ekspor sangat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel 24. Hasil Estimasi Persamaan Harga Ekspor Minyak Sawit Indonesia Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Estimate SR LR Label Intercept -57.7283 0.1381 HRMSW 0.8737 1.0130 1.2190 .0001 harga riil CPO dunia PHRMMW 0.0532 0.0008 0.0010 0.8653 pertumbuhan harga riil minyak mentah dunia XMSI -0.0009 -0.0090 -0.0100 0.6535 expor CPO Indonesia PXMSI -1.9879 -0.0380 -0.0460 0.0092 pajak expor CPO Indonesia LHRXMSI 0.1689 0.0450 harga riil expor CPO Indonesia t-1 R-squared 0.9614 Prob|F| .0001 Durbin-h stat 0.5860 Sumber : Data diolah 2010 Pertumbuhan harga riil minyak mentah dunia berpengaruh secara positif terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia. Ini berarti jika terdapat kenaikan pada harga minyak mentah dunia akan menyebabkan kenaikan harga ekspor minyak sawit Indonesia. Hal ini diduga adanya peningkatan harga ekspor minyak sawit Indonesia tersebut sebagai akibat kenaikan permintaan minyak sawit di pasar dunia yang merupakan kenaikan permintaan oleh industri biodiesel. Namun berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 24, dapat ditunjukkan bahwa pengaruh perubahan pertumbuhan harga riil minyak mentah dunia terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia adalah tidak signifikan. Terjadinya hal tersebut disebabkan karena negara importir minyak sawit besar seperti Cina, India, dan Pakistan belum terlalu maju dalam pengembangan biodiselnya, tidak seperti di Amerika dan negara-negara Eropa. Secara ekonomi Tabel 24, variabel ekspor minyak sawit Indonesia berpengaruh negatif terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia. Hal tersebut berarti peningkatan pada ekspor minyak sawit Indonesia akan menyebabkan penurunan pada harga ekspor minyak sawit Indonesia. Namun secara statistik pengaruh ekspor minyak sawit Indonesia terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia adalah tidak nyata, yang mengindikasikan bahwa perubahan pada ekspor minyak sawit Indonesia hanya mampu mendorong perubahan yang sangat kecil terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia. Hal ini dapat terlihat pula berdasarkan hasil tabulasi data historis dalam kurun waktu 1984 sd 2007, ekspor minyak sawit Indonesia meningkat rata-rata 32.76 persen per tahun akan tetapi pada kurun waktu yang sama harga ekspor minyak sawit Indonesia hanya meningkat rata-rata 1.40 persen per tahun. Kemudian variabel harga ekspor minyak sawit Indonesia t-1 variabel bedakala berpengaruh secara nyata terhadap harga ekspor minyak sawit Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga ekspor minyak sawit Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.3.10. Ekspor Minyak Sawit Malaysia Negara-negara eksportir minyak sawit di dunia yang dianggap sebagai pesaing Indonesia adalah Malaysia, Papua New Guinea, dan Colombia. Penelitian ini hanya mempelajari perilaku ekspor Malaysia sebagai pesaing terbesar Indonesia untuk mengetahui daya saingnya di pasar dunia. Berdasarkan hasil estimasi yang ditunjukkan pada Tabel 25, dapat dijelaskan bahwa perilaku ekspor minyak sawit Malaysia ditentukan oleh perubahan harga riil ekspor minyak sawit Malaysia, perubahan harga riil minyak kelapa dunia, produksi minyak sawit Malaysia, nilai tukar efektif riil Malaysia, dan ekspor minyak sawit Malaysia t-1. Ekspor minyak sawit Malaysia dipengaruhi secara signifikan oleh produksi minyak sawit Malaysia dan nilai tukar efektif riil Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar jumlah minyak sawit yang dapat diproduksi mendorong pengusaha minyak sawit Malaysia untuk meningkatkan jumlah ekspor minyak sawit lebih banyak lagi. Kemudian jika dilihat berdasarkan nilai elastisitas, dapat dijelaskan bahwa pengaruh produksi minyak sawit Malaysia terhadap ekspor minyak sawit Malaysia adalah inelastis dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, jika dibandingkan dengan Malaysia maka Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia lebih mampu untuk memenuhi kebutuhan domestik dan memenuhi kebutuhan minyak sawit dunia yang besar melalui ekspor yang besar. Tabel 25. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Minyak Sawit Malaysia Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Estimate SR LR Label Intercept -1467.2300 0.0158 SHRXMSM 1.3529 0.0008 0.0010 0.1901 perubahan harga riil expor minyak sawit Malaysia SHRMKW 0.2899 0.0005 0.0006 0.6237 perubahan harga riil minyak kelapa dunia QMSM 0.6689 0.7488 0.8797 0.0002 produksi CPO Malaysia NTERM 734.3466 0.2818 0.3310 0.0066 nilai tukar efektif riil Malaysia LXMSM 0.1489 0.3647 expor CPO Malaysia t-1 R-squared 0.9925 Prob|F| .0001 Durbin-h stat 0.1890 Sumber : Data diolah 2010 Pengaruh nilai tukar efektif riil Malaysia terhadap ekspor minyak sawit Malaysia juga signifikan, namun respon ekspor minyak sawit Malaysia terhadap perubahan nilai tukar efektif riil Malaysia bersifat inelastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar efektif riil Malaysia menyebabkan terjadinya perubahan pada jumlah minyak sawit yang diekspor pengusaha Malaysia, walaupun perubahannya kecil dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun pengaruh perubahan harga riil ekspor minyak sawit Malaysia terhadap ekspor minyak sawit Malaysia adalah tidak nyata. Hal ini serupa dengan yang terjadi pada Indonesia, yakni adanya kelambanan ekspor dalam merespon perubahan harga ekspor yang terjadi, yang diduga sebagai akibat praktek ikatan kontrak forward trading antara eksportir Malaysia dengan importir di negara tujuan ekspor. Kemudian pada Tabel 25 juga dapat ditunjukkan bahwa perubahan harga minyak kelapa dunia sebagai barang substitusi tidak dapat menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap jumlah ekspor minyak sawit Malaysia. Ini disebabkan di dunia, harga minyak sawit relatif lebih murah daripada harga minyak kelapa. Hal ini dapat terlihat pula berdasarkan hasil tabulasi data historis dalam kurun waktu 1984 sd 2007, rata-rata harga minyak kelapa dunia adalah US. 677.13 per ton sedangkan pada kurun waktu yang sama rata-rata harga minyak sawit dunia sebesar US. 528.57 per ton. Selain faktor-faktor tersebut, ekspor minyak sawit Malaysia dipengaruhi secara tidak nyata oleh variabel bedakalanya ekspor minyak sawit Malaysia t-1. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu bagi ekspor minyak sawit Malaysia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. 5.3.11. Ekspor Minyak Sawit Dunia Disamping Indonesia dan Malaysia sebagai negara pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, ada beberapa negara lain yang juga memberi kontribusi terhadap total ekspor minyak sawit dunia. Dalam penelitian ini ekspor dari beberapa negara lain tersebut dikelompokkan ke dalam ekspor sisa dunia yang merupakan variabel eksogen. Ekspor minyak sawit dunia merupakan penjumlahan dari ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia, ditambah dengan ekspor minyak sawit sisa dunia. XMSW t = XMSI t + XMSM t + XMSRW t

5.3.12. Impor Minyak Sawit Cina

Cina merupakan negara pengimpor minyak sawit terbesar di dunia saat ini. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabulasi data historis selama kurun waktu 2003- 2007, dapat dijelaskan bahwa rata-rata share impor Cina terhadap total impor di dunia adalah 17 persen. Perilaku impor Cina dipelajari untuk mengetahui peluang pasar, khususnya untuk minyak sawit Indonesia dan Malaysia sebagai pesaing terbesar Indonesia. Perilaku impor minyak sawit Cina dijelaskan oleh harga riil minyak sawit dunia, harga riil minyak kedele dunia, pendapatan per kapita riil Cina, nilai tukar efektif riil Cina, dan impor minyak sawit Cina t-1 Tabel 26. Harga riil minyak sawit dunia dan nilai tukar efektif riil Cina mempengaruhi impor minyak sawit Cina secara negatif, artinya jika harga riil minyak sawit dunia atau nilai tukar efektif riil Cina meningkat maka impor minyak sawit Cina akan menurun. Adapun harga riil minyak kedele dunia, pendapatan per kapita riil Cina, dan impor minyak sawit Cina t-1 berpengaruh positif terhadap impor minyak sawit Cina. Impor minyak sawit Cina dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil minyak sawit dunia, harga riil minyak kedele dunia, dan pendapatan per kapita riil Cina. Sementara nilai tukar efektif riil Cina dan impor minyak sawit Cina t-1 berpengaruh terhadap impor minyak sawit Cina secara tidak signifikan. Secara ekonomi, respon impor minyak sawit Cina terhadap perubahan harga riil minyak sawit dunia adalah inelastis dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Hal ini berarti jika terdapat kenaikan harga riil minyak sawit dunia yang besar maka Cina hanya akan menurunkan impornya dalam jumlah yang kecil, begitu pula sebaliknya. Harga riil minyak kedele dunia juga mempengaruhi impor minyak sawit Cina secara signifikan, yang mana respon impor minyak sawit Cina terhadap perubahan harga riil minyak kedele dunia adalah inelastis dalam jangka pendek, namun elastis dalam jangka panjang. Hal ini berarti dalam jangka panjang, jika harga riil minyak kedele dunia sebagai substitusi dari minyak sawit meningkat sebesar 1 persen akan menyebabkan impor minyak sawit Cina meningkat lebih besar dari 1 persen. Tabel 26. Hasil Estimasi Persamaan Impor Minyak Sawit Cina Variable Parameter Elastisitas Prob |T| Variable Estimate SR LR Label Intercept -1050.9500 0.1293 HRMSW -2.8644 -0.7051 -0.8614 0.0026 Harga riil CPO dunia HRMKDW 3.4553 0.9550 1.1667 0.0025 Harga riil minyak kedele dunia INCRC 0.3303 1.1733 1.4334 0.0003 pendapatan per kapita riil Cina NTERC -14.5294 -0.0573 -0.0700 0.8300 nilai tukar efektif riil Cina LMMSC 0.1814 0.3731 impor CPO Cina t-1 R-squared 0.9860 Prob|F| .0001 Durbin-h stat -1.1260 Sumber : Data diolah 2010 Permintaan minyak sawit oleh Cina yang relatif lebih tinggi dibandingkan permintaan minyak kedelenya dikarenakan minyak kedele mengandung TFA trans fatty acid yang relatif tinggi dibandingkan minyak sawit sehingga banyak industri makanan yang memilih dan membeli minyak sawit sebagai bahan bakunya Departemen Perdagangan RI, 2007. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa Cina merupakan peluang pasar yang cukup besar bagi negara eksportir minyak sawit termasuk Indonesia. Secara statistik Tabel 26, pendapatan per kapita riil Cina juga berpengaruh secara signifikan terhadap impor minyak sawit Cina. Selanjutnya, secara ekonomi, respon impor minyak sawit Cina terhadap perubahan pendapatan per kapita riil Cina adalah elastis dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Bila dikaitkan dengan perjanjian perdagangan bebas dalam ACFTA Asean China Free Trade Agreement , hal tersebut menjadikan Cina sebagai konsumen yang sangat menjanjikan bagi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Pengaruh nilai tukar efektif riil Cina terhadap impor minyak sawit Cina adalah tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar efektif riil Cina, tidak dapat dijadikan sebagai tolok ukur berubahnya nilai impor minyak sawit Cina. Selanjutnya, impor minyak sawit Cina juga dipengaruhi secara tidak nyata oleh variabel bedakalanya. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang lama bagi impor minyak sawit Cina untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.

5.3.13. Impor Minyak Sawit India

Berdasarkan tabulasi data historis selama kurun waktu 2003-2007, dapat dijelaskan bahwa rata-rata share impor India terhadap total impor di dunia adalah 14 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa India merupakan negara pengimpor minyak sawit terbesar kedua setelah Cina. Hasil estimasi pada Tabel 27 menunjukkan bahwa perilaku impor minyak sawit India dijelaskan oleh perubahan harga riil minyak sawit dunia, harga riil minyak kedele dunia t-1, pendapatan per kapita riil India, dan impor minyak sawit India t-1. Dapat diketahui bahwa, secara statistik impor minyak sawit India dipengaruhi secara signifikan hanya oleh variabel lagnya, yaitu impor minyak sawit India t-1. Hal itu mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat dari impor minyak sawit India untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Perubahan yang terjadi pada harga riil minyak sawit dunia tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impor minyak sawit India. Ini menunjukkan kenaikan harga minyak sawit dunia tidak membuat pengusaha importir dari India mengurangi pembeliannya terhadap minyak sawit, karena kebutuhan yang besar terhadap minyak sawit tersebut. Kemudian dapat diketahui pula bahwa, secara statistik pengaruh harga riil minyak kedele dunia t-1 terhadap impor minyak sawit India adalah sangat tidak nyata. Hal itu mengindikasikan perubahan pada harga riil minyak kedele dunia t-1 sebagai substitusi dari minyak sawit tidak dapat