Berdasarkan kriteria statistik Tabel 34, harga ekspor minyak goreng sawit Indonesia hanya dipengaruhi secara signifikan oleh harga riil minyak goreng sawit
dunia. Hal ini merupakan salah satu konsekuensi dari perekonomian terbuka yaitu terjadi integrasi harga antara harga di tingkat pasar global harga dunia dengan
harga ekspor pada negara yang bersangkutan. Kemudian bila dilihat berdasarkan koefisien elastisitas, respon harga ekspor minyak goreng sawit Indonesia terhadap
perubahan harga minyak goreng sawit dunia bersifat elastis. Hal ini berarti, perubahan harga minyak goreng sawit dunia sebesar 1 persen akan menyebabkan
perubahan yang lebih besar dari 1 persen pada harga ekspor minyak goreng sawit Indonesia.
5.5. Ringkasan Hasil
Berdasarkan hasil pendugaan model industri minyak sawit Indonesia diperoleh beberapa hasil penting sebagai berikut :
1. Secara umum hasil pendugaan model industri minyak sawit Indonesia cukup
baik. Semua tanda parameter dugaan untuk variabel yang digunakan dalam model sesuai dengan yang diharapkan. Variabel penjelas yang digunakan
mampu menjelaskan variasi nilai variabel endogennya dengan cukup baik. 2.
Respon luas areal tanaman menghasilkan pada perkebunan besar negara terhadap perubahan harga minyak sawit lebih inelastis, dibandingkan respon
luas areal tanaman menghasilkan pada perkebunan rakyat maupun perkebunan besar swasta terhadap perubahan harga minyak sawit.
3. Respon produktivitas minyak sawit terhadap peningkatan areal pada
perkebunan rakyat, negara, dan swasta, baik di Sumatera maupun Kalimantan adalah inelastis. Respon produktivitas yang inelastis terhadap perubahan luas
areal tersebut dapat disebabkan karena pengaruh umur tanaman, dimana tanaman yang berumur muda mempunyai produktivitas yang lebih rendah.
Disamping itu dapat pula disebabkan karena penurunan kualitas tanaman dan manajemen perkebunan dengan semakin luasnya areal tanaman.
4. Harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap perubahan permintaan
minyak sawit domestik daripada perubahan harga ekspor minyak sawit. Harga minyak sawit domestik selalu lebih rendah dari harga ekspornya karena
adanya intervensi pemerintah dalam tataniga minyak sawit dengan ditetapkannya harga dan jumlah alokasi minyak sawit di dalam negeri. Di
samping itu, juga disebabkan karena umumnya perkebunan besar swasta memiliki industri minyak goreng sawit sendiri yang mencerminkan betapa
kuatnya integrasi vertikal yang dibangun oleh perusahaan tersebut. Akibat dari keadaan ini adalah perkebunan rakyat yang memasok sekitar 30 persen dari
total produksi minyak sawit Indonesia harus bersikap sebagai penerima harga price taker karena disamping sebagian besar pekebun pada perkebunan
rakyat terikat perjanjian pemasaran antara Inti-Plasma pada program PIR, juga disebabkan karena skala usaha yang tidak memungkinkan untuk melakukan
ekspor. 5.
Harga ekspor minyak sawit Indonesia responsif terhadap perubahan harga minyak sawit dunia baik jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini
menunjukkan bahwa jika terdapat kenaikan dalam harga minyak sawit dunia akan mendorong para pengusaha eksportir minyak sawit untuk meningkatkan
ekspor minyak sawitnya. Namun dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa peningkatan harga ekspor minyak sawit Indonesia, hanya menyebabkan
perubahan relatif kecil terhadap harga minyak sawit domestik dan jumlah ekspor minyak sawit Indonesia.
6. Ekspor minyak goreng sawit Indonesia elastis terhadap perubahan harga
ekspor minyak goreng sawit Indonesia dan nilai tukar efektif riil Indonesia dalam jangka panjang. Respon ekspor minyak goreng sawit Indonesia
terhadap perubahan harga minyak goreng sawit domestik dan produksi minyak goreng sawit domestik adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Sementara permintaan minyak goreng sawit domestik lebih elastis terhadap perubahan harga minyak goreng sawit daripada perubahan
harga minyak goreng kelapa domestik. Hal ini menjelaskan bahwa minyak goreng kelapa tidak cukup kuat mensubstitusi konsumsi minyak goreng sawit.
7. Variabel excess demand minyak goreng sawit berpengaruh terhadap harga
minyak goreng sawit domestik secara tidak nyata. Ini menunjukkan bahwa permintaan dan penawaran minyak goreng sawit memiliki pengaruh yang
kecil terhadap perubahan harga minyak goreng sawit domestik. 8.
Ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia signifikan dipengaruhi oleh tingkat produksi minyak sawitnya dan tidak signifikan dipengaruhi oleh
perubahan harga ekspor yang terjadi. Hal ini dapat terjadi karena adanya praktek forward trading atau perdagangan dengan ikatan kontrak kedua
negara ini dengan negara importir. Ekspor minyak sawit Indonesia relatif lebih responsif terhadap perubahan
harga ekspornya dibandingkan ekspor minyak sawit Malaysia. Hal ini berarti setiap peluang ekspor yang timbul akibat terjadinya kenaikan harga ekspor
akan direspon lebih besar oleh Indonesia, yang mencerminkan bahwa dari